Property & Bank

Ekonomi Indonesia 2024 Bisa Capai 5,5 Persen, BI Sebut Ini Faktor Pendorongnya

BI
Gedung Bank Indonesia

PropertynbankBank Indonesia memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi pada tahun 2024 akan naik antara 4,7 persen hingga 5,5 persen, didorong oleh beberapa faktor.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh perbaikan dalam ekspor, sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi global, serta oleh permintaan domestik yang tetap kuat berkat optimisme yang positif dari pelaku ekonomi.

“Konsumsi rumah tangga dan investasi khususnya nonbangunan perlu terus didorong agar dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” katanya dalam konferensi yang digelar Senin (26/02/2024).

Sebelumnya Perry mengatakan bahwa ekonomi Indonesia tumbuh lebih baik dari yang diperkirakan. Pada kuartal IV tahun 2023, pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 5,04 persen (tahun ke tahun), naik dari 4,94 persen (tahun ke tahun) pada kuartal sebelumnya. Dengan demikian, secara total pertumbuhan ekonomi pada tahun 2024 mencapai 5,05 persen.

Perry menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh peningkatan ekspor, investasi di sektor bangunan, dan dampak positif dari pelaksanaan Pemilu.

“Berdasarkan lapangan usaha (LU), pertumbuhan ekonomi 2023 antara lain ditopang oleh LU yang terkait mobilitas seperti perdagangan besar dan eceran, transportasi dan pergudangan, informasi dan komunikasi, serta penyediaan akomodasi dan makan minum,” ungkapnya didepan sejumlah awak media.

Perry menambahkan, secara spasial, pertumbuhan ekonomi nasional yang kuat terjadi di banyak wilayah Indonesia, dengan pertumbuhan tertinggi tercatat di wilayah Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua), diikuti oleh Kalimantan dan Jawa.

Selanjutnya, diproyeksikan bahwa Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada tahun 2023 akan mencatat surplus, didorong oleh keterbatasan defisit transaksi berjalan dan surplus transaksi modal dan finansial.

“Perkembangan terkini menunjukkan surplus neraca perdagangan masih berlanjut pada Januari 2024 sebesar US$2,0 miliar dipengaruhi oleh ekspor nonmigas yang kuat,” Kata Perry.

Dia menjelaskan bahwa meskipun pasar keuangan global masih dipenuhi ketidakpastian yang tinggi, aliran modal asing terus masuk ke pasar keuangan domestik, seperti tercermin dari investasi portofolio yang mencatat aliran masuk bersih sebesar US$3,1 miliar pada kuartal pertama tahun 2024, atau hingga 19 Februari 2024.

Sementara itu, pada akhir Januari 2024, cadangan devisa Indonesia tetap tinggi sebesar US$145,1 miliar, setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, dan berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

“Secara keseluruhan, NPI 2024 diprakirakan tetap mencatat surplus, didukung oleh berlanjutnya surplus neraca transaksi modal dan finansial sejalan dengan tetap positifnya aliran masuk modal asing dipengaruhi oleh persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian domestik yang lebih baik dan imbal hasil investasi yang menarik,” ungkapnya.

Di sisi lain, ia menyatakan bahwa transaksi berjalan tetap sehat dan diproyeksikan akan mencatat defisit yang rendah, berkisar antara 0,1 persen hingga 0,9 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Selain itu, BI memproyeksikan bahwa nilai tukar rupiah akan tetap stabil dengan kecenderungan menguat, yang didorong oleh terus berlanjutnya aliran masuk modal asing. Hal ini didukung oleh kebijakan stabilisasi dari BI, serta dengan penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI.

“Penguatan nilai tukar rupiah didorong oleh kebijakan stabilisasi yang ditempuh Bank Indonesia, aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi yang tetap baik dengan stabilitas yang terjaga dan imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik,” kata Perry.

Dengan perkembangan ini, nilai tukar rupiah hanya mengalami pelemahan sedikit sebesar 1,68 persen dari level akhir Desember 2023. Hal ini menunjukkan performa yang lebih baik dibandingkan dengan pelemahan won Korea, ringgit Malaysia, dan baht Thailand, yang masing-masing mencatat penurunan sebesar 3,69 persen, 4,27 persen, dan 5,31 persen.

Perry juga menyatakan bahwa BI meyakini inflasi di Indonesia pada tahun 2024 akan tetap rendah dan terkendali, sesuai dengan target sebesar 2,5 plus minus 1 persen.

“Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Januari 2024 tercatat sebesar 2,57 persen (yoy) menurun dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 2,61 persen (yoy) sehingga tetap berada dalam kisaran 2,5 plus minus 1 persen,” kata dia.

Sementara itu, inflasi inti mengalami penurunan dari 1,80 persen (tahun ke tahun) pada Desember 2023 menjadi 1,68 persen (tahun ke tahun) pada Januari 2024.

Perry menjelaskan bahwa penurunan ini dipengaruhi oleh rendahnya inflasi impor sejalan dengan tetap stabilnya nilai tukar rupiah, ekspektasi inflasi yang terkendali sesuai sasaran, serta kapasitas ekonomi yang masih besar serta mampu menanggapi permintaan domestik.

Selain itu, terdapat catatan bahwa inflasi pada harga-harga yang diatur relatif stabil, sebesar 1,74 persen (tahun ke tahun).

Sementara itu, inflasi pada makanan yang rentan terhadap fluktuasi harga meningkat menjadi 7,22 persen (tahun ke tahun), terutama pada komoditas beras dan bawang karena dampak El Nino, faktor musiman, dan perubahan musim tanam.

(Nabilla Chika Putri)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Terkini