Propertynbank : Pendidikan karakter menjadi suatu hal yang penting di era abad ke-21. Tak hanya dituntut untuk menguasai kemampuan akademik, tetapi juga menguasai keterampilan dan kemampuan analisis yang tinggi. Pendekatan karakter ini menjadi modal penting dalam menyongsong bonus demografi, demi menyambut Indonesia emas 2045.
Pembina Ikatan Istri Karyawan dan Karyawati (IKAWATI) Kementerian ATR/BPN, Ratna Megawangi Sofyan Djalil, menjelaskan bahwa orang tua saat ini punya tantangan besar dalam menyiapkan literasi untuk anak-anak mereka. Hal ini karena apa yang terjadi di masa depan, susah terprediksi dan berlangsung begitu cepat.
“Apa yang perlu kita siapkan untuk anak kita di masa mendatang? Sistem yang dialami oleh orang tua dulu dan anak-anak saat ini sudah jauh berbeda,” terangnya dalam kegiatan Pertemuan IKAWATI Kanwil BPN Provinsi DKI Jakarta yang bertajuk “Ibu sebagai Garda Keluarga dan Bangsa”, berlangsung pada Kamis (16/12/2021) bertempat di Plataran Menteng, Jakarta.
Ratna Megawangi Sofyan Djalil mengatakan bahwa saat ini, keterampilan anak tak hanya perkara keterampilan akademis melalui metode baca tulis hitung (calistung). Namun, juga keterampilan yang menekankan kepada karakter dan kemampuan analisis yang tinggi atau disebut dengan Higher Order Thinking Skills (HOTS). “Beberapa keterampilan yang dibutuhkan di abad ke-21 ini, mulai dari pemecahan masalah, berpikir kritis, kreativitas, kecerdasan emosi, pengambilan keputusan, dan lain-lain,” ujar Pembina Ikawati lewat keterangan pers yang dikirimkan Biro Humas ATR/BTN ke redaksi.
Ratna Megawangi Sofyan Djalil menekankan bahwa pendidikan holistik berbasis karakter menjadi sangat penting bagi tumbuh kembang anak, tak hanya saat ini, tetapi juga di masa depan.
“Jika dalam pembelajaran biasa, orang dilihat dari penilaian akademik semata. Seringkali pendidikan kita lupa untuk membangun karakter. Akibatnya, anak bisa menjadi anak pintar, tetapi tidak dapat berkoordinasi dengan orang lain, bahkan tidak bisa survive,” terangnya.
Pendekatan pendidikan holistik berbasis karakter juga menjadi peluang dalam menyambut bonus demografi yang diprediksi terjadi pada tahun 2030. Ratna Megawangi Sofyan Djalil menambahkan bahwa bonus demografi adalah suatu keadaan saat populasi masyarakat akan didominasi oleh individu-individu dengan usia produktif. “Usia produktif yang dimaksud ialah rentang usia 17 hingga 64 tahun,” tuturnya.
Pendidikan Dan Bonus Demografi
Lebih lanjut, Ratna Megawangi Sofyan Djalil mengatakan bahwa Indonesia akan mengalami akhir dari bonus demografi pada tahun 2045. “Ini seperti yang terjadi di Jepang. Saat ini, mereka sudah berakhir bonus demografinya. Namun, tepat ketika bonus demografi mereka berakhir, Jepang menjadi negara maju. Ini yang diharapkan oleh Indonesia bahwa pada tahun 2045 akan terbentuk generasi emas,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua IKAWATI Kanwil BPN Provinsi DKI Jakarta, Erna Festiana Budi Martono, berkata bahwa tema pertemuan IKAWATI kali ini, sebagai makna bahwa peran ibu begitu besar, terutama dalam memastikan seluruh keluarga sehat secara fisik dan mental, aman dan nyaman. “Ini menegaskan betapa perempuan mempunyai peran besar untuk kemajuan bangsa, menjadi madrasah di rumah, demi kualitas putra-putri bangsa di masa mendatang,” tutupnya.