Amran Nukman, Ketua DPD REI DKI Jakarta (2014-2017)

FIGUR-Prestasi tertinggi tak melulu diukur oleh harta berlimpah, jabatan tinggi, dan istri cantik. Bagi Amran Nukman, Ketua DPD REI DKI Jakarta (2014-2017), prestasi tertinggi adalah bergantung pada besarnya manfaat seseorang bagi orang lain.
Menurut pandangan Amran, begitu ia akrab disapa, bila seseorang mengejar prestasi tinggi hanya sekedar tujuan hidup pribadi semata tanpa manfaat bagi orang banyak, maka ujungnya adalah kekecewaan dan penyesalan. “Ini prinsip hidup. Di manapun berada, di organisasi, kantor, rumah, dan lingkungan tempat tinggal, saya ingin bermanfaat,” ujarnya.
Karenanya, Direktur Metropolitan Land, Tbk itu bertekad agar setiap amanat (baca: jabatan) yang diemban dapat bermanfaat bagi banyak orang, termasuk saat jadi orang nomor satu di Dewan Pengurus Daerah Realestate Indonesia (REI) DKI Jakarta. Bahkan, saat dipercaya untuk menjabat Ketua RT dan RW, motivasi yang ditanamkan dalam dirinya selalu mengedepankan azas manfaat.
“Di lingkungan tempat tinggal, saya ngurusin warga lebih dari 15 tahun dan terakhir jadi Ketua RW. Targetnya bukan menjadi Ketua RW, tapi saya melangkah ke tahap berikutnya karena ingin lebih bermanfaat bagi lingkungan yang lebih luas,” paparnya.
Begitu juga dalam ruang lingkup kelurga, Amran berusaha betul agar memberikan manfaat bagi istri, anak-anak, kerabat, dan tetangganya. Baginya, mampu memberikan manfaat besar bagi banyak orang adalah pencapaian hidup tertingginya. Tidak sedikit masyarakat yang dipandang sebelah mata lantaran hidupnya kurang memberikan manfaat bagi orang lain.
Bagaimana caranya? Dijelaskan Amran, dalam lingkungan apa pun cara membuat manfaat hanya ada dua; struktural dan non struktural. Di organisasi, misalnya, saat anggota mengalami masalah perizinan, maka secara struktural yang membantu adalah pengurus di bidang perizinian.
“Jadi, bukan saya lagi yang terjun. Manfaar saya sebagai ketua hanya mengarahkan. Kalau semua dikerjakan oleh satu orang, dapat dipastikan saya tak akan bisa tidur pulas. Bila itu terjadi, repot dah,” ujarnya seraya tertawa.
Uniknya, menjabat Ketua REI DKI Jakarta tidak seperti direktur utama di sebuah perusahaan yang dapat secara mudah memerintah bawahannya. Tetapi, seluruh pengurus REI dituntut untuk bersikap egaliter karena memiliki hak suara yang sama antara ketua, sekertaris, bendahara, dan para wakil ketua. Dimana, keputusan diambil berdasarkan musyawarah mufakat dengan azas demokrasi.
Jadi, meskipun ia ketua, tidak punya hak penuh untuk memutuskan sesuatu, harus dapat persetujuan dari pengurus lain. Beda ketika dirinya sebagai direktur utama, apa pun yang diutarakan, maka semua staf harus mengikutinya. Kalau di REI itu egaliter dan collective collegial. Ada persoalan, dibicarakan dan diputuskan bersama-sama.
“Bila keputusan bagus, ya pasti baik untuk bersama. Sebaliknya, bila tidak tepat, ya harus sama-sama memikulnya. Lalu, untuk apa jadi ketua? Ya, tugas saya hanya mengorganisir. Ketua diperlukan, agar alur kerja jelas dan tertata,” jelasnya.
Lalu, seperti apa cara memberi manfaat bagi dunia kerja? “Menjalankan tugas semaksimal mungkin, dengan tetap berkoordinasi dengan atasan maupun staf. Itu saya lakukan sejak merintis bisnis sendiri maupun saat bergabung dengan Metropolitan Land,” terangnya.
Amran baru bergabung dengan developer terkemuka Metropolitan Land Tbk., sejak tiga setengah tahun lalu. Awalnya, ia dipercaya mengemban amanah sebagai pemimpin unit perumahan di Cakung, Jakarta Timur. Hunian di atas lahan seluas 130 hektar, mampu ia kelola dengan baik sehingga saat ini sudah lebih dari separuh lahan dari total area berhasil dikembangkan. Kini, sudah terdapat lebih dari 3000 kepala keluarga yang menghuni perumahan tersebut.
Berkat prestasi itu, ia dicokot manajemen Metropolitan Land untuk menangani divisi komersial. “Di sini, saya mendapat tantangan baru untuk memberikan manfaat bagi pengembangan properti komersial, menangani pengelolaan Mall Metropolitan, Bekasi selama 13 bulan,” akunya.
Tapi, tambah Amran, saat pembangunan Grand Metropolitan, Bekasi rampung, ia diberi tugas tambahan menangani pengelolaan apartemen dan office (perkantoran) hingga saat ini. “Dari sini, saya aktif mengikuti kegiatan organisasi di REI DKI Jakarta. Sebelum jadi ketua, saya sempat menjabat sekretaris,” tukasnya.
Amran, terpilih sebagai Ketua DPD Real Estat Indonesia (REI) DKI Jakarta, menggantikan Rudy Margono dalam Musyawarah Daerah (Musda) ke-8 REI DKI Jakarta, di J.S. Luwansa Hotel and Convention, pada akhir Agustus 2014. Ia menjabat Ketua DPD REI DKI Jakarta untuk periode 2014-2017. Di bawah kepemimpinannya, anggota REI DKI Jakarta yang berjumlah 331 anggota, juga dihadapkan pada persoalan aktual di lapangan, di antaranya:
Pertama, adanya kewajiban pelaku pembangunan rumah susun komersial untuk menyediakan rumah susun umum sekurang-kurangnya 20% dari total luas lantai rumah susun komersial yang dibangun. Kedua, dibatasinya Kofisien Lantai Bangunan (KLB) dalam pembangunan rumah susun milik (Rusunami).
Hal itu menyulitkan pengembang karena tingginya harga lahan dan material. Ketiga, kenaikan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) di wilayah DKI Jakarta yang belum lama ini diberlakukan. Keempat, adanya penghapusan denda SP3L yang belum dituangkan dalam surat keputusan resmi. “Saya berharap, dapat memfasilitasi kebutuhan para anggota REI DKI Jakarta,” tutupnya.