BERITA PROPERTI – Kalangan milenial belakangan makin menjadi topik hangat, tidak hanya di industri properti bahkan hampir seluruh sektor industri seperti perbankan, fashion, kuliner dan sektor lainnya. Kalangan ini dianggap sebagai pembeli potensial yang memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri, sehingga perlu dilakukan langkah-langkah khusus untuk menanganinya.
Dari sejumlah pendapat, kalangan milenial merupakan terminologi yang mengacu pada generasi yang lahir pada kisaran tahun 1980-2000-an. Generasi ini dianggap sebagai generasi yang melek dan mempunyai keterikatan tinggi terhadap teknologi, tetapi di sisi lain masih belum melihat pentingnya berinvestasi khususnya investasi di produk properti.
Ada banyak alasan yang melatarbelakangi keengganan generasi millennial untuk membeli properti. Bagi kalangan ini, membeli properti adalah suatu hal yang mustahil atau tidak penting. Padahal, seiring dengan perkembangan inovasi di kalangan pengembang properti, perbankan, dan teknologi, membeli atau berinvestasi properti bukanlah suatu mission impossible.
Padahal, menurut sejumlah pelaku properti dan perbankan, pangsa pasar yang paling menjanjikan saat ini yang harus dikelola dengan baik berasal dari kalangan muda atau milenial. Kalangan ini, merupakan konsumen potensial yang sedang mencari hunian pertama setelah berkeluarga.
Dalam Indonesia Housing Creative Forum yang mengusung tema Uang Muka KPR 0 Rupiah Dongkrak Kebangkitan Properti Generasi Milenial di Hotel Ambhara, Jakarta, Selasa (4/9) kemarin, Ketua Kehormatan REI Lukman Purnmosidi mengatakan, kalangan milenial merupakan pembeli potensial yang harus ditarik ke sektor properti dan berniat untuk membeli.
“Kalangan mileniel saat ini populasinya sangat besar dan sangat mempunyai prospek. Namun, kalangan milenial ini belum tersentuh dengan maksimal untuk ikut dalam program hunian rakyat yang dijalankan pemerintah. Diperlukan paket-paket kebijakan dan kemudahan agar dapat mendorong kalangan milenial memiliki hunian sejak dini,” ujar Lukman Purnomosidi yang juga Presiden Direktur Eureka Group.
Memang diakui, hingga saat ini kesadaran kalangan kalangan milenial yang umumnya berusia antara 27 sampai 37 tahun, untuk membeli properti masih rendah karena dianggap belum menjadi kebutuhan pokok dalam hidup mereka. Sedangkan mereka merupakan pangsa terbesar dari angkatan kerja di Indonesia saat ini yang diperkirakan jumlahnya lebih dari 22,5 juta orang.
Untuk itu, perlu dilakukan edukasi kepada generasi milenial ini akan pentingnya memiliki properti sejak dini dan tidak ada kata sulit untuk memiliki properti. Rumah adalah kebutuhan primer dan setiap orang berhak untuk mendapatkan rumah yang layak dan nyaman. Pihak pengembang maupun perbankan memiliki program-program khusus bagi kalangan ini seperti uang muka yang terjangkau.
Bank BTN yang memang fokus dalam pembiayaan perumahan, juga memandang kalangan milenial merupakan pangsa pasar yang potensial. Executive Vice President Non Subsidized Mortgage and Consumer Lending Division Bank BTN, Suryanti Agustinar, mengatakan BTN mulai serius mengelola pasar milenial agar masuk ke pasar properti.
“Salah satunya adalah dengan adanya transaksi yang berbasis teknologi. Di era serba digital ini, kita sangat paham kalangan milenial sangat melek dengan teknologi. Kami wadahi dengan proses transaksi secara digital atau online. Selain itu kami juga tawarkan program KPR dengan uang muka rendah dan berbagai skim pembiayaan yang mudah bagi generasi milenial ini,” ujar Suryanti.
Mengingat besarnya potensial sebagai konsumen di kalangan milenial ini, pelaku sektor properti baik pemerintah maupun swasta harus lebih kreatif meluncurkan program-program dan melakukan edukasi. Sebab, jika kalangan ini tidak sejak dini membeli properti sementara mereka memiliki kemampuan finansial, maka dikuatirkan mereka akan memilih kegiatan-kegiatan lain yang tidak produktif seperti jalan-jalan ke luar negeri.