Property & Bank

Wartawan Juga Harus Sertifikasi, Ini 6 Tujuan Uji Kompetensi Menurut Bamsoet

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (tiga dari kanan) memberikan pengarahan kepada peserta Uji Kompetensi Wartawan di Gedung MPR RI

NASIONAL Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengingatkan, agar wartawan tidak mengecewakan narasumber dalam menulis berita. Apabila narasumber minta agar apa yang dia sampaikan, tidak ditampilkan dalam berita atau off the record, maka wartawan tersebut harus mengikutinya.

Hal tersebut disampaikan Bambang yang akrab disapa Bamsoet, saat membuka Uji Kompetensi Wartawan (UKW) angkatan ke 50 di Ruang GBHN, Gedung MPR/DPR RI, Senayan , Jakarta. UKW diadakan bersama Biro Hubungan Masyarakat dan Sistem Informasi Sekretariat Jenderal MPR RI dengan Koordinatoriat Wartawan Parlemen (KWP), Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dan PWI Jaya.

[irp]

UKW angkatan pertama yang diselenggrakan di UKW-KWP ini, merupakan angkatan ke-50 UKW-PWI Jaya dan diikuti 32 peserta. Sebanyak 30 peserta mengikuti UKW tingkat Wartawan Muda, dan 2 orang mengikuti UKW tingkat Wartawan Utama.

“Profesi wartawan sangat bermanfaat karena bisa bertemu dengan siapapun, mulai dari rakyat paling bawah hingga jabata tertinggi seperti Presiden. Oleh karena itu, perlu dijaga hubungan yang baik dengan narasumber yang pernah kita wawancara,” ujar Bamsoet yang juga berlatar belakang sebagai seorang wartawan.

[irp]

Dikatakannya, tak kurang dari 145 wartawan yang tergabung dalam keanggotaan KWP. Sehingga masih ada 113 wartawan lagi yang belum mengikuti UKW. Dirinya menargetkan setidaknya sebelum masa persidangan parlemen yang akan dibuka mulai 8 Maret hingga 9 April 2021 ini, seluruh wartawan dalam KWP sudah tersertifikasi.

Turut hadir dalam pembukaan UKW antara lain Ketua Umum PWI Atal Sembiring Depari, Ketua PWI Jaya Sayid Iskandarsyah, dan Ketua KWP Marlen Erikson Sitompul.

Ketua MPR RI ke-20 ini juga menceritakan kisah hidupnya semasa menjalani karir sebagai wartawan. Sebagai anggota PWI Jaya, dirinya juga mengikuti ujian dari tingkat Calon Anggota, Wartawan Muda, dan seterusnya. Bahkan saat akan menjadi pemimpin redaksi salah satu media massa, dirinya kembali harus mengikuti ujian dari PWI Jaya, selain juga mengikuti penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila).

[irp]

“Menjaga kepercayaan dan menjalin hubungan baik dengan narasumber merupakan dua hal yang selalu saya lakukan saat menjalani karir sebagai wartawan. Saat media massa tempat saya bekerja, harian Prioritas, dibredel, saya lantas berinisiatif mendirikan majalah Info Bisnis. Di zaman itu mendirikan media massa sangat sulit, karena salah satu syaratnya harus memiliki deposito Rp 1 miliar. Berkat hubungan baik dengan para pengusaha yang pernah menjadi narasumber, antara lain Pak Aburizal Bakrie, Pak Agung Laksono, dan Pak Fadel Muhammad, kesulitan tersebut bisa diatasi,” cerita Bamsoet.

Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) ini menjelaskan, merujuk Peraturan Dewan Pers Nomor 1 Tahun 2010 (yang diperbarui dengan Peraturan Dewan Pers Nomor 4 tahun 2017) tentang Sertifikasi Kompetensi Wartawan (SKW), makna penting penyelenggaraan uji kompetensi wartawan tersirat dari tujuan diselenggarakannya SKW. Pertama, meningkatkan kualitas dan profesionalitas wartawan. Kedua, menjadi acuan sistem evaluasi kinerja wartawan oleh perusahaan.

Ketiga, menegakkan kemerdekaan pers berdasarkan kepentingan publik. Keempat, menjaga harkat dan martabat kewartawanan sebagai profesi penghasil karya intelektual. Kelima, menghindarkan penyalahgunaan profesi wartawan. Keenam, menempatkan wartawan pada kedudukan strategis dalam industri pers.

[irp]

“Jumlah wartawan di Indonesia diperkirakan lebih dari 120.000. Hingga November tahun 2020, diperkirakan baru sekitar 28.000 wartawan yang telah mengikuti UKW, atau sekitar 23 persen dari total jumlah wartawan yang ada. Artinya masih ada pekerjaan rumah bagi kita untuk membangun terwujudnya pers yang memenuhi standar kompetensi dan profesionalitas,” jelas Bamsoet.

Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menerangkan, dengan mengikuti UKW, para wartawan juga bisa meningkatkan skillnya. Sehingga tak kalah bersaing dengan para buzzer, maupun penyebar hoax dan disinformasi publik yang beroperasi di berbagai platform media massa.

[irp]

“Kemampuan media massa dalam menyajikan informasi yang akurat, objektif, dan berimbang, pada gilirannya akan mendorong terwujudnya masyarakat yang sehat. Yaitu masyarakat yang melek informasi dalam makna yang sebenarnya. Semua itu bisa terwujud tatkala wartawannya memiliki kompetensi,” pungkas Bamsoet.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Terkini