Ekonomi – Memasuki tahun 2015 ini, Rupiah Indonesia (IDR) berhasil menguat terhadap Euro pada minggu-minggu di antara 12 Januari sampai 2 Februari. IDR menguat dari nilai 15.000 ke level 14.000 terhadap Euro, dan bergerak stabil pada level 14.300. Hal ini didorong melemahnya nilai Euro sebesar enam persen terhadap USD.
Swiss National Bank (SNB) mengeluarkan keputusan tak terduga untuk melepas proteksi nilai tukarnya dari Euro dan menaruh niai tukar minimal terhadap Euro di 1,20 CHF. Keterpurukan deflasi di Uni Eropa terhadap harga minyak yang melemah, dan data ekonomi yang lebih kuat dari Amerika Serikat menimbulkan spekulasi bahwa kedua mata uang ini mungkin akan memiliki kesamaan nilai pada kuartal pertama 2015.
“Kejutan yang tak terduga dari SNB untuk memutus nilai tukar CHF terhadap Euro dipandang sebagai indikasi yang sangat jelas untuk para pedagang bahwa perkiraan jangka panjang untuk Euro akan terus menurun secara ekstrim. Para trader cemas terhadapmelemahnya EURUSD, dengan nilai tukar yang terlihat jatuh dari 1,1791 ke 1,1096 hanya dalam kurun waktu seminggu lebih,” terang Kepala Pasar Analis FXTM, Jameel Ahmad.
Menurut analis valuta asing, Lindawati Susanto, rupiah dan kurs regional terbantu oleh pergerakan Euro. Tanpa kehadiran sentimen positif, penguatan kurs regional biasanya hanya disebabkan oleh pelemahan dolar. Ia menambahkan, fenomena di Yunani memiliki pengaruh penting terhadap posisi euro. Pernyataan tersebut memberikan kepercayaan bahwa Yunani tidak akan menjadi kerikil dalam upaya pemulihan perekonomian Eropa.
Namun demikian Rupiah masih melemah terhadap USD, di mana nilai tukar terhadap USD naik dari 12.300 di pertengahan Januari, dan memuncak di angka 12.700 pada awal Februari.Pada bulan Januari USDCAD meraup keuntungan 9,5 persen. Hal ini karena Kanada adalah negara pengekspor minyak dengan PDB yang dipengaruhi oleh penurunan harga minyak. Penurunan tesebut lebih dari 50 persen sejak awal Desember 2014.