
PERKANTORAN – Pandemi virus corona (Coronavirus Desease-2019/Covid-2019) adalah tragedi kesehatan dan kemanusiaan. Dampaknya sangat luar biasa.
Penyebaran virus yang begitu cepat dan luas membuat pemerintah di berbagai negara terpaksa membatasi kegiatan masyarakat. Wajar, karena virus menular seiring kontak dan interaksi antar-manusia.
Anjuran dan perintah pembatasan sosial (social distancing) menjadi norma baru. Jarak aman antara satu manusia dengan manusia lainnya adalah 1,5-2 meter serta tak kontak fisik. Akibatnya, kerumunan manusia menjadi hal yang tabu. Segala aktivitas berkumpul dalam jarak dekat (apalagi di ruangan tertutup) menjadi terlarang.
Ini membuat aktivitas perkantoran dan fasilitas produksi hampir lumpuh karena para pekerja menerapkan working from home. Sekolah pun diliburkan, restoran tak melayani makan-minum di lokasi, tempat wisata sepi pengunjung (bahkan ditutup), dan berbagai larangan lainnya.
Konsultan properti Cushman & Wakefield Indonesia mencatat jika pasok ruang perkantoran di kawasan pusat bisnis di Jakarta, sudah mengalami penurunan tajam sepanjang kuartal I/2020.
Director and Strategic Consulting Cushman & Wakefield Indonesia Arief Rahardjo menyatakan selama kuartal I/2020 pasokan baru di kawasan pusat bisnis (central business district/CBD) Jakarta, hanya tercatat 75.000 meter persegi dari proyek World Capital Tower.
Dari laporan itu, indikasi penurunan pasar perkantoran disebabkan oleh dampak COVID-19 jenis baru yang mewabah di Indonesia dan sejumlah negara lain. Di sisi lain, Arief menjelaskan bahwa total pasokan sepanjang tahun di CBD bisa mencapai 320.000 meter persegi.
Namun, tak menutup kemungkinan hal tersebut terjadi koreksi di tengah Covid-19 yang belum mereda. “Penundaan terjadi pada beberapa proyek konstruksi akibat COVID-19. [Penundaan] terutama yang masih dalam tahap awal atau pengembangan,” tutur Arief dalam laporan tertulis, pada Selasa (21/4/2020).
Sementara itu, permintaan ruang perkantoran juga terjadi penurunan yang cukup signifikan. Cushman & Wakefield mencatat penurunan itu terlihat sejak akhir Februari lalu dengan adanya penundaan transaksi.
Selain itu, beberapa penyewa juga memutuskan untuk membatalkan kesepakatan yang tengah berlangsung karena kondisi yang memburuk yang salah satunya lantaran operasional kantor berkurang ditambah adanya pembatasan di Jakarta.
“Banyak perusahaan telah menangguhkan rencana relokasi maupun ekspansi serta menerapkan sikap wait and see,” katanya. Arief mengatakan pihaknya masih mencatat adanya transaksi seluas 12.600 meter persegi selama kuartal pertama yang sebagian besar terjadi pada Januari hingga pertengahan Februari.
Hanya saja, transaksi ini dinilai sebagai transaksi terendah secara kuartal dalam 4 tahun terakhir. Dengan demikian, secara keseluruhan tingkat okupansi kantor CBD di Jakarta hingga Maret 2020 mengalami penurunan menjadi 74,6 persen. Terkait dengan harga sewa, masih relatif stabil sepanjang Januari hingga Maret.
Kisaran harga sewa itu menyentuh Rp299.000 per meter persegi per bulan. Dengan kondisi saat ini, tarif sewa diharapkan turun seiring melemahnnya permintaan. Pemilik gedung berpotensi mencari alternatif penundaan pembayaran atau biaya layanan, dan potongan harga kepada penyewa, di tengah ketidakpastian saat ini. (Artha Tidar)
Artikel Terkait
- Tiga Perusahaan Startup Kolaborasi Kembangkan Bilik Sterilisasi Pembasmi Virus
- Naik 7,2 %, Intiland Bukukan Pendapatan Usaha Rp 2,7 Triliun…
- Pandemi Covid-19 Pukul Bisnis Perkantoran, Apa Solusinya
- Tokyu Land Optimis Branz Kuningan Serap Pasar Apartemen di CBD
- Mudahkan Calon Pembeli, Vasaka Solterra Hadirkan Show Unit Solterra Suites
- Masih Terjangkau, Sewa Kantor Premium di Jakarta Peringkat 55 Di…
- Ciputra Kembangkan Propan Tower, Perkantoran Untuk Bisnis Startup
- Segera Melantai Di Pasar Modal, Triniti Land Akan Tawarkan 1,093…
- Target Terjual Habis 2020, Saumata Suites Tawarkan Unit Tiga Kamar…
- Adhi Commuter Properti Kembangkan Proyek TOD The Premiere MTH