Property & Bank

Peminat Kondominium Turun, Pengembang Pilih Bangun Rumah Tapak

Ilustrasi bangunan vertikal dan rumah tapak

PROPERTI – Di masa pandemi saat ini, peminat kondominium turun sangat drastis. Hal ini terbukti dengan rendahnya penjualan unit-unit kondominium selama pandemi.

Head of Advisory JLL Vivin Harsanto mengatakan, belum ada peningkatan penjualan di sektor  kondominium mengingat para pembeli yang cenderung masih berhati-hati. Melihat kondisi ini,  kata Vivi, para pengembang, khususnya yang memiliki lahan besar, mengubah fokus mereka ke sektor perumahan tapak.

[irp]

“Oleh karena itu, kami melihat para pengembang lebih aktif dalam meluncurkan produk perumahan tapak dan tetap mendapatkan respon yang cukup baik dari pasar,” kata Vivin dalam Media BriefingJakarta Real Estate Market Overview 4Q20, Rabu (10/2), yang dilakukan melalui daring (dalam jaringan).

Country Head JLL Jame s Allan menambahkan, dengan potensi sosial-ekonomi  yang  dimiliki  Indonesia,  para  investor tetap  menaruh minat terhadap sektor logistik dan perumahan tapak di tengah pandemi. Pengembangan pusat-pusat data (data centres) juga menjadi sektor baru yang berkembang.

[irp]

“Kolaborasi antara pengembang lokal dan asing tetap aktif terlihat dari peluncuran rumah tapak di wilayah Jabodetabek sepanjang tahun 2020,” kata Jame’s.

Sementara itu, meskipun perberlakuan aturan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di Jakarta, membuat pengunjung pusat belanja menjadi turun drastis, namun pembukaan gerai baru masih tetap berlangsung. Tingkat hunian masih mengalami sedikit penurunan dibandingkan triwulan ketiga sehingga berada di  angka 87%.

[irp]

Head of Research JLL Yunus Karim mengatakan, pihaknya tetap melihat pembukaan gerai baru di pusat perbelanjaan menengah keatas. Sektor yang masih cukup aktif, menurut dia adalah F&B, diikuti oleh kesehatan dan kecantikan.

“Pasokan pusat perbelanjaan baru diperkirakan bertambah sebesar ±130 ribu meter persegi di tahun 2021.Tingkat  penjualan  kondominium  masih  stabil  di  angka  63%  dengan total  jumlah  unit  yang dipasarkan mencapai 37 ribu unit per akhir tahun 2020. Sedangkan jumlah unit kondominium baru yang diluncurkan selama 2020 sebanyak 1.160 unit,” jelas Yunus Karim.

[irp]

Sedangkan untuk perkantoran, Yunus mengatakan total penyerapan di kawasan CBD hanya sebesar 33,000 meter persegi di tahun 2020 dengan tingkat hunian turun sebanyak2% dari  tahun sebelumnya. Harga  sewa perkantoran grade A masih  mengalami penurunan sebesar ± 1.7% di tahun 2020 dibandingkan tahun sebelumnya.

Head of Markets JLL Angela Wibawa menambahkan, permintaan ruang perkantoran masih cukup aktif berasal dari perusahaan berbasis teknologi dan perpindahan menuju gedung dengan kualitas lebih baik. Tingkat hunian di Kawasan CBD berada di angka 74%, kawasan Non CBD terdapat satu gedung perkantoran baru yang selesai dibangun di Jalan Tendean sebesar 27,000 meter persegi sehingga menyebabkan tingkat hunian di Kawasan Non CBD turun ke angka76%.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *