Pilpres telah usai digelar pada 9 Juli 2014, dan pada 10 Jul 2014 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kenaikan hingga menyentuh level 5.165 dan ditutup pada level 5.098. Tanggal 11 Jul 2014 IHSG mengalami penurunan lagi. Sambil menunggu pengumuman resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) siapakah yang menjadi Presiden terpilih, ternyata perbedaan hasil hitung cepat yang dirilis oleh beberapa lembaga survei membuat pasar waspada. Lantas bagaimana sebaiknya sikap kita terhadap investasi saham di Indonesia?
Pertama kita harus ingat bahwa investasi saham adalah investasi jangka panjang. Jika investor memiliki horizon investasi jangka panjang, maka ia tidak akan takut dengan gejolak naik turunnya saham dalam jangka pendek. Bahkan penurunan dalam jangka pendek memberinya peluang untuk mendapatkan saham-saham bagus dengan harga murah. Seorang investor tentu saja tidak mengharapkan pasar saham untuk mengalami penurunan tajam, tetapi jika hal itu terjadi ia akan dengan senang hati menyambut jatuhnya harga-harga saham untuk membeli saham bagus dengan harga murah.Sikap ini akan sangat menentukan keberhasilan investasi, karena cukup banyak pihak yang mengatakan dirinya sebagai investor tetapi nyatanya hanyalah trader, dan satu fakta yang harus diingat adalah mayoritas trader mengalami kerugian. Ada pula investor yang panik melihat jatuhnya harga saham, sehingga ia tidak membeli saham bagus yang lagi jatuh harganya bahkan ikut menjual portofolionya.
Hal kedua yang perlu dilihat adalah fundamental Indonesia sendiri. Ibarat emas, emas yang diletakkan dimanapun tetaplah emas, emas yang masih berbentuk bongkahan tetap saja emas. Dan emas memiliki nilai yang tinggi. Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk yang besar, pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil, saat ini sudah termasuk dalam G-20 dan diperkirakan bisa masuk dalam jajaran G-7 di masa depan. Tentu saja hal ini menunjukkan bahwa fundamental Indonesia dalam jangka panjang sangat bagus dan bisa diibaratkan sebagai emas. Sehingga beberapa tahun terakhir ini kita melihat derasnya arus investasi asing ke Indonesia.
Jika kita ingat kembali tahun 1998 Indonesia mengalami krisis moneter dan perekonomian jatuh tajam, pada saat itu IHSG turun hingga level 250-an dan saat ini IHSG bertengger di level 5.000-an. Hanya investor yang memiliki horizon investasi jangka panjang yang berani berinvestasi di Indonesia pada 1998, dan tindakan tsb dikompensasi dengan return yang luar biasa. Di samping horizon investasi, fundamental Indonesia memang mendukung untuk terjadinya pemulihan ekonomi seperti yang kita saksikan bersama hingga akhirnya IHSG mencapai level 5.000.
Jadi, bagaimanakah prospek investasi saham Indonesia setelah Pilpres 2014? Jika kita bisa melihat hutannya (gambaran umum perekonomian Indonesia secara keseluruhan), bukan hanya melihat pohon (gejolak jangka pendek terkait Pilpres 2014), maka prospek Indonesia masih sangat bagus. Tetapi jika kita hanya melihat pohon, maka saat ini pasti diliputi oleh kekhawatiran karena ketidakpastian yang ada atau bahkan melihat suatu jalan buntu. Oleh sebab itu, kita harus selalu ingat untuk memiliki horizon investasi jangka panjang dalam berinvestasi saham. Semoga artikel singkat ini bermanfaat bagi pembaca setia Majalah Property&Bank. Jika ada pertanyaan silakan kirim ke tommy@investors-academy.co.id Selamat berinvestasi.