
PROPERTI – Meski kondisi ekonomi makro sedang di bayang-bayangi pergerakan yang lamban, namun tidak mempengaruhi pertumbuhan pasar properti untuk sektor kondominium. Hal ini di ungkapkan oleh Luke Rowe selaku Head of Residential dari konsultan Properti Jones Lang LaSalle (JLL), ia mengatakan bahwa peningkatan penyerapan pasar kondominium pada kuartal 1 2015 adalah sebanyak 4,600 unit.
Sedangkan total penyerapan secara keseluruhan pada akhir kuartal 2014 lalu yaitu sebesar 3,900 unit. Luke Rowe juga mengatakan jumlah total pasokan yang akan datang hingga 2018 adalah sebesar 56.000 unit. Meski penyerapan naik, namun harga beberapa sub sektor kondominium mengalami perlambatan, diantaranya adalah harga kondominium kelas mewah (high-end) dan atas (upper).
Berbeda dengan sektor kondominium, penurunan terjadi pada sektor perkantoran. Angela Wibawa, Head of Market dari Jones Lang La Salle (JLL) memaparkan bahwa pada kuartal 1 2015 ini, terjadi penurunan tingkat permintaan sebesar (-)4,400 m2 yang disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranya adalah, efisiensi, relokasi, serta penggabungan antara efisiensi dan relokasi.
“Relokasi terjadi ke beberapa kantor di CBD yang lebih murah, maupun menuju gedung perkantoran diluar CBD,” ungkapnya.
Secara keseluruhan permintaan selama kuartal 1 ini menunjukkan penyerapan negatif yang lebih tinggi dibandingkan kuartal yang sebelumnya, yakni sekitar (-)2,600 m2. Adapun, dari sektor retail terjadi perlambatan pasokan akibat berlanjutnya kebijakan moratorium dari pemerintah.
Namun, Herully Suherman selaku Directur of Strategic Consulting JLL mengatakan ,”Terlepas dari kondisi perekonomian dalam negri yang diwarnai oleh melemahnya Rupiah terhadap Dollar Amerika serta sentimen bisnis yang sedang menurun, aktifitas pasar properti di Indonesia masih menunjukkan persepsi yang positif,” terangnya.