Property & Bank

BTN Gandeng KPK Tingkatkan GGC

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk menjalin kerjasama dengan KPK dalam mencegah praktik gratifikasi dan penyuapan di lingkungan kerja perseroan. Langkah ini menunjukkan Bank BTN serius dalam meningkatkan  Good Corporate Governance (GCG) di lingkungan perseroan.  
“Penerapan GCG menjadi pilar dalam memberikan jaminan kepada masyarakat tentang bisnis yang bersih. Bisnis perbankan adalah bisnis kepercayaan dan penerapan GCG di semua lini perseroan menjadi kunci TRUST bagi masyarakat kepada bank,” ujar Direktur Utama Bank BTN Maryono, usai penandatanganan komitmen  dengan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) tentang pengendalian gratifikasi di lingkungan perbankan di Jakarta, Rabu 25 Juni 2014 lalu.
Maryono menambahkan Bank BTN bertekad menjalankan GCG sesuai dengan pilar-pilar yang telah ditetapkan pada semua lini. Semangat untuk menjalakan GCG secara lebih serius itulah yang mendorong Bank BTN merangkul KPK dalam mencegah praktik gratifikasi dan suap di linkungan Bank BTN.
“KPK akan membantu Bank BTN mengimplementasikan sistem pengendalian gratifikasi di lingkungan kerja Bank BTN. Melalui sistem ini akan disiapkan perangkat dan mekanisme dalam pengendalian praktik gratifikasi yang dibangun  dan dikembangkan oleh bank secara berkesinambungan. Sistem inilah yang akan menjaga integritas seluruh pegawai dari praktik penerimaan dan pemberian gratifikasi yang dianggap sebagai suap. Oleh karena itu kami perlu KPK mengawal bagaimana itu dapat diimplementasikan di lingkungan kerja Bank BTN,” tegas Maryono.
Maryono menambahkan, tidak ada paksaan dalam menjalankan program ini. pihaknya selaku Direksi dan seluruh jajaran Bank BTN menjalankan ini sebagai panggilan tugas. Inilah bentuk komitmen yang dapat diberikan kepada masyarakat khususnya nasabah Bank BTN. Ia yakin bisa melakukannya dan akan memberikan yang terbaik untuk nasabah.
Seperti diketahui Bank BTN telah mempunyai rencana bisnis tahun 2014. Perseroan mempunyai rencana agar kredit dapat bertumbuh antara 15% sd 17%. Potensi kredit untuk bertumbuh cukup terbuka lebar dan Bank BTN akan memanfaatkan itu. Tahun 2013 Bank BTN memimpin pasar pembiayaan perumahan di Indonesia dengan porsi 24 persen meninggalkan bank-bank lain yang berbisnis pada bidang yang sama. Kami berharap perseroan dapat memperbaiki posisi ini pada tahun 2014 dengan porsi menjadi lebih besar dari tahun lalu.
Perseroan juga berencana Dana Pihak Ketiga pada periode yang sama akan tumbuh sekitar 19% sd 21%. Asset akan tumbuh di kisaran 16% sd 18%. Sementara CAR, NPL, BOPO diperkirakan akan berada pada kisaran masing-masing 16%, 3% dan 80%. Perseroan akan tetap menjaga likuditas dalam kondisi sangat aman dengan target Laba, NIM masing-masing akan tumbuh sekitar 20% sd 25% dan 5,5%.
Dengan asumsi pertumbuhan asset, kredit, dana pihak ketiga Bank BTN sesuai target, maka dalam kurun waktu 5 tahun perseroan akan berada pada posisi ke 7 bank terbesar di Indonesia, dengan tingkat pertumbuhan rata-rata  sekitar 25% sd 30%. Ini merupakan tujuan dari perjalanan transformasi yang saat ini sedang dijalankan Bank BTN.
Berdasarkan laporan keuangan  per 31 Maret 2014  Bank BTN membukukan Asset sebesar Rp.134 Triliun atau tumbuh 14% dari posisi yang sama tahun 2013 yang sebesar Rp.120 Triliun. Sementara dari sisi Kredit dan Pembiayaan tumbuh 20,24% dari Rp.85 Triliun pada tahun 2013 menjadi Rp.103  Triliun.  
Dana Pihak Ketiga Perseroan pada posisi yang sama tumbuh dari Rp.87 Triliun pada tahun 2013 menjadi Rp.102  Triliun pada tahun 2014. Dana Phak Ketiga Bank BTN pada tahun 2014 pertumbuhannya mencapai 17,44% atau lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan perbankan.   
Meningkatnya jumlah kredit dan pembiayaan yang disalurkan dan pengelolaan Dana Pihak Ketiga pada Triwulan I 2014  membentuk Laba bersih Bank BTN menjadi sebesar Rp.341 Milyar dengan secondary reserve perseroan yang mencapai sekitar Rp.8  Triliun sd Rp12 Triliun. Likuiditas Bank BTN sangat kuat, tegas Maryono .    
Kinerja Perseroan Triwulan I 2014  masih menunjukkan konsistensi Bank BTN pada core business dalam pembiayaan industri perumahan. Porsi pembiayaan pada kredit perumahan masih mendominasi dengan share 87,25 % dari total kredit yang disalurkan Perseroan selama Triwulan I 2014 sebesar Rp.89,8  Triliun. Sementara sisanya yang sebesar 12,75% atau sebesar Rp.13,111 Triliun disalurkan untuk pembiayaan kredit non perumahan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Terkini