Property & Bank

Mengubah Kelemahan Menjadi Kekuatan

KOLOM : Disebuah perkampungan Illinois, tinggallah seorang anak laki-laki bernama David Boies. David mengalami Dyslexia, sulit membaca. Tidak sedikit orang yang mengalami dyslexia, sehingga menjadi satu kelemahan dari diri penderitanya.

Penderita dyslexia, kerap mendapat perlakukan yang kurang baik sehingga banyak yang mengurangi semangat mereka. Akhirnya banyak para penderita dyslexia ini tidak memiliki prestasi dalam kehidupan mereka.  

[irp]

Namun tidak demikian bagi David Boies ini. Dia berhasil menjadikan kelemahan tersebut sebagai kekuatannya. Sejak kecil, dia berusaha keras mendapatkan informasi yang sama dengan cara yang berbeda. David mendapatkan banyak informasi dengan cara mendengarkan. Bahkan ibunya sendiri kerap membacakan buku-bukunya. Mendengarkan merupakan cara David mendapatkan berbagai informasi guna memperkaya ilmunya. “jadi bukankah “listening skills” seringkali menjadi differentator antara good performer dan yang lain. Bukankah ada begitu banyak orang pinter yang sulit sekali menjadi “pendengar yang baik”?

Menurut Ketua Dewan Pakar IABIE, Pambudi Sunarsihanto, otak David bekerja dengan lebih sederhana dan tidak rumit.  Dengan cara mendapatkan informasi yang berbeda, David mampu menjelaskan dengan cara yang sangat sederhana.

[irp]

“Terbukti, lewat keunggulannya, mendengarkan, meringkas serta menjelaskan sesuatu dengan sederhana, David berhasil menjadi seorang pengacara dan menjadi seorang yang sangat sukses. Bahkan dengan dyslexia nya mampu melebih mereka yang tidak punya kelemahan,” papar Pambudi.

Apa yang di alami David, merupakan contoh bagaimana seseorang mampu mengubah kelemahan menjadi kekuatan. Kisah lengkap sosok David ini dapat di baca pada buku “David and Goliath” yang ditulis oleh  Malcolm Gladwell.

[irp]

Kisah serupa juga dialami Kris (bukan nama sebenarnya), sejak kecil dia sudah menyukai ilmu-ilmu sosial, komuniasi dan berhubungan dengan manusia. Bahkan dia pernah bercita-cita menjadi wartawan. Sayang, orangtuanya tidak mampu membiayai kuliahnya. Akhirnya dia harus mencari beasiswa untuk kuliah ke luar negeri. Waktu itu kesempatan kuliah di luar negeri, hanyalah kalau kuliah dalam bidang teknologi. Akhirnya dia belajar keras matematika, fisika dan kimia. Dia mendapatkan beasiswa ke Eropa untuk belajar Computer Sciences. Dia lulus dan kemudian menjadi programmer.

Tetapi ada passion yang hilang. Dia lebih suka berkomunikasi dengan manusia, bukan dengan computer. (Kris dulunya bahkan pernah menjadi pengarang cerita pendek di majalah Anita Cemerlang dan Gadis).

[irp]

“ini bisa saja terjadi, dimana pada saat seseorang bekerja di luar passionnya, tentu lama-lama interst dan happinerss-nya turun,” ujarnya.  

Orang lain mungkin akan terus berkutat di situ dan menerima kelemahan itu. Kris pun menyadari hal itu, kemudian ia belajar Artificial Intelligence. Di situ dia bekerja sebagai “knowledge engineer”, seseorang mewawancarai banyak expert untuk kemudian membuat system logis yang disampaikan agar para programmer mampu melakukan coding agar computer mampu mensimulasikan pengambilan keputusan manusia untuk pekerjaan kognitif.

[irp]

Misalnya software permainan catur, meramalkan cuaca, prediksi harga saham. Mereka itu dibuat oleh para programmer yang tidak mengerti catur, cuaca atau saham. Maka pengetahuan para expert harus disarikan oleh knowledge engineer menjadi sebuah model yang mudah di “coding” oleh para programmer.

Kemampuan Kris menjadi “knowledge engineer” sangat bermanfaat dalam komunikasi dengan orang lain, memahami problem yang rumit, dan menjelaskan kepada orang lain sambil memecahkan masalah atau bahkan mempengaruhi (influencing) orang lain. Kris pun melanjutkan studi MBA nya di Eropa.

[irp]

Setelah kembali ke Indonesia, Kris bekerja menjadi HR, bahkan pernah menjadi HR Director di beberapa perusahaan ternama, baik perusahaan internasional maupun perusahaan nasional terbesar di negeri ini.

Again, that’s how you turn your weakness into your strength!

“Seorang anak yang  saya kenal ternyata autism, tetapi dia menjadi software programmer yang handal,”pungkas Pambudi.

[irp]

Beberapa orang sukses juga mengalami dyslexia, seperti Victoria Beckham. Victoria mampu menjadi penyanyi terkenal dan designer handal. Begitu juga dengan Michael Phelph mengalami ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) tetapi menjadi juara renang olimpiade.

Anda mempunyai kelemahan? Anak anda mempunyai kelemahan? Anak buah anda mempunyai kelemahan? Jangan takut. Jangan khawatir. Jangan cemas. Karena berarti dia mempunyai potensi luar biasa dalam bidang yang lain.

[irp]

Lalu bagaimana anda mengubah kelemahan menjadi kekuatan ? Mandie Holgate merekomendasikan lima langkah. Pertama, Find and Accept Your Weakness. Cari, identifikasi, dan accept (terimalah) kelemahan anda. Akuilah bahwa memang manusia tidak sempurna, dan pasti ada kelemahannya. Percayalah bahwa kelemahan itu tidak akan menghambat anda berprestasi dalam hidup anda.

Kedua,  Dig Deeper. Analisa lebih dalam lagi. Apakah kelemahan itu? Apa pengaruhnya bagi anda? Dalam hal apakah kelemahan itu membatasi apa yang anda lakukan? Dalam bidang apa saja anda dibatasi oleh kelemahan-kelemahan itu? Tuliskan, buat daftar dan Analisa lebih dalam.

[irp]

Ketiga, Explore Your Potentials. Coba cari cara untuk mendapatkan informasi dengan cara berbeda. Coba cari bidang-bidang di mana kelemahan anda itu memang tidak relevant. Coba Analisa di mana anda bisa mendapatkan kelebihan lain yang tidak dipunyai orang lain.

Keempat,  Explore Lots of Possibilities. Evaluasi lagi. Gunakan imaginasi anda lagi seluas-luasnya. Pernahkah anda memikirkan tentang bidang-bidang baru yang sama sekali belum pernah terpikirkan?.  Jangan berpikiran, think outside the boxBreak the box. You have no box.  Pikirkan tanpa apapun yang membatasi. Lihat bagaimana anak dyslexia bisa menjadi pengacara. Lihat bagaimana artificial programmer menjadi HR Director. Lihat bagaimana anak ADHD menjadi  juara dunia renang.

[irp]

Pikirkan untuk anda sendiri, apa kelemahan anda, bagaimana anda mencari di mana kelemahan itu menjadi tidak relevant dalam bidang tersebut.

Kelima, Work Hard to Sharpen Your Shaw. Now this is the hard truth!.

Bukan berarti dengan melakukan 4 hal di atas kemudian anda tidak bekerja keras. Well, anda tetap harus bekerja keras. Lebih keras daripada yang lain. 

“Identify Your Weakness. Make it irrelevant. Find new field. Build your new strength and work hard for it.”

Penulis :

Pambudi Sunarsihanto
Ketua Dewan Pakar IABIE

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Terkini

Journalist Media Network