INTERNASIONAL – Bagi investor asal Tiongkok, properti di Australia menjadi primadona dalam satu tahun belakangan. Permintaan properti di negeri Kangguru itu, hampir mencapai 80% dari total permintaan, khususnya di New South Wales, salah satu kota paling berkembang di Australia. Menyusul setelah Tiongkok, pembeli asal Indonesia mencapai 1,7 %.
Menurut situs daftar properti asal Tiongkok Juwai.com, investor asal Tiongkok menghabiskan sekitar Rp. 240 triliun untuk properti di Australia pada tahun lalu. Data tersebut diambil dari Dewan Foreign Investment Review Board (FIRB) Australia, yang menyatakan adanya kenaikan sekitar 30% dari tahun keuangan sebelumnya, yang mencapai Rp. 184 Triliun atau naik Rp. 60 Triliun dari 2015.
“Investasi Tiongkok untuk properti asing di seluruh dunia diperkirakan akan melampaui Rp. 1000 Triliun pada akhir tahun ini. Australia adalah pasar luar negeri kedua yang paling diminati oleh investor properti asal Tiongkok, di belakang Amerika Serikat, dan di atas Hong Kong, Kanada dan Inggris. Pengeluaran mereka untuk properti Australia sekarang hampir Rp. 5 triliun per minggu,” ujar Chief of Operations untuk Juwai.com Sue Jong dalam keterangan resmi.
Menanggapi hal tersebut, CEO dan Komisaris Crown Group, Iwan Sunito mengatakan, melihat kapasitas ekonomi Tiongkok saat ini, tidak lah mengherankan jika investor asal Tiongkok merupakan investasi asing terbesar untuk properti residensial di Australia. Untuk proyek-proyek yang dikembangkan Crown Group, investor asal Tiongkok tetap kuat di posisi pertama.
“Kemudian disusul oleh Indonesia di tempat kedua, dan negara-negara lainnya menyusul di urutan berikutnya. Investasi asing asal Indonesia telah berkontribusi hingga Rp. 1,5 triliun yang didapat dari peluncuran proyek kami sebelumnya selama 3 tahun terakhir. Jumlah itu gabungan nilai transaksi dari 4 proyek kami yaitu Arc by Crown Group, Oasis, Infinity dan Waterfall by Crown Group,” ujar Iwan Sunito.
Sementara itu, menurut penelitian baru berdasarkan data yang diperoleh atas permintaan kebebasan informasi oleh Hasan Tevfik dan Peter Liu, yang merupakan peneliti di Credit Suisse, orang asing membeli properti di Australia dengan tingkat rata-rata tahunan sebesar Rp. 80 triliun, atau setara dengan 25% pasokan hunian baru di New South Wales dan 16% di Victoria dalam 12 bulan terakhir.
“Apa yang membuat Australia, terutama pasar properti di Sydney menjadi sangat menarik di Asia, karena kami memiliki keseimbangan yang baik sekali dengan kombinasi sempurna antara investasi luar negeri dan investasi lokal, dimana komposisi pembeli domestik masih menjadi yang terbesar,” tegas Iwan Sunito.