
APA KABAR-Pembaca, apa kabar Anda? Ditengah gemuruh rencana pembangunan sejumlah infrastruktur, nama Light Rapid Transit (LRT) muncul menjadi magnet baru. LRT sendiri merupakan moda transportasi berbasis rel. Sejatinya, LRT tidak jauh berbeda dengan kereta perkotaan lainnya, baik itu kereta rel listrik (KRL) Commuter Line ataupun mass rapid transit (MRT). Ketiganya sama-sama berbasis aliran listrik dari bagian atas.
Rencananya, jalur LRT dibangun sepanjang 83,6 kilometer dan dikerjakan dalam dua tahap, masing-masing terdiri atas tiga lintas pelayanan. Tahap pertama meliputi lintas layanan Cibubur-Cawang, Bekasi Timur-Cawang, Cawang-Dukuh Atas dengan 21 stasiun dan panjang 42,1 kilometer. Tahap kedua adalah lintas pelayanan Cibubur-Bogor, Dukuh Atas-Palmerah-Senayan, dan Palmerah-Grogol dengan 10 stasiun dan panjang 41,5 kilometer.
Jika fasilitas transportasi LRT ini selesai dibangun, kalangan pengguna kendaraan umum yang datang dari kawasan suburban adalah yang paling menikmatinya. Selain itu, nilai properti yang berada di sekitar stasiun LRT juga akan meningkat tajam. Tak heran sejumlah pengembang pun telah mengambil ancang-ancang membidik titik-titik stasiun LRT yang akan dibangun. Salah satunya sebutlah pengembang, PT Agung Podomoro Land Tbk (APL). Lewat Podomoro Golf View, mereka mengembangkan pembangunan rumah susun sekelas rusunami di sekitar wilayah proyek LRT, Cimanggis.

Pembangunan Light Rail Transit (LRT) atau kereta ringan ini, membawa angin segar bagi mereka yang tinggal di kawasan penyangga Jakarta, khususnya mulai Cibubur hingga Bogor. Ditargetkan mulai beroperasi pada 2018, diharapkan mampu mengurangi kemacetan di jalan tol Jagorawi yang kian parah.
Karena dibangun di atas tanah ruang milik jalan tol dan non tol yang tidak bersentuhan langsung dengan jalan yang saat ini digunakan, pembangunan infrastruktur LRT mestinya dapat selesai dengan cepat. Apalagi, dalam proses pembangunannya tidak harus melalui nego-nego dengan pemilik lahan dalam hal pembebasan tanah, karena dibangun di lahan milik pemerintah.
Warga Bogor yang setiap hari berdesakan menuju Jakarta untuk melakukan aktifitas sehari-hari, seakan menemukan harapan baru. Beban yang selama ini dirasakan, akan sedikit berkurang karena adanya solusi dari pemerintah pusat dalam hal transportasi. Pemda Bogor siap menyediakan Terminal Baranangsiang sebagai titik akhir atau awal LRT.
Pemda Bogor juga menyiapkan sistem transportasi penunjang bernama Sky Walk. Konsepnya tak jauh beda. Yakni moda transportasi kereta yang bahkan lebih ringan dari LRT. Nantinya, titik akhir LRT diintegrasikan dengan Sky Walk, yang terhubung dengan jalur kereta dalam kota menuju stasiun Sukaresmi.