PROPERTI – Kalangan milenial disebut-sebut sebagai segmen pasar terbesar di properti, bahkan hampir di semua sektor industri. Generasi Y ini, adalah mereka dengan rentang kelahiran dari tahun 1980-1995, usianya berkisar antara 26-41 tahun dan merupakan kelompok usia yang sangat produktif.
Menurut data, kalangan milenial biasanya sudah memiliki pekerjaan sesuai bakat dan minatnya, dan tidak sedikit juga dari mereka yang memiliki jenjang karir bagus. Kaum milenial dikenal memiliki hobi shopping, travelling dan kulineran. Namun sayangnya, generasi ini terkadang sulit untuk berinvestasi, bahkan uangnya tidak bisa untuk ditabung apalagi untuk membeli rumah.
Dalam webinar Ngopsor (ngopi sore bareng jurnalis) bertajuk Sekarang Saatnya Milenial Merdeka Beli Properti yang digelar oleh Majalah Property&Bank dan LSP Area Indonesia, CEO Mitra Mugi Property, Rani Nasution mengatakan, data dari kompas.com di tahun 2020, milenial Indonesia sebanyak 61% belum memiliki rumah, penyebabnya tidak lain seperti BI Checking, Harga , Proses, Down Payment (DP) dan Developer.
“Pada umumnya yang menjadi kendala paling utama adalah BI Checking. Padahal ketika akan beli rumah dengan mencicil, maka hal yang pertama yang dicek adalah historical transaksi. Apakah pernah mencicil atau bagaimana mencicil. Faktanya, 6 dari 10 konsumen yang mengajukan KPR ditolak,” ungkap Rani yang telah mengantongi sertifikasi agen properti dari BNSP ini.
Rani mencontohkan, penggunaan kartu kredit dengan cicilan Rp1 Juta/bulan untuk membeli Handphone, dengan gaji Rp8 Juta jadi taksasi nilai gaji, maka sisanya Rp7 Juta. Dengan kondisi tersebut, maka otomatis akan muncul asumsi apakah sanggup membeli rumah di harga sekian.
Menjawab permasalahan kalangan milenial yang tidak bisa memiliki rumah, Senior Vice President Bank Syariah Indonesia (BSI) Praka M Agung mengatakan, BSI memberikan kemudahan dengan melihat dari sisi nasabah. Mereka rata-rata berusia antara 20-40 dan sudah bekerja, meniti karir, dan mulai cari rumah.
“Kita melihat bagaimana perjalanan hidup setiap orang, melihat dari kebutuhan masing-masing orang tersebut. Setiap stages ada kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi. Sebagai contoh anak muda yang ketika sudah bekerja namun belum memliki pasangan maunya jalan-jalan terus namun di era pandemi jadi agak susah,” ujar Praka.
Kalangan milenial saat ini, kata Praka, memiliki banyak simpanan dari gaji mereka yang tidak terpakai untuk pelesiran dan biasanya habis untuk beli gadget atau untuk hobi yang lain. Beberapa hal yang perlu dilihat kebutuhan dari milenial, bagaimana kebutuhan para milenials mengatur alokasi pengeluaran dengan tepat. Jika status karyawan/fix income, pengeluaran dapat dialokasikan kepada zakat dan infaq 2,5%, bayar cicilan 30-35%, saving/investasi kurang lebih 30%, pengeluaran rutin 25-40% dan gaya hidup 7,5-20%.
“Mengutip data dari tahun 2020, 95% milenial terancam tidak punya rumah, lantas apa yang membuat milenial tidak memiliki rumah? Karena para milenial umumnya menginginkan DP murah, kedua ingin cicilan yang lebih murah, ketiga adalah harga yang bersahabat, keempat para milenial biasanya ingin punya rumah dekat kantor,” ungkap Praka.
Dengan tagline BSI saat ini Muda Punya Rumah, Hobi Gak Ngalah, kata Praka, BSI memberikan berbagai kemudahan bagi para milenial untuk memiliki rumah dengan program Griya SiMuda. Dengan cicilan pasti dari bulan pertama hingga selesai, plafon bisa lebih tinggi hingga 120% dan tenor hingga 30 tahun yang cocok dengan para milenial.
“Khusus bulan Agustus ini, kami punya kejutan Merdeka. , Kami memberikan 76 orang dengan Emas masing-masing 1 gram untuk pencairan minimum sebesar Rp600 Juta, selain itu kita berikan Rp760 Ribu Uang Elektronik untuk 500 nasabah kita yang pertama, diberikan selama bulan Agustus-September. Ayo segera untuk ambil kesempatan pembiayaan dari BSI ini,” ungkap Praka. (Rep. Kevin)