
BERITA PROPERTI – Belakangan, tren berkantor dirumah sudah menjadi hal yang lumrah. Tanpa harus menghabiskan waktu berjam-jam untuk perjalanan pulang pergi ke kantor, melakukan aktifitas kantor di rumah akan lebih efisien. Namun, untuk mendukung kegiatan di rumah, tentu saja harus didukung oleh teknologi yang mumpuni. Terlebih, bagi anak-anak muda yang makin menggandrungi startup.
CEO Cyber Park Indonesia, Dedi Yudiant menjelaskan, memiliki sistem pengolahan data tak perlu kantor yang besar. Tak bisa dipungkiri, sejauh ini hampir semua inovasi digital seperti halnya Stripe, Facebook, Ubuntu atau Firefox ditemukan oleh generasi muda di usia kurang lebih 20 atau 25 tahun, dan semuanya bermula dari rumah, bukan kantor yang besar.
“Prinsip ekonomi digital itu rumahnya kan harus berkonsep digital, tapi bisa produktif membangun ekonomi dari rumah. Nah, apakah sudah ada konsep untuk mendukung kinerja seperti itu? Memang, ada program-program fiber masuk ke perumahan-perumahan berkonsep smart home, tapi apakah itu sudah menjawab sebagai tempat nyaman bekerja dari rumah?,” ujar Dedi Yudiant, di acara peluncuran Tamansari Cyber di Kelurahan Mulyaharja, Bogor, Jawa Barat, Minggu (5/2/2017) yang disampaikan dalam keterangan tertulis.

Dikatakan Dedi, pihaknya membangun cyber home sebagai rumah masa depan untuk generasi Y dan generasi Z. Menurutnya, smart home dan cyber home sangat berbeda jauh. Jika smart home lebih kepada home user yang mengarah ke rumah konvensional mengarah digital, konsep cyber home lebih kepada kapasitas bandwith internet untuk melengkapi perangkat digital di dalam rumah.
“Tamansari Cyber dibangun dengan konsep cyber home di lahan seluas 13 hektar. Lokasinya berdekatan dengan Bogor Nirwana Residence (BNR), tepatnya di Kelurahan Mulyaharja, Bogor, Jawa Barat. Kami bekerjasama dengan PT Wika Realty. Sedangkan untuk mengembangkan perumahan tersebut sebagai cyber home, kami gandeng produsen fiber optik Powertel,” sambung Dedi.
Ditambahkan Dedi, Powertel membangun kawasan hunian ini dengan fasilitas mega fiber optik. Ini satu-satunya konsep cyber home sekaligus menjadi komplek silicon valley-nya Indonesia. Jika selama ini banyak rumah masih mengandalkan paket internet dengan kuota dari televisi berbayar, di Tamansari Cyber pihaknya membangun fasilitas akses internet berkapasitas besar dan cepat memakai fiber optik.
“Setiap rumah kami pasang internet kapasitas bandwith internet simetris upload dan download sama, yaitu 100 Mbps dan IP Public kalau ingin menghidupkan server sendiri dari rumahnya. Sekarang sudah progres menuju 1 Gbps di setiap rumah, bahkan mulai kami upgrade menjadi 10 Gbps,” tambahnya.
Tamansari Cyber dirancang dalam dua jenis hunian, yaitu Homepage dan Bandwith dengan jumlah total 331 unit. Untuk tipe Homepage seluas bangunan 75 meter persegi dan luas tanah 120 meter persegi, harga yang ditawarkan Rp 1,2 miliar. “Adapun tipe Bandwith dengan luas bangunan 62 meter persegi dan luas tanah 105 meter persegi harganya dibanderol Rp 1 miliar lebih,” pungkas Dedi.