SOROT-Konsultan properti, Colliers Indonesia menyatakan tantangan industri properti dalam beberapa tahun kedepan akan semakin berat. Namun, jika melihat industri ini secara positif meskipun terjadi sedikit perlambatan, pasar masih diprediksi terus tumbuh secara positif.
Di era pemerintahan Jokowi-JK, industri properti dan insfrastruktur akan menjadi salah satu sektor industri paling berkembang, disamping sektor strategis seperti maritim dan ekonomi kreatif. Bisnis ini memang menjadi salah satu bisnis yang menjanjikan. Selain bisa mendapatkan keuntungan besar, juga dipastikan akan berjalan terus mengingat kebutuhan akan tempat tinggal yang tak pernah ada habisnya.
Riset Jones Lang Lasalle menjelaskan, perkembangan pasar properti pada kuartal II-2014 secara perlahan sudah mulai mengalami peningkatan. Animo masyarakat untuk properti terlihat masih besar. Jones Lang memprediksi sektor properti akan tetap tumbuh mulai pada tahun 2015.
Dalam Seminar Sehari dengan tema Outlook Property 2015, Geliat Investasi di Tengah Kelangkaan Lahan yang digelar Majalah Property&Bank, di Grand Sahid Jaya Jakarta pada Kamis 4/12/2014 lalu, Ketua Kehormatan Real Estate Indonesia Lukman Purnomosidi menyimpulkan bahwa, pada kurun waktu tahun 2013 hingga 2014 properti tumbuh pesat.
Menurutnya, pada era itu banyak dikembangkan perumahan-perumahan mewah yang mendominasi wilayah Jabodetabek dan diikuti hunian vertikal. Disamping itu, pertumbuhan properti komersial seperti perkantoran, kondotel, hotel dan mall tetap berkembang di beberapa lokasi yang premium.
“Gencarnya pembangunan di kawasan utama Jakarta membuat lahan yang ada semakin berkurang. Setiap jengkal tanah berubah menjadi bangunan perumahan maupun perkantoran. Selain itu, masalah yang masih kerap dihadapi adalah tentang perencanaan tata ruang yang kurang tepat, infrastruktur kota yang belum memadai, pembiayaan dan perijinan yang masih menuai persoalan serta pembangunan rumah sederhana yang tertinggal dimana akan membuat potensi kerawanan,” ujar Lukman yang juga menjabat Presiden Direktur PT Eureka Prima Jakarta Tbk (LCGP).
Menurut Lukman, tahun 2015 memang menjadi tahun terberat dalam pasar properti selama kurun waktu lima tahun terakhir. Pelaku properti harus menghadapi liberalisasi yang tak terbendung lagi. Hukum persaingan bebas akan berlaku, sedangkan mempersiapkan diri diperlukan waktu. Dengan kondisi regulasi yang ada saat ini, tentu developer asing akan memanfaatkan pasar Indonesia yang berkembang. Ditambah lagi dengan modal dan keahlian SDM asing yang lebih siap, tentu akan mengancam para developer nasional yang tidak siap.
Jika regulasi membolehkan orang asing bisa membeli properti secara pribadi, maka implikasi yang akan terjadi adalah pasar domestik akan semakin marak. Selain itu harga juga akan semakin melonjak ini bisa menjadi peluang bagi developer nasional. Dan jika pembangunan rumah sederhana tidak dapat mengikuti perkembangan maka dapat semakin tertinggal.
Namun, Lukman Purnomosidi menjelaskan kita tidak perlu khawatir menghadapi kondisi ini. Sebab yang tahu persis karakteristik market properti di Indonesia adalah kita sendiri. Kita hanya perlu meningkatkan kekuatan kompetensi dalam berbagai bidang. Selain itu, asosiasi profesi juga memiliki peranan yang kuat dalam menghadapi gencarnya persaingan tahun ini. Ditambah lagi dengan global networking yang luas juga menjadi faktor penguat lain.
Ali Tranghanda dari Indonesia Property Watch memprediksi tahun ini pasar properti akan mengalami perlambatan secara umum. Ini merupakan akibat dari pasar yang relatif jenuh dan berimbas pada penjualan yang menurun. Selain itu, perekonomian juga belum menunjukkan kenaikan meski di prediksi akan naik. Suku bunga yang masih tinggi serta kenaikan harga bbm yang mengakibatkan inflasi konstruksi juga menjadi alasan melambatnya pergerakan pasar.
Ali menegaskan, pertumbuhan pasar hanya melambat saja namun tidak menyebabkan harga jatuh. Sesaknya kawasan utama ibukota membuat beberapa kawasan lain akan bertumbuh. Secara umum, masih terjadi kondisi over value dimana harga properti primer dan harga properti sekunder lebih besar 20%. Dan keduanya akan membuat keseimbangan pasar baru. Pasar properti primer juga, akan memiliki potensi pasar yang tinggi.
Potensi pasar properti pada tahun 2015 akan berada pada angka yang sama dengan tahun 2014 yakni sebesar 20%. Adapun optimisme Lukito mengatakan demikian, antara lain disebabkan karena penguasaan knowledge pasar dan strategi bisnis brand lokal dalam membidik pasar, lebih kuat dibandingkan brand asing. Kepercayaan developer nasional terhadap broker lokal masih tinggi. Hanya saja, yang masih menjadi kendala adalah persoalan Sumber Daya Manusia (SDM).
Ketua DPD AREBI DKI Jakarta Lukas Bong mengatakan, agen properti dihadapkan pada persaingan yang sangat ketat terutama dengan broker dari negara tetangga. “MEA 2015 memang sudah di depan mata, namun kapasitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh Negara kita masih perlu ditingkatkan,” ungkap Lukas Bong.
Dibanding negara Singapura dan Malaysia, industri agen properti masih tertinggal jika aturan yang berlaku belum diperbaharui. Menurut Lukas, perkembangan bisnis broker di Malaysia dan Singapura dapat maju seperti sekarang sebab mereka sudah memiliki sistem yang bagus, selain itu database dan networking-nya pun dari seluruh dunia.
Sejumlah persoalan bakal dihadapi para pelaku usaha sektor properti di Indonesia pada masa mendatang. Pekerjaan rumah (PR) pemerintah terkait backlog perumahan nasional yang cukup besar sampai kini belum dapat terselesaikan. Derasnya arus investasi asing, juga akan mengubah peta persaingan bisnis properti di dalam negeri. Pengembang tanah air harus siap bersaing dengan terus meningkatkan kemampuan agar tetap menjadi tuan rumah di negeri sendiri.