BERITA PROPERTI – Asosiasi Pengembang Rumah Sederhana Sehat Nasional (Apernas) hingga Juli 2017 ini telah membangun sebanyak 3.000 unit rumah bersubsidi untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Hal itu merupakan salah satu bentuk dukungan tehadap Program Satu Juta Rumah yang menjadi salah satu program prioritas nasional di Indonesia.
“Hingga semester satu bulan Juli 2017 ini Apernas telah membangun sekitar 3.000 rumah untuk masyarakat di seluruh Indonesia,” ujar Ketua Umum DPP Apernas Aris Suwirya di Jakarta dalam keterangan tertulis beberapa waktu lalu.
Saat ini, kata Aris, pengembang-pengembang rumah yang tergabung dalam Apernas memang fokus dalam membangun rumah sederhana khusus rumah bersubsidi. Hal itu dilakukan sebagai bentuk dukungan kepada pemerintah dalam penyediaan perumahan bagi masyarakat.
Aris menambahkan, pembangunan 3.000 rumah itu tersebar di beberapa wilayah di Indonesia seperti Sulawesi, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Samarinda dan Nunukan. Khusus di daerah Nunukan, Aris menyatakan, pengembang Apernas membangun sebanyak 1.000 unit rumah untuk masyarakat yang tinggal di daerah perbatasan.
“Tidak tertutup kemungkinan di beberapa daerah lainnya juga akan membangun rumah-rumah sederhana lain bagi masyarakat. Pokoknya kami dukung penuh Program Satu Juta Rumah pemerintah,” tandasnya.
Ketika di tanya lebih jauh tentang target pembangunan rumah yang dilaksanakan oleh Apernas secara keseluruhan pada tahun 2017, Aris mengungkapkan, pihaknya tidak terlalu muluk-muluk dalam menetapkan targetnya. “Sekitar 10.000 rumah saja pada tahun 2017. Yang penting pembangunannya tetap jalan di lapangan,” ungkapnya.
Terkait dengan harga jual rumah sederhana yang dibangun, pihak Apernas menyatakan harga jualnya sesuai harga rumah bersubsidi yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Masyarakat diharapkan bisa memiliki rumah yang dibangun oleh Apernas dengan memanfaatkan KPR bersubsidi dari pemerintah dengan skema Fasilitas Likuiditas Pembiayan Perumahan (FLPP) yang suku bunganya tetap dan angsuran yang ringan selama masa tenor kredit.
“Apernas juga terus berkoordinasi dengan pemerintah khususnya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam proses pembangunan. Selain aktif mengikuti berbagai kegiatan sosialisasi kebijakan terkait bidang perumahan, pihaknya juga tetap melaporkan data hasil pembangunan untuk mem – back up data laporan capaian Program Satu Juta Rumah pemerintah,” katanya.
Meskipun demikian, Aris menambahkan, beberapa waktu belakangan ini pihaknya sempat mengelami kesulitan dalam penjualan rumah bersubsidi karena kurang aktifnya bank penyalur KPR FLPP di daerah-daerah. Padahal pengembang perumahan telah berusaha keras memenuhi pasokan rumah bersubsidi bagi masyarakat.
“Kami juga berharap bank penyalur KPR FLPP juga bisa pro aktif untuk menginformasikan rumah-rumah bersubsidi yang dibangun pengembang di daerah. Jangan sampai ada anggapan pasokan rumah bersubsidi tidak ada. Kami upayakan pasokannya tetap ada bagi masayarakat berpenghasilan rendah,” tandasnya.
Pihaknya juga menyoroti tentang lamanya waktu pencairan kredit konstruksi dan KPR bagi rumah bersubsidi oleh perbankan di daerah. Padahal pengembang telah memasukan data-data lengkap konsumen yang ingin membeli rumah bersubsidi.
“Kami juga minta perbankan untuk mengutamakan kredit kontruksi untuk pengembang rumah bersubsidi. KPRnya juga kalau bisa dipercepat. Ini kadang-kadang rumah sudah jadi seratus, data konsumen juga sudah masuk seratus. Sedangkan pencairan kreditnya waktunya lama, sebulan kadang hanya dua. Ini kan jadi membuat pengembang sulit di lapangan,” katanya.