
Propertynbank.com – Tren pembelian properti khususnya kondominium di kalangan warga Singapura sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga global yang saat ini sedang mengalami penurunan. Hal tersebut disampaikan Chief Operating Officer (COO) of International Business Sinar Mas Land Ltd, Toh Poh Joo saat wawancara eksklusif dengan Propertynbank.com, di Singapura, Jumat (12/9) lalu.
“Orang Singapura biasanya membeli properti dengan sangat mempertimbangkan suku bunga. Saat ini, dengan suku bunga yang lebih rendah, mereka merasa lebih percaya diri untuk membeli,” ungkap Toh.
Lebih lanjut Toh menambahkan bahwa sekitar 80% warga Singapura tinggal di HDB (Housing Development Board), yakni perumahan milik pemerintah. Setelah kondisi keuangan mereka membaik, mayoritas dari mereka berniat untuk meningkatkan kualitas hunian dengan membeli kondominium sebagai upgrade dari HDB.
Menurut Toh, kondominium pribadi di Singapura saat ini sebagian besar dibeli sebagai instrumen investasi jangka menengah. Biasanya, investor membeli unit sebelum pembangunan, dan menjualnya kembali setelah proyek selesai dalam waktu sekitar empat tahun, untuk menghindari beban pajak tambahan. “Dalam 3-4 tahun, investor dapat meraih kenaikan nilai sebesar 10% hingga 15% dari harga awal pembelian,” jelasnya.
Namun, pemerintah Singapura menerapkan regulasi ketat untuk menghindari spekulasi pasar, seperti kebijakan Additional Buyer’s Stamp Duty (ABSD) dan batas minimum masa kepemilikan properti sebelum dijual kembali. Investor yang menjual properti sebelum periode tersebut akan dikenakan pajak tambahan yang signifikan.
Baca Juga : Kembangkan Kondominium Nava Grove di Singapura, Sinarmas Land Gandeng MCL
Toh menjelaskan bahwa regulasi pembelian properti pribadi di Singapura cukup kompleks. Misalnya warga negara asing tidak diperbolehkan membeli HDB, bahkan untuk unit yang dijual kembali (resale).
Lalu, pembelian kondominium pribadi diperbolehkan untuk investor asing, namun dengan ketentuan dan biaya tambahan. Untuk pembelian properti kedua dan ketiga, investor harus membayar pajak tambahan yang bisa mencapai SGD 70.000 atau lebih, tergantung properti dan status kepemilikan.
Pasar Kondominium Tetap Tumbuh
Meski terdapat sejumlah pembatasan, Toh menegaskan bahwa pasar kondominium tetap kuat karena populasi Singapura yang sudah mapan dan banyak yang kini siap berpindah dari HDB ke hunian pribadi.
Baca Juga : Resmi Beroperasi, ARTOTEL Living World Kota Wisata Usung Konsep Seni Kontemporer
Kondisi inilah yang mendorong MCL Land dan Sinarmas Land berkolaborasi mengembangkan Nava Grove (宁芳苑), kondominium residensial pribadi di area hijau yang berlokasi di jantung kawasan eksklusif Pine Grove, Singapura.
Diperkenalkan sejak 2 November 2024 lalu, Nava Grove dibangun di atas lahan seluas sekitar 25.039 m2. Kondominium ini memiliki total 552 unit residensial yang terletak di tiga tower setinggi 24 lantai. Nama Nava Grove, terinspirasi dari kesuksesan proyek Nava Park di Indonesia yang merupakan pengembangan proyek oleh Hong Kong Land, di mana MCL Land adalah anak perusahaan sepenuhnya, bekerja sama dengan Sinarmas Land.

“Nava Grove menghadirkan konsep hunian sophisticated dengan memadukan keindahan alam, lanskap hijau, naturalistic pools, serta berbagai fasilitas lainnya yang dapat mendukung kesehatan dan vitalitas, guna meningkatkan kualitas hidup sehari-hari,” ujar Toh Poh Joo.
Baca Juga : Berada di Ketinggian 430 mdpl, Rancamaya Bogor Direvitalisasi Menjadi Hunian Resor Premium
Kondominium ini berlokasi di Pine Grove, dekat berbagai destinasi gaya hidup seperti Holland Village, The Star Vista, Dempsey Hill, dan ION Orchard, memberikan stylish living yang mudah dijangkau bagi para penghuni. Selain itu juga dekat dengan berbagai transportasi modern yang ada di Singapura.
Sejumlah institusi pendidikan bergengsi di Singapura berada tak jauh dari Nava Grove, diantaranya Henry Park Primary School, Pei Tong Primary School, Methodist Girls’ School, Ngee Ann Polytechnic, Singapore Polytechnic, National University of Singapore, dan Singapore University of Social Sciences.