Propertynbank.com – Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) optimis industri bahan bangunan khususnya keramik akan tetap terus tumbuh dan berkembang pada tahun ini, bahkan hingga masa mendatang. Terlebih lagi, pemerintah juga memberikan dukungan terhadap pertumbuhan industri keramik lokal.
Ketua Umum Asaki, Edy Suyanto menegaskan, pihaknya berkeyakinan dengan terpilihnya presiden dan wakil presiden baru, akan memberikan dampak yang positif bagi seluruh sektor industri, termasuk bahan bangunan seperti keramik. Pasalnya, kata Edy, presiden terpilih sudah memastikan akan melanjutkan program Presiden Joko Widodo yang saat ini sudah berjalan.
“Asaki juga makin optimistis karena adalanya proyek pengembangan Ibu Kota Nusantara atau IKN, yang memberikan kesempatan dan peluang bagi industri keramik menjadi salah satu bagian atau komponen dalam pembangunan IKN. Pemerintah juga sangat mendukung industri keramik khususnya Kementerian Perindustrian serta adanya aturan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN),” jelas Edy yang juga sebagai COO di PT Arwana Citramulia Tbk.
Baca Juga : Arwana Citramulia Bidik Laba Bersih Rp461 Miliar di Tahun 2024
Lebih lanjut dikatakan Edy, Asaki juga berharap kebijakan antidumping produk keramik impor asal Tiongkok dapat diterapkan pada akhir kuartal II – 2024. Menurut dia, dengan hadirnya antidumping harapan pelaku industri keramik bahwa utilisasi kapasitas produksi nasional dapat berangsur-angsur meningkat.
“Kami saat ini sedang menunggu penyelidikan KADI (Komite Anti Dumping Indonesia). Diharapkan akhir Juni 2024 ini sudah bisa diajukan dari KADI ke Menteri Perdagangan, sehingga tidak butuh waktu lama antidumping ini bisa diberlakukan. Tahun lalu utilisasi kapasitas nasional mendekati 70%, sedikit menurun dari tahun 2022 yang mencapai 78%. Tahun ini kami targetkan kembali di kisaran 73-75%,” ,” kata Edy.
Oleh karena itu, lanjut Edy, semakin cepat kebijakan antidumping ini diberlakukan, maka semakin cepat pula terjadinya pemulihan tingkat utilisasi kapasitas di dalam negeri. Sebelumnya, Maret 2023 lalu, Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) telah memulai penyelidikan anti dumping terhadap impor produk ubin keramik dari Tiongkok.
Penyelidikan tersebut dilakukan terhadap ubin keramik yang termasuk dalam pos tarif 6907.21.24, 6907.21.91, 6907.21.92, 6907.21.93, 6907.21.94, 6907.22.91, 6907.22.92, 6907.22.93, 6907.22.94, 6907.40.91, dan 6907.40.92 sesuai Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI) 2022.
Setelah meneliti dan menganalisis berkas permohonan tersebut, KADI menemukan bahwa terdapat indikasi impor produk ubin keramik yang diduga dumping, kerugian material bagi pemohon, serta hubungan kausal antara kerugian pemohon dan impor produk ubin keramik dumping yang berasal dari negara yang dituduh.
Kebijakan HGBT Dukung Industri Keramik
Sementara terkait Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT), Edy Suyanto menyebut bahwa multiplier effect dari kebijakan HGBT untuk sektor industri sangat luas. Dirinya mengungkapkan bahwa multiplier effect dari kebijakan HGBT tersebut telah disampaikan kepada Kementerian ESDM melalui Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Migas). “Salah satunya terjadi perbaikan daya saing industri keramik nasional,” kata Edy.
Baca Juga : Kunjungi Pabrik Keramik Arwana di Mojokerto, Komunitas Synergi Developer Puji Proses Produksi
Dijelaskan Edy, sebelum kebijakan HGBT digulirkan, industri keramik nasional mengalami stagnasi, utilisasi selalu di angka 60 – 65%. Utilisasi keramik nasional stagnan di antara 60-65%, tidak pernah ada peningkatan. Namun, kata dia, setelah diberikan HGBT di tahun 2020, tingkat utilisasi meningkat menjadi 75% di 2021, dan 78% di 2022.
Menurut Edy, kebijakan HGBT juga mendorong industri keramik nasional masuk ke dalam zona ekspansif. Tak hanya itu, imbuhnya, kebijakan harga gas murah industri juga mampu menarik investasi di industri keramik nasional. Tahun 2021 – 2024, kata dia, ada investasi masuk kurang lebih Rp20 triliun atau sekitar 75 juta m2 atau setara dengan 100% keramik impor.
Dengan adanya peningkatan 75 juta m2 itu, ungkap Edy, tentunya akan ada penyerapan tenaga kerja baru sekitar 10-12 ribu orang. Angka tersebut melengkapi jumlah tenaga kerja yang bergerak di bawah naungan Asaki yang mana sudah mempekerjakan total 150 ribu karyawan.
“Dengan selesainya ekspansi di awal tahun depan, kapasitas terpasang keramik nasional akan mencapai 625 juta m2 per tahun, dan ini akan menempatkan Indonesia menjadi nomor 4 produsen terbesar di dunia. Jadi ini yang harus dilihat oleh pemerintah bahwa sektor keramik merupakan industri strategis yang harus mendapatkan perhatian khusus,” sambung Edy.
Baca Juga : Arwana Keramik Tepat Memilih Positioning dan Segmen Pasar
Oleh karena itu, tegas Edy, Asaki meminta pemerintah melanjutkan kebijakan harga gas murah untuk industri. Pasalnya, industri keramik sangat haus akan energi, dimana 30% biaya produksi berasal dari energi. “Program HGBT ini mutlak dilanjutkan, karena industri keramik sangat strategis,” terangnya.
Menurut Edy, program HGBT ini harus dilihat sebagai economic driver, jangan dilihat dari sisi penerimaan pajak yang menurun. “Tapi harus dilihat dari multiplier effect jadi jangan sepotong-portong lihatnya,” ucapnya. Asaki juga berharap program HGBT untuk sektor industri akan tetap dilanjutkan begitu juga dengan pemerintahan selanjutnya.