
Potensi industri di Indonesia sangat agresif saat ini, maka dari itu sumber daya manusia dan pihak swasta dituntut untuk bekerja keras agar lebih siap menghadapinya. Seperti yang diungkapkan para pembicara d seminar yang bertajuk “Potensi Pengembangan Kegiatan Konstruksi untuk keperluan Lepas Pantai/Offshore ke Depan”. Seminar ini merupakan salah satu rangkaian acara pada hari terakhir ajang Indonesia Infrastructure Week 2014, Jumat (7/11).
Menurut Deputi Menko Perekonomian Indonesia Edy Putra Irawadi dalam satu dekade terakhir pertumbuhan industri mencapai lima persen. Namun, ironisnya justru terjadi penurunan permintaan tenaga kerja. “Artinya ada kesenjangan antara kebutuhan tenaga kerja dengan keahlian yang dimiliki oleh tenaga kerja yang tersedia. Percuma ada investasi tinggi jika tidak nyambung dengan kebutuhan tenaga kerja,” ujarnya.
Contohnya industri otomotif yang menargetkan produksi 3 juta mobil per tahun, namun ini tidak bisa dipenuhi karena sumber daya lokal dalam negeri kurang terutama sumber daya manusia. Padahal industri otomotif itu membawa 600 industri ikutan. Kondisi serupa terjadi dalam industri migas yang saat ini semarak namun tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh pengusaha lokal karena keterbatasan modal dan akses kepada kreditor sehingga sulit mendapat pinjaman dari bank asing.

“Pengusaha lokal sulit untuk mendapatkan bank garansi dari bank asing seperti Citibank. Akhirnya mereka ke bank lokal seperti Mandiri. Namun suku bunga dollar yang tinggi membuat kontraktor lokal sulit untuk berkompetisi,” papar Gede Pradnyana Sekretaris Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).
Gede menuturkan cadangan minyak di Indonesia belum mampu diimbangi kemampuan eksplorasi dan produksi. Dia mencontohkan potensi blok Minas dan Duri di Riau mencapai 9 Miliar barel namun kemampuan produksi per hari hanya mencapai 300 ribu barel.
“Ini yang membuat produksi minyak dalam negeri saat ini turun. Saat kita melakukan eksplorasi cadangan minyak baru justru yang kita temukan adalah gas. Itulah kenapa produksi gas Indonesia justru meningkat. Dalam waktu dekat lapangan gas Gehem dan Gendalo di Makassar yang diolah oleh Chevron akan beroperasi,” tuturnya.
Sementara itu Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono menegaskan pihaknya akan melibatkan diri secara aktif dalam pembangunan infrastruktur kelautan dan energi. “Kita terlibat bangun pelabuhan hingga energi dalam bentuk PLTA yang merupakan integrasi bendungan sekaligus sarana penyediaan air baku konsumsi. Kami targetkan hingga 2019 terdapat 31 bendungan,” ujarnya.