Property & Bank

Bisnis Raksasa Pialang Properti

Peluang bisnis broker/pialang properti semakin menjanjikan. Dari potensi pasar yang tersedia, baru digarap sekitar 25 persen dengan nilai mencapai Rp75 triliun. Artinya masih terbuka pasar sebesar 75 persen yang belum disentuh dengan nilai ratusan triliun. Persaingan bakal makin seru. Sayang belum ada standarisasi profesi dan sertifikasi yang harus dimiliki para pialang ini.
Derasnya perputaran uang di dalam bisnis jual beli dan sewa properti membuat keberadaan broker kian dibutuhkan. Dari waktu ke waktu , perusahaan agen properti yang ikut bisnis makin bertambah. Dari mulai yang masih tradisional maupun yang sudah modern. Data Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) menyebutkan, tahun lalu, pasar broker properti yang sudah diserap baru berkisar 20-25%. Dari angka tersebut, nilainya mencapai Rp. 75 triliun. Berarti, ada sekitar 75% potensi pasar di industri ini yang belum tergarap oleh para pemainnya. Dengan demikian, perkembangan bisnis broker properti ke depan bisa dibilang sangat menjanjikan. “Masih ada 75% yang belum bisa kita serap. Itu karena, satu, masih banyaknya tradisional broker yang berkeliaran di lapangan. Kedua, masih banyaknya pemilik rumah yang ingin menjual rumahnya sendiri. Ketiga, masih banyak developer yang ingin jual sendiri,” kata Darmadi Darmawangsa, Marketing Director ERA Indonesia.
Dia juga menjelaskan, ke depan tren bisnis ini akan berkembang seperti supermarket. Alasannya, masyarakat makin sibuk sehingga usaha untuk menyebarkan informasi semakin sempit. Dengan demikian, orang akan menitipkan penjualan atau pembeliannya ke perusahaan brokerage. “Makin lama masyarakat makin sibuk, sehingga untuk menyebarkan informasi  tidak semudah dulu. Jadi, kita (broker properti) akan seperti supermarket. Orang menitipkan ke kita,” kara Darmadi.
Bisnis broker properti pun dinilai  Aan Andriani, Franchise Service Director ERA Indonesia kebal terhadap resesi. Hal itu telah dibuktikan pada masa krisis 1998. Saat itu, katanya, banyak orang yang ingin menjual murah rumahnya, dan saat itu juga selalu ada orang yang mau menangkap peluang itu. Apalagi, properti merupakan kebutuhan primer. “Ini bisnis kebal resesi. Saat bagus, orang mau beli properti. Saat susah, ada orang yang mau jual properti butuh broker. Saat krisis hebat, banyak orang mau jual murah properti. Dan ada saja orang yang menangkap peluang itu. Kapan pun bisnis ini bagus dan hidup,” tuturnya.
Dari jumlah broker properti yang sudah ada saja tercatat ada puluhan jumlah broker modern, beberapa diantaranya yang tergolong besar seperti ERA, Ray White, Century21, Coldwell Banker dan LJ Hooker. Kemudian bermunculan franchise real estate lainnya seperti Pro/Max dan Re/Max yang baru hadir di Indonesia. Selain itu juga banyak broker-broker tradisional diluar sana yang tidak terhitung jumlahnya.
Dari data yang kami peroleh, saat ini kantor broker Agen properti Century 21 Indonesia memiliki 100 kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Di tahun 2014, ditargetkan akan menambah 30 kantor cabang baru. Untuk Ray White saat ini sudah memiliki 150 kantor  dan lebih dari 3,000 Marketing Executive tersebar di 20 kota besar di Indonesia. “Rencananya kami akan mengembangkan total 200 kantor sampai dengan tahun 2017,” kata Sari Dewi, COO Ray White Indonesia. Adapun kantor cabang Ray White tersebar di Jakarta, Tangerang, Bekasi, Karawang, Cirebon, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Malang, Bali, Lombok, Medan, Pekanbaru, Palembang, Lampung, Balikpapan dan Makassar. Sedangkan ERA Indonesia saat ini didukung oleh 130 kantor Member Broker (franchisee) dan lebih dari 4.250 Marketing Associates yang tersebar di 20 kota besar di Indonesia. Kemudian LJ Hooker Indonesia memiliki 53 kantor yang tersebar di kota-kota besar Indonesia dan tahun ini LJ Hooker Indonesia menargetkan dapat menambah 12 kantor baru di berbagai kota di Indonesia.
Untuk agen properti yang baru muncul di Indonesia, RE/MAX sudah menargetkan pembukaan kantor sebanyak 25 buah dalam tahun pertama dan dalam 5 tahun ke depan akan hadir di  kota-kota utama di Indonesia. Lain lagi dengan PRO/MAX Indonesia yang langsung menggebrak dengan membuka 33 kantor franchise yang sudah tersebar di Jakarta, Serpong, Cikarang, Bandung, Semarang, Surabaya, Lampung, Batam dan Medan. Ini belum termasuk kantor broker local non franchise atau agen properti perorangan tanpa ijin dan kantor yang beroperasi liar.
Potensi bisnis ini cukup menjanjikan bagi para investornya. Tetapi, dia menyarankan, para investor yang membeli hak waralaba dari pemain atau perusahaan franchise broker properti  perlu memahami secara mendalam karakter bisnis ini, tidak hanya sekadar berdasarkan janji franchisor saja. Untuk agen properti atau broker modern mungkin akan lebih mudah diatasi jika memang sewaktu-waktu terjadi pelanggaran.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Terkini