
KAWASAN-Tertarik prospek wisata di Pantai Pekutatan, Jembrana-Bali paska selesainya Jalan Tol tahun depan, investor asing melakukan aksi borong lahan-lahan di pinggir pantai. Hampir 99 persen konon sudah dikuasai bule.
Sebagai objek wisata dunia, Pulau Dewata Bali tidak hanya sekadar memiliki daya tarik alam bak surgawi, namun juga dilengkapi karakter penduduk lokal serta infrastruktur yang bagus. Untuk yang terakhir ini, sedikitnya empat jalan tol bakal menghubungkan Pulau Bali bagian Utara dengan bagian Selatan.
Empat ruas jalan tol yang akan dibangun di Bali meliputi Kuta-Canggu (Kabupaten Badung) -Tanah Lot-Soka (Kabupaten Tabanan), Soka-Pekutatan (Kabupaten Jembrana), Pekutatan-Gilimanuk dan Pekutatan- Lovina (Kabupaten Buleleng). Total empat jalan tol sepanjang 156,7 kilometer, terdiri dari Kuta-Canggu-Tanah Lot-Soka (28 km), Soka-Pekutatan (25,1 km), Pekutatan-Gilimanuk (54,4 km) dan Pekutatan-Lovina (46,7 km) dengan biaya pembanguna mencapai IDR34,379 triliun.
Khusus untuk proyek jalan Tol Denpasar-Jembrana diperkirakan akan menelan anggaran sekitar Rp 6 triliun. Pembangunan jalan tol Kuta-Soka-Pekutatan diklaim tidak ada proses pembebasan lahan dan tidak menganggu aktifitas warga dan keagamaan, karena akan dibangun disepanjang pesisir pantai dan laut. Kalau proyek jalan tol di atas laut ini terwujud, nantinya jarak tempuh Denpasar-Tabanan-Jembrana yang semula minimal 3 jam perjalanan bisa dipersingkat dan bakal membuka akses ke sejumlah kawasan wisata baru.
Salah satu kawasan pantai di Kabupaten Jembrana yang tengah naik daun serta jadi buruan investor asing, adalah Pantai Pekutatan. Karena keindahan pantai Madewi Pekutatan Jembrana –Bali, maka daerah ini telah dilirik oleh para investor Eropa maupun Asia sendiri. Di sepanjang pesisir pantai banyak dibangun villa dan hotel resort. Pantai Medewi Pekutatan Jembrana merupakan kawasan wisata pantai Bali yang berbatu-batu dengan ombaknya yang panjang dan besar. Objek wisata pantai Medewi Pekutatan Jembrana, sangat cocok untuk tempat surfing di Bali.
Terletak di bagian barat, tepatnya 200 meter menyusuri Jalan Pelabuhan, ke arah selatan dari pusat pasar Pekutatan, Jembrana. Pantai Medewi Pekutatan , Jembrana – Bali terletak sebelah barat dari Denpasar dan sangat strategis. Siapa saja yang bepergian dari selatan Bali melalui jalan darat ke kota pelabuhan pantai barat Gilimanuk akan lewat sini.
Menurut pemilik hotel berbintang dua, sebut saja namanya Mantre yang memiliki lokasi di pinggir pantai Pekutatan, investor asing telah lama mengincar lahan pinggir pantai di wilayahnya. Intensitas perburuan lahan di Pekutatan semakin tinggi sejak rencana jalan tol yang akan diselesaikan 2016 ini mengemuka. “Orang bule itu main borong lahan dengan menggunakan karyawannya atau beristri penduduk lokal,” katanya.
Harga lahan yang tadinya masih ditawarkan di harga Rp 20 juta per are (Rp 2 juta permeter-Red), kini meroket diangka Rp 10 juta permeter s/d Rp 30 juta permeter. Kawasan pantai Pekutatan yang semula masih sepi, kini mulai diramaikan oleh pembangunan hotel berbintang, cottage dan villa pribadi milik orang asing. Konon, pantai Pekutatan memiliki fasilitas surving yang bagus serta dikenal memiliki banyak pure dan karapan kerbau.
“Saya yakin sudah 99 persen lahan di pinggir pantai Pekutatan ini dimiliki bule, memang baru sekitar 20 persen saja yang sudah dibangun,” ungkap Mantre. Menurut Mantre yang langsung mengelola hotel bertarip Rp 500 ribu per malam miliknya itu, investor asal Perancis dan Jerman paling banyak menguasai lahan di Pekutatan. Di kawasan ini sudah berdiri sejumlah fasilitas hotel seperti Puri Dajuma Beach Eco Resort & Spa, Kelapa Retreat and Spa Hotel Bali, Medewi Beach Cottage, serta Medewi Bay Retreat
Masih menurut Mantre, investor asing ini seperti tidak pernah kehabisan uang untuk belanja lahan di Pekutatan. Rata-rata mereka borong dari luas terkecil 50 are sampai puluhan hektar. “Berapapun luas dan harga yang ditawarkan, asal merek tertarik pasti dibayar. Sampai saat ini masih berlangsung aksi main borong lahan. Jangan heran sekarang menurut Mantre sudah sulit mencari lahan kosong bagus di pinggir Pantai Pekutatan, karena sebagian besar sudah dimiliki bule,” jelas Mantre panjang lebar.
Sebagai warga asli Bali yang sudah tinggal turun temurun di Pekutatan, Mantre sangat menyesali jika orang asing bisa menguasai seluruh Pantai Pekutatan, Jembrana. Itu sebabnya ia berusaha untuk tidak menjual tanah dan hotel miliknya. Hotel berkamar delapan ini sudah pernah ditawar dengan harga sangat fantastis, namun Mantre enggan melepasnya. “Saya ingin mewariskan anak-anak usaha wisata hotel agar mereka kelak tidak hanya jadi pekerja di kota atau hotel milik bule,” tutur Mantre.
Benar atau tidak informasi telah dikuasainya Pantai Pekutatan ini oleh investor asing hampir 100 persen, yang pasti pemerintah harus proaktif untuk turun ke lapangan mendatanya dan mencek kebenarannya. Jika tidak, dipastikan penduduk asli Pekutatan, Jembrana Bali ini kelak hanya jadi penonton di tanah kelahiran sendiri menyaksikan investor asing meraup duit menjual keelokan Pulau Dewata Bali.