Property & Bank

Masih Tertekan Karena Pendapatan Turun, Analis : Hold Saham BUMN Karya

adhi karya
poto kagama.com

PROPERTIEmiten properti yang melaporkan kinerja keuangannya di kuartal III-2020, terlihat masih mengalami tekanan, baik dari pendapatan, laba bersih maupun perolehan kontrak baru. Sebut saja PT Adhi Karya Tbk (ADHI), yang mengalami penurunan pendapatan paling rendah, yang turun 5,42% secara tahunan (yoy), dari Rp 8,94 triliun menjadi Rp 8,46 triliun.

Perolehan kontrak baru juga mengalami penurunan paling tipis, dibanding lainnya, yaitu turun 18,42% yoy dari Rp 7,6 triliun menjadi Rp 6,2 triliun. Sedangkan, laba bersih anjlok 95,62% yoy, dari Rp 351,22 miliar menjadi Rp 15,38 miliar.

[irp]

Pendapatan terbesar saat ini berasal dari segmen pengusahaan pusat perkantoran, perbelanjaan dan apartment servis yang menyumbang hingga 52%, real estat sebesar 43% dan hospitality 5,9%. Perseroan diketahui mencetak Earning per share (EPS) atau laba per saham tahun ini, di angka 6 yang tergolong Undervalued. EPS yang anjlok dari 2019, yang berada di 97,56 periode September, menunjukkan perusahaan mengalami penurunan pendapatan dan laba bersih.

Analis Sucor Sekuritas Joey Faustian menjelaskan, meski terlihat mengalami tekanan, kinerja emiten konstruksi di kuartal IV-2020, diprediksi bisa naik 30%-40% secara kuartalan. Dan secara iklim, bisnis emiten konstruksi memiliki kinerja paling kuat di kuartal IV-2020. Namun, bila dilihat secara tahunan, kinerja emiten konstruksi pada akhir 2020 bisa turun hingga 90%.

[irp]

“Untuk proyeksi 2021, belum banyak emiten yang mengeluarkan guidance, tetapi berapa company menargetkan revenue naik 20%-30% secara tahunan. Dan disertai perbaikan dari sisi margin, namun belum bisa kembali ke margin normal mereka di 2019,” jelas Joey saat dihubungi, pada Kamis (05/11/2020).

Tekanan ini bakal dialami oleh emiten konstruksi pelat merah maupun swasta. Joey melihat untuk jangka pendek, saham emiten konstruksi pelat merah masih kurang menarik. Ia memprediksi saham emiten swasta bisa menarik, setelah kinerja keuangan 2020 dilaporkan pada Maret 2021.

Tidak terhindar dari efek PSBB di 2020, perseroan plat merah ini terdampak, mempengaruhi pendapatan ADHI. Beberapa proyek yang diundur dan ditundanya kontrak baru menyebabkan turunnya kinerja dari tahun sebelumnya.

[irp]

Salah satu alasannya adalah alokasi dana dari pemerintah. Pengalihan dari sektor konstruksi ke kebutuhan krusial seperti kesehatan juga menjadi faktor utama. Rancangan UU Cipta Kerja yang jika nanti direvisi dan disetujui akan menjadi peluang yang cerah untuk industri properti dan pengembangan infrastruktur Indonesia.

Sehubungan dengan regulasi menariknya Asing berinvestasi pada ADHI, aturan soal kepemilikan asing hingga bank tanah juga berdampak baik nantinya untuk usaha properti. Dengan berinovasi dan terintegrasi dengan perubahan permintaan global serta pengembangan infrastruktur dari program pemerintah, proyek-proyek tahun berikutnya akan menjadi peluang yang besar.

[irp]

Untuk jangka pendek, Joey merekomendasikan hold untuk keempat kontraktor BUMN, karena sentimen jangka pendek masih akan kurang baik, salah satunya karena laporan kinerja kuartal III-2020 yang berada di bawah ekspektasi.  Selain itu, ada kenaikan kasus baru COvid-19 yang belum mereda di Jakarta, terlambatnya pelaksanaan tender proyek akibat pemilik yang masih wait and see dan tidak maksimalnya progres pembangunan proyek berjalan, lantaran pembatasan mobilitas pekerja dan protokol kesehatan yang ketat. (Artha Tidar)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *