Propertynbank.com – Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia bersama Green Building Council Indonesia (REI dan GBCI) berkolaborasi untuk merumuskan dan menyusun standar panduan dan manfaat greenship untuk hunian terjangkau (affordable housing) bagi anggota asosiasi pengembang tertua dan terbesar di Indonesia tersebut.
Selain nantinya bekerjasama dalam menyiapkan standar kriteria, prosedur sertifikasi, digital platform, dan desain yang berkualitas, REI dan GBCI juga akan melakukan sosialisasi aplikasi greenship tersebut kepada seluruh anggota asosiasi pengembang tertua tersebut. Penandatanganan kerjasama tersebut berlangsung di Kantor DPP REI, Jakarta, Rabu (4/9).
Ketua Umum DPP REI, Joko Suranto mengatakan langkah pihaknya untuk menyusun dan menerapkan sistem penilaian bangunan hijau (greenship) untuk rumah terjangkau ini didasarkan kepada kesadaran terhadap kondisi perubahan iklim (climate change) yang semakin nyata. Oleh karena itu, semua pemangku kepentingan termasuk pengembang harus memiliki komitmen bersama untuk menyelamatkan bumi.
Baca Juga : Gencar Lakukan Penanaman Sejuta Pohon dan Pameran Properti, Ini Target Ketum REI
“Climate change adalah sesuatu hal yang kita harus sikapi dengan serius. Kita harus bangun komitmen, tentunya bersama-sama dengan komponen bangsa lainnya,” tegas CEO Buana Kassiti Group itu, dimana dalam penandatanganan kerjasama tersebut didampingi oleh Wakil Ketua Umum DPP REI Bidang Green Development REI Meiko Handojo.
Menurut Joko Suranto, dampak dari perubahan iklim juga dirasakan oleh para pengembang, diantaranya fenomena tidak menentunya siklus musim pada saat ini. Akibatnya, pengembang kesulitan untuk menentukan jadwal kegiatan untuk land clearing maupun pembangunan, karena musim hujan dan kemarau sering tidak menentu.
“Oleh karena itu, kerjasama REI dan GBCI ini dapat menjadi salah satu cara agar kita bisa beradaptasi dengan perubahan iklim tersebut. Ke depan, kami akan bekerjasama membuat standardisasi rumah terjangkau yang adaptif tetapi mudah untuk diterapkan. Ini tentu bukan pekerjaan mudah, karena pertimbangan biaya dan adanya perubahan perilaku pasar seperti dalam hal pemilihan bahan dan desain rumah,” jelas Joko Suranto.
Sebelumnya, REI juga sudah melakukan tindakan nyata berupa Program Sejuta Pohon REI yang sudah dilaksanakan di lebih dari 12 lokasi di seluruh Indonesia. Lewat program ini, setiap rumah yang dibangun anggota REI wajib menanam dua bibit pohon di depan rumah dan lingkungan perumahan. Komitmen tersebut, kata Joko, sudah disepakati oleh seluruh DPD REI se-Indonesia.
Baca Juga : Kompak, REI Se – Indonesia Dukung Program Penanaman Sejuta Pohon REI
“Ini juga bagian dari cara kami dari REI dalam mengurangi pemanasan global dan perubahan iklim. Semoga ini menjadi amal jariyah yang tidak akan pernah punah,” ungkap Presiden FIABCI Indonesia tersebut.
Sambut Positif Kerjasama REI dan GBCI
Sementara itu, Ketua GBCI Iwan Prijanto merasa bersyukur karena REI dan GBCI sudah memiliki landasan nilai yang sama dalam menyikapi climate change, sehingga kerjasama ini diharapkan dapat berjalan dengan baik dan intensif. Menurutnya, tanpa nilai dan paradigma yang sama, sangat sulit untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan kedua belah pihak.
“Tapi hari ini kita mendengarkan langsung bahwa REI juga memiliki value (nilai) pandangan yang sama dengan GBCI sehingga mudah-mudahan kita bisa melahirkan paradigma baru di industri perumahan,” ujar Iwan yang didampingi Executive Director GBCI Tito Ariwibowo, dan Sekretaris GBCI Iparman Oesman.
Iwan menambahkan, GBCI merasa tertantang karena selama ini paradigma mereka adalah melakukan sertifikasi terhadap commercial building atau Gedung-gedung bertingkat dengan investasi yang besar. Jenis properti itu sudah memiliki kesadaran tinggi dan sebenarnya mampu melakukan proses sertifikasi sendiri.
Baca Juga : Implementasikan Sustainability, CIMB Niaga Perkuat Inisiatif KPR Hijau
Tetapi untuk bangunan khususnya hunian di segmen menengah dan bawah, diakuinya hal itu merupakan sesuatu yang baru. Apalagi, ungkap Iwan, Ketua Umum REI Joko Suranto meminta dari sisi biaya sertifikasi juga harus terjangkau.
“Artinya prosesnya bisa dilakukan dimana pun dan dalam situasi apapun dengan biaya terjangkau. Banyak tantangan memang, namun GBCI saat ini sedang siapkan digital platform-nya, sehingga sertifikasi digital hunian terjangkau ini dapat terealisasi secepatnya, tanpa mengurangi kredibilitasnya,” kata Iwan.
Setelah itu, REI dan GBCI akan memulai sejumlah pilot project yang diharapkan akan semakin meluas di setiap proyek perumahan yang dibangun pengembang. Kerjasama lebih besar dapat dilakukan dengan melibatkan ekosistem lain seperti perbankan dan manufaktur yang juga sudah menjalin kerjasama dengan GBCI.
“Kita juga sedang kaji penyusunan katalog desain rumah hijau berkualitas untuk segmen hunian terjangkau ini. Desainnya akan dibuat arsitek top nasional yang nantinya dapat jadi pilihan oleh pengembang,” pungkasnya.