
TEKNOLOGI – Pemerintah beberapa waktu lalu mengumumkan sejumlah Proyek Strategis Nasional (PSN) yang menjadi fokus untuk dikembangkan tahun ini. Sayangnya, diantara PSN tersebut tidak tercantum proyek pengembangan pesawat terbang yang sempat menjadi industri kebanggaan bangsa Indonesia.
Tidak diikutsertakannya dua proyek pengembangan pesawat terbang, yakni R80 dan N245 yang dikembangkan oleh PT Regio Aviasi Industri (RAI), perusahaan swasta yang didirikan oleh (alm.) Bapak B.J. Habibie itu, tentu banyak menimbulkan kekecewaan dan tanda-tanya. Seperti diketahui, PSN tahun ini fokus pada proyek-proyek infrastruktur dan pengembangan kawasan industri/pariwisata, serta proyek pendukung pemulihan ekonomi pasca Covid-19.
[irp]
Pemerintah memutuskan kedua proyek pengembangan pesawat terbang tersebut akan dialihkan ke dalam Prioritas Riset Nasional (PRN) dibawah Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN).
Dalam sebuah keterangan pers dari PT RAI yang diterima propertynbank.com menyatakan, tidak adanya R80 dari PSN dapat menimbulkan perhatian beberapa pihak yang ingin kami klarifikasi agar tidak terjadi salah persepsi mengenai rencana RAI membangun pesawat kebanggaan nasional R80, apalagi pesawat terbang itu merupakan proyek terakhir yang direncanakan oleh (alm.) Bapak B.J. Habibie.
[irp]
“Bung Karno dan para pendiri negara kita telah menekankan perlunya penguasaan teknologi dan industri dirgantara sebagai hal strategis bagi negara dan bangsa. Sebagai negara kepulauan dengan bentang dari barat ke timur sekitar 5,500 km serta populasi keempat besar di dunia, sektor dirgantara merupakan prasarana dan sarana dasar yang sangat vital untuk transportasi orang dan barang. Hal tersebut merupakan kesempatan yang baik bagi Indonesia dibanding dengan negaranegara lainnya,” tulis keterangan tersebut.
Dalam kaitan ini, sambungnya, perlu diketahui juga bahwasanya pesawat terbang N245 pun yang direncanakan PT Dirgantara Indonesia (persero) juga dibangun berdasarkan konsep pesawat terbang CN235, rancangan lainnya oleh (alm.) Bapak B.J. Habibie.
[irp]
Tak dapat dipungkiri, pengembangan industri dirgantara bernilai strategis ekonomi yang sangat besar. Contohnya, Indonesia adalah pengguna pesawat ATR terbesar, yang sekelas dengan R80 di dunia. Dengan diproduksinya pesawat R80 di dalam negeri, maka akan memberikan dampak positif dan manfaat strategis bagi perekonomian nasional, daripada kita harus membelinya dari luar negeri.

“Selain itu, nilai strategis yang diberikan oleh industri dirgantara nasional adalah memberdayakan dan mengembangkan SDM kita. Selaras dengan perluasan kapasitas industri maka kebutuhan dan penyerapan SDM pun akan terjadi. Kita akan memberdayakan SDM, putra/i terbaik bangsa kita sendiri yang juga tersebar di seantero dunia sesuai kompetensinya untuk bahu membahu mengembangkan industri dirgantara nasional kita,” tambahnya.
[irp]
Dalam sejarah negara Indonesia, istilah strategis memang sejak awal Republik Indonesia gunakan untuk bidang ini, industri dan teknologi dirgantara. Dalam pidato Bung Karno saat Hari ulang tahun Penerbangan Nasional, 9 April 1962, Sang Proklamator menekankan bahwa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia akan lebih diperkuat oleh komunikas darat, laut dan udara yang terjalin dengan baik.
“Begitu pentingnya industri dirgantara nasional, Bung Karno meminta agar dibuatkan Patung Pancoran sebagai monumen Patung Dirgantara. Patung yang menggambarkan manusia angkasa yang penuh semangat. Artinya, keberanian bangsa Indonesia menjelajah angkasa,” tegasnya.
[irp]
R80 dimaksudkan untuk dapat mengisi pasar domestik dan regional menggantikan pesawat asing, melakukan regenerasi kemampuan teknologi bangsa, yang sempat tertunda karena perombakan PTDI di tahun 2000an dan menjadi salah satu ujung tombak pertumbuhan ekonomi. R80 mengisi amanah yang diberikan dalam UU No.1 Penerbangan 2009 dan RIPIN 2015.
“Kami juga berterimakasih kepada masyarakat yang telah mendukung melalui jalur crowd funding dengan menggunakan platform kitabisa.com. Donasi masyarakat dalam jumlah berapapun sangat berarti, mendukung dan menunjukan semangat rakyat terhadap proyek R80,” ungkap siaran pers tersebut.
[irp]
Indonesia mempunyai visi di tahun 2045 menjadi lima pelaku ekonomi terbesar di dunia yang mensyaratkan pertumbuhan ekonomi diatas rata-rata 5% per tahun, hal ini bisa dilakukan jika Indonesia membangun industri berbasis teknologi dan inovasi, selain mengandalkan komoditas sumber daya alam. Ini yang menjadi pesan utama kehadiran program pengembangan pesawat R80 di Indonesia tercinta ini.
“Kami harapkan dengan penjelasan ini dapat sedikit menjawab dan mengobati kerinduan publik, anak-anak generasi muda Nusantara yang bercita-cita memiliki pesawat nasional bernama R80 yang dicetuskan Presiden Ketiga RI, alm. Bapak B.J. Habibie. Beliau menitipkannya kepada generasi penerus bangsa ini. Marilah kita bahu-membahu membangun negara ini secara konstruktif, strategis dan bergotong royong,” pungkas keterangan tersebut.