Apa kabar pembaca yang budiman? Doa dan harapan kami selalu, ketika Majalah Property&Bank hadir kehadapan Anda, optimisme dan kesejahteraan menyertai aktifitas bisnis dan keluarga Anda. Bagaimanapun kondisi yang Anda hadapi saat ini, percayalah semuanya pasti berlalu, tidak perlu disikapi berlebihan.
Pembaca, setiap kali saya bertemu teman atau nara sumber belakangan ini, pertanyaan utama yang selalu mereka lontarkan adalah, bagaimana bisnis sekarang? Sampai kapan kondisi seperti saat ini akan berlangsung? Ada beragam pertanyaan sejenis yang datang. Akhir bulan lalu saya bertemu teman di sebuah pusat belanja yang tengah ngopi di sebuah cafe berdua temannya.
Tanpa tedeng aling-aling, manajer sebuah perusahaan IT ini berseloroh bahwa sudah tiga bulan ia dan puluhan karyawan di kantornya belum menerima gaji. Sembari memperkenalkan temannya yang tampil layaknya sosialita dan bekerja di sebuah persuahaan minyak mengatakan, bukan hanya dia yang belum terima gaji, tapi direksinya pun belum dibayar.
Sepenggal cerita di atas membuat siapapun yang membacanya sedikit terhenyak. Sudah demikian parahkah kondisinya sehingga perusahaan minyak yang dikenal kebal krisis, karena setiap detik manusia butuh membakarnya juga sedang didera kesulitan? Padahal disisi lain kita menyaksikan pusat belanja masih ramai dikunjungi, cafe-cafe masih penuh sesak. “Krisis saat ini terasa tapi tidak terlihat,” kata seorang teman, direktur sebuah perusahaan pengembang.
Laiknya siklus sebuah bisnis, termasuk industri properti dan perbankan, krisis pun pasti selalu datang dan juga pasti berlalu. Ibarat manusia yang sudah over weight, secara alamiah dan kuasa Tuhan, terjadi penolakan dalam tubuh yang memberikan sinyal, bahwa kondisinya sudah harus diwaspadai. Ada yang langsung melakukan diet, puasa atau olah raga untuk menstabilkan metabolisma tubuh. Yang kurang waspada dan lalai, selalu berakibat fatal dan berakhir pada kematian.
Ingat cerita Nabi Yusuf? Ketika ia menjadi Menteri Ekonomi kerajaan Mesir, sang Raja bermimpi aneh. Dalam mimpi, Raja melihat tujuh ekor lembu betina yang dimakan habis oleh tujuh ekor lembu yang kurus. Kemudian terdapat pula tujuh biji gandum yang subur hijau dan juga tujuh biji gandum yang kering kerontang. Sang Menteri yang diberikan kelebihan oleh Allah SWT dalam menafsirkan mimpi berkata, akan datang masa subur selama tujuh tahun dan setelah itu akan datang pula masa paceklik selama tujuh tahun. Ini bukti bahwa krisis pasti selalu datang dan pasti juga berlalu. Berulang sejak jaman dulu.
Beragam sikap dilakukan orang dalam menghadapi krisis. Di level karyawan dan profesional, ada yang panik lalu buru-buru banting stir alih profesi yang diyakini aman. Di tingkat pemilik perusahaan, ada yang mendadak pelit sampai menahan gaji dan menunda pembayaran hutang karena kuatir krisis berlangsung lama. Ada juga yang justru berspekulasi memborong mata uang baru yang diyakini akan naik daun. Tapi ada juga yang langsung menarik uang cashnya di perbankan lalu memborong emas dan properti karena diyakini aman dan nilainya terus naik. Mana yang benar?
Ada baiknya kita belajar dari Nabi Yusuf saat memberikan saran kepada sang Raja dalam menangkis krisis.
“Yusuf berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan.” (QS Yusuf [12]:47).
Yusuf menyarankan dua strategi, pertama terus kreatif lakukan kegiatan kerja keras dengan menanam secara serius untuk waktu yang lama (7 tahun), dan kedua strategi berhemat dan menyimpannya. Menyimpan gandum, padi dan sejenisnya dalam ‘bulirnya’ adalah strategi untuk mempertahankan agar padi atau gandum tersebut awet, tidak rusak dan tetap bisa menjadi benih yang sempurna bila kelak akan ditanam kembali.
Hasilnya? Lumbung cadangan pangan negeri selalu aman. Ketika datang tujuh tahun masa kelabu, negeri Mesir tetap kokoh. Bahkan bisa membantu negara lain yang dilanda krisis. Hingga lewat krisis berlalu selama tujuh tahun, negeri Mesir justru paling awal menikmati masa subur.
Memang, strategi Menteri Yusuf ini lebih cocok dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Namun, tidak ada salahnya strategi ini dilakukan juga oleh pemilik perusahaan dan kita yang saat ini pening mendengar krisis. Yang pasti, krisis selalu datang dan juga pasti berlalu. Tinggal bagaimana cara dan strategi kita menghadapinya. Selalu ada peluang di tengah krisis sekalipun. Pertahankan etos kerja keras, lakukan kreatifitas, gali peluang pasar yang tersembunyi dan terus berpromosi yang efisien, lakukan penghematan selama krisis berlangsung. Anda akan selamat dari krisis dan paling awal memasuki masa booming. Salam optimis menangkis krisis.