
BERITA PROPERTI- Ditengah tingginya kebutuhan akan hunian dipusat kota, tinggal di apartemen sudah menjadi tren dan pilihan terbaik saat ini. Terlebih lagi, tahun 2017 diprediksi akan menjadi titik balik bangkitnya industri properti. Sejumlah pengamat properti menyatakan, apartemen merupakan pilihan yang jitu sebagai investasi dimasa mendatang.
Director Head of Research and Consultancy Savills Indonesia Anton Sitorus menjelaskan, pasar properti khususnya, apartemen akan memasuki era siklus baru pada 2017. Hunian vertikal ini akan tumbuh secara gradual dan kembali menjadi ladang investasi yang prospektif.
“Saat ini, jumlah apartemen yang terbangun sekitar 120.000 unit. Berdasarkan pasokan (supply by area), kawasan CBD (Sudirman-Thamrin-Kuningan-Gatot Subroto) dan Jakarta Utara memasok sekitar 27 ribu unit apartemen, Jakarta Barat 23 ribu dan Jakarta Selatan 20 ribu. Jakarta Pusat memasok sekitar 16 ribu dan Jakarta Timur hanya sekitar 5 ribu unit. “Karenanya, hanya Jakarta Timur yang masih memiliki ruang untuk dikembangkan” kata Anton dalam acara bertajuk “Economy Outlook 2017”, di Jakarta, akhir pekan lalu.
Secara keseluruhan, lanjut Anton, jumlah pasokan unit pada Semester I – 2016, sekitar 6.000 unit apartemen. Jumlah ini, sangat kecil dibandingkan pertumbuhan properti pada periode yang sama di Singapura.
“Selama hampir satu dekade terakhir, pasar properti Indonesia mengalami pasang surut. Awal tahun 2008 hingga 2009, pasar dipengaruhi krisis finansial global dan mengalami pemulihan pada 2010, 2011. Puncaknya, periode 2012 dan 2013 dimana pasar properti Indonesia, booming. Kondisi ini, tidak berlangsung lama,” tegas Anton.
Menurutnya, kenaikan atau turunnya harga properti tiap tahun dapat diprediksi. Namun, di Indonesia belum ada sejarah harga properti anjlok untuk jangka waktu lama. Alasannya, kebutuhan hunian terus meningkat dampak dari pertambahan penduduk dan masih tingginya tingkat migrasi (pekerja, kuliah) ke Jakarta.
Karenanya, Anton mengingatkan untuk tidak menunda membeli apartemen sebelum harga melejit pada tahun depan. “Kalau kita telat (beli properti), harganya semakin tinggi dan capital gain yang diperoleh pun lebih kecil,” kata Anton.