BERITA PROPERTI – Awal tahun 2020, kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) dilanda banjir yang hampir merata terjadi di daerah-daerah tersebut. Dampaknya, terjadi kerusakan pada bangunan-bangunan yang terkena banjir, baik aset properti berupa rumah tempat tinggal maupun bangunan untuk usaha seperti kios maupun warung-warung.
Bagi korban banjir, memperbaiki properti milikinya menjadi masalah tersendiri, disamping harus membenahi semua peralatan dalam rumah. Namun tak perlu kuatir, karena adalah solusi yang ditawarkan oleh Gradana, perusahaan rintisan digital lokal yang fokus pada pembiayaan properti dengan konsep penghimpunan dana (crowdfunding).
[irp]
[irp]
Co-Founder Gradana Angela Oetama mengatakan, pekerjaan rumah paling besar justru setelah banjir surut yaitu memperbaiki kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh debit air yang masuk. Gradana, kata dia, sebagai sebuah entitas bisnis didirikan dengan misi untuk membantu sesama melalui business activity yang berkontribusi secara langsung kepada masyarakat.
“Biasanya pemilik rumah, kantor dan toko baru mulai kebingungan setelah banjir surut. Banyak yang harus diperbaiki mulai dari bangunan yang retak-retak, keramik yang pecah dan kotor, plafon yang jebol, kerusakan kusen dan sebagainya. Tentu hal ini membutuhkan biaya tambahan lagi untuk renovasi,” ujar Angela dalam siaran pers kepada propertynbank.com.
Ketika banjir ini terjadi, sambung Angela, pihaknya terus berpikir bagaimana caranya bisa membantu melalui kompetensi bisnis yang dimiliki serta komunitas dan mitra-mitra Gradana. Awalnya, Angela mengaku hanya mulai dengan memberikan biaya administrasi secara gratis. Namun hal ini rasanya tidak cukup membantu.
“Somebody needs to do the job untuk memperbaiki dan merenovasi kerusakan akibat banjir tersebut. Maka kami pun berkolaborasi dengan salah satu mitra kami, Renovasik, dan berdiskusi bagaimana kita bisa membangun kontribusi yang lebih luas. Kami memberikan solusi perbaikan rumah dan tempat usaha bagi masyarakat yang membutuhkan biaya renovasi di bawah Rp 100 juta,” ungkap Angela.
[irp]
[irp]
Lebih lanjut dikatakan Angela, untuk masa banjir ini, pihaknya membebaskan biaya admin dan mengenakan bunga nol persen bagi masyarakat yang rumahnya terkena dampak langsung. Tujuanya agar korban banjir tidak terbebani dengan kesulitan finansial ketika harus merenovasi. Biasanya renovasi paska banjir berkaitan dengan peninggian dan penguatan material bangunan agar terhindar dari resiko air kembali masuk di kemudian hari.
Pendiri dan CEO RenovAsik Indra Setiawan menambahkan, kolaborasi dengan Gradana didasarkan pada solusi yang dibutuhkan konsumen secara riil, salah satunya karena platform ini tidak memberikan persyaratan agunan untuk pinjaman renovasi. Konsep seperti ini, akunya, sangat dibutuhkan masyarakat khususnya bagi mereka yang masih memiliki status pinjaman KPR.
“Rata-rata institusi keuangan seperti bank dan BPR mengharuskan agunan. Tentu ini sangat berat bagi calon peminjam, apalagi yang terkena dampak banjir dan butuh untuk segera merenovasi rumahnya. Berdasarkan hasil riset kami, kebanyakan calon konsumen yang mau renovasi selalu terbentur biaya, seperti biaya cicil kendaraan dan bahkan biaya KPR rumah itu sendiri,” sambung Indra.
Indra mengungkapkan, tanpa rekanan pembiayaan, biasanya dibutuhkan pembayaran di muka untuk renovasi. Padahal banjir merupakan bencana yang tidak terduga, otomatis pengeluaran rumah tangga meningkat drastis. Tidak heran, jelasnya, paska banjir ini permintaan renovasi naik 20 persen, dan mungkin nanti akan bertambah lagi seiring dengan surutnya banjir.
[irp]
[irp]
Sebagai informasi, program renovasi Gradana dan RenovAsik khusus korban banjir itu sendiri berlaku hingga 31 Januari 2020 dan dikhususkan untuk pemilik properti yang berdomisili di kawasan Jabodetabek.
0 Responses