Property & Bank

Rata-rata Penumpang 75 % Perhari, Segini Pendapatan Whoosh Ditahun 2023

pendapatan whoosh
Kereta cepat Jakarta — Bandung makin diminati

Propertynbank.com – Manajemen PT Kereta Cepat Indonesia China (PT KCIC) telah mengungkap sumber pendapatan Whoosh selama tiga bulan beroperasi secara komersial. General Manager Corporate Secretary PT KCIC, Eva Chairunisa menyatakan bahwa salah satu sumber pendapatan Whoosh yang utama adalah penjualan tiket atau farebox.

Sejak beroperasi berbayar pada 17 Oktober 2023 hingga akhir tahun 2023, PT KCIC dan pendapatan Whoosh berhasil menjual sebanyak 1.220.000 tiket, dengan tingkat okupansi rata-rata sekitar 75 persen di hari biasa. Sementara itu, untuk akhir pekan, tingkat okupansi dapat mencapai di atas 80 persen. “Volume penumpang saat ini masih stabil dengan okupansi di atas 50 persen,” kata Eva mengutip dari Tempo, Senin (15/1/2024).

Pendapatan Whoosh Dari UMKM

Sementara untuk pendapatan non-farebox, Eva menyampaikan bahwa manajemen terus berupaya memaksimalkan pemanfaatan area komersial. Sampai saat ini, terdapat sekitar 75 tenant permanen yang bekerja sama di area stasiun, serta 160 usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang berfokus pada area kuliner dan tersebar di Stasiun Halim, Padalarang, dan Tegalluar.

Baca Juga : Wow ! Penumpang Whoosh Tembus 1 Juta Orang Dalam Dua Bulan

Selain itu, PT KCIC terus menjalin kerja sama dengan berbagai operator transportasi untuk terus meningkatkan integrasi antarmoda. Hal ini bertujuan agar seluruh masyarakat dapat dengan mudah menuju Stasiun Kereta Cepat dan sebaliknya.

Eva tidak membeberkan angka pendapatan Whoosh yang diraih perusahaan sepanjang tiga bulanan beroperasi pada 2023. Namun, sumber Tempo yang mengetahui operasional Kereta Cepat Whoosh mengungkap pendapatan yang dihasilkan oleh sepur kilat itu.

Hingga kuartal IV Tahun 2023, kata Eva, PT KCIC secara keseluruhan memproyeksikan pendapatan Whoosh dan perusahaan dengan nilai Rp 106,76 triliun. Lebih rinci, pendapatan Whoosh itu terbagi ke dalam pendapatan lain senilai Rp 3,44 triliun, lalu pendapatan farebox senilai Rp 66,025 triliun, dan pendapatan non-farebox senilai Rp 37,29 triliun.

Namun, dalam laporan laba rugi, sumber yang sama mengatakan bahwa pendapatan farebox nilainya hanya mencapai Rp 212,8 miliar dan pendapatan non-farebox nilainya Rp 37,28 miliar. Untuk rincian pendapatan non-farebox berasal dari retail Rp 21,8 miliar, advertising Rp 18,8 miliar, naming rights Rp 36 miliar, parkir Rp 10,2 miliar, ride hailing Rp 1,1 miliar, dan lain-lain Rp 2,7 miliar. (Nabilla Chika Putri)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *