
PROPERTI – PT Inti Gria Perdana yang merupakan anak usaha PT Intiland Development Tbk, jelang akhir tahun menawarkan hunian eklusif, Serenia Hills di Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Harga yang disodorkan bervariasi mulai dari Rp 2 miliar hingga Rp 8 miliar per unit.
Proyek ini dikembangkan diatas lahan seluas 24 hektare (ha), dengan ada lima tahap pengembangan. Tahap 1 dan 2 lokasinya berada di Jakarta, sedangkan tiga tahap selanjutnya masuk wilayah Tangerang Selatan.
Permadi Indra Yoga, pimpinan proyek Serenia Hills mengatakan, tahap pertama pertama pengembangan, telah dibangun 225 unit dengan harga awal peluncuran Rp 1,7 miliar dengan luas tanah LB 180/200 meter persegi. Saat ini harganya sudah mencapai Rp 4,5 miliar dengan tipe yang sama.

Di tahap ini masih menyisakan sebanyak 12 unit rumah dengan tipe besar dengan harga mencapai Rp8 miliar perunitnya diharapkan akan habis pada tahun depan. Sementara pada tahap 2, akan dikembangkan 250 unit rumah dengan harga mulai Rp 2 miliaran. Saat ini, diluncurkan 30 unit rumah dan sudah terjual semuanya dan mulai diserahterimakan ke konsumen.
Selain hunian tapak, Intiland juga berencana membangun apartemen low rise, 10 lantai diatas lahan 1 hektar di depan kali Pesanggrahan. Rencananya apartemen ini dibangun untuk disewakan kepada ekspatriat yang mayoritas berasal dari Asia maupun Eropa.
“Potensi sewa cukup tingga dikawasan ini, mulai dari Rp160 jutaan sampai dengan Rp180 jutaan setiap tahunnya. Jadi sasaran market kami adalah para ekspatriat yang bekerja dikawasan Tb Simatupang,” katanya.
Sambut 2016
Terkait prospek pasar properti di 2016 PT Intiland Development Tbk menyambut positif. Kebijakan-kebijakan yang ada tahun tersebut dianggap mampu mendukung pertumbuhan bisnis properti.
“Memang, tahun 2015 yang kurang capable. Ekonomi melambat dan belanja pemerintah yang terhambat membuat properti juga melemah,” ujar Direktur PT Intiland Development Tbk, Archied Noto Pradono.
Setidaknya, ada tiga faktor yang membuat 2016 menjadi tahun bangkitnya sektor properti. Faktor pertama, menurut Archied, terkait sistem perpajakan yang mampu meningkatkan daya beli properti.
Faktor kedua, lanjut dia, belanja infrastruktur. Archied mengatakan berbagai macam pembangunan infrastruktur di 2016 bisa menjadi katalisator bisnis properti dan sektor lainnya. Sementara itu, suku bunga menjadi faktor ketiga yang diharapkan mampu meningkatkan gairah bisnis ini. Archied berharap Bank Indonesia memiliki kebijakan untuk menurunkan suku bunga pembelian rumah dan apartemen.