
Propertynbank.com – Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI) memandang dampak kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap industri keramik nasional, tidak terlalu mengkhawatirkan. Karena, menurut ASAKI selama ini negeri Paman Sam tersebut tidak termasuk ke dalam negara tujuan ekspor utama keramik nasional.
Ketua Umum ASAKI Edy Suyanto mengatakan, sebaliknya ASAKI harus mengamati dengan serius ancaman lonjakan impor keramik dari China, India dan Vietnam akibat pengalihan ekspor keramik negara-negara tersebut ke Amerika Serikat pasca penerapan tarif imbal balik. “Amerika Serikat selama ini melakukan importasi keramik terbesar dari India dan China,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Baca Juga : Bidik Segmen Produk Baru Di 2025, PT Arwana Citramulia Tbk Targetkan Laba Tumbuh 10%

Menurut Edy, pihaknya sedang mengamati angka impor keramik yang melonjak signifikan dari tahun ke tahun, khususnya dari India pasca diterapkan BMTP/Safeguard dan penerapan BMAD atas Keramik impor dari China. Sehingga tidak tertutup kemungkinan adanya indikasi unfair trade dari India seperti tindakan dumping dan predatory pricing krn mengalami oversupply dan overcapacity.
“ASAKI akan memperkuat pangsa pasarnya dan lebih agresif mengisi permintaan keramik di kawasan ASEAN. ASAKI memandang ASEAN sebagai pasar ekspor utama yang sangat strategis karena dengan jumlah populasi yang besar sekitar 680 jt orang membutuhkan keramik sebesar 1,2 miliard m2 per tahun,” ungkap Edy.
ASAKI Butuh Perhatian Khusus
Selain itu, kata dia, ASAKI juga membutuhkan perhatian serius dan kehadiran pemerintah dalam hal ini Kementerian ESDM, terkait dengan daya saing industri keramik nasional yang cenderung semakin menurun akibat gangguan supply gas oleh PGN, yakni dengan memberlakukan kuota pemanfaatan volume gas HGBT 60%-70% dan harga regasifikasi gas $16,77usd/mmbtu telah merugikan industri keramik nasional.
“Kami mendesak Pemerintah untuk membuka kran impor gas dan memberlakukan DMO/Domestic Market Obligation Gas untuk industri dalam negeri. Disaat semua negara di dunia melakukan praktik proteksionisme, ASAKI mengharapkan pemerintah konsisten mendorong program P3DN melalui sertifikasi TKDN,” tegas Edy.
Baca Juga : Kunjungi Pabrik Keramik Arwana di Mojokerto, Komunitas Synergi Developer Puji Proses Produksi
Hal ini, kata dia, karena telah terbukti efektif membantu penyerapan produk dalam negeri atau create demand bagi industri keramik nasional. ASAKI, sambungnya, juga mengharapkan pemerintah Prabowo Subianto segera menjalankan program 3 juta unit rumah yang akan memberikan banyak multiplier effect bagi industri bahan bangunan seperti keramik, sanitary ware dan genteng keramik serta tableware keramik.
“Kami juga meminta pemerintah mencermati pelemahan mata uang rupiah pasca pemberlakuan tarif oleh AS. Kami juga tidak keberatan jika di dalam negosiasi dengan Amerika Serikat, bea masuk impor keramik dari sana yang saat ini 5% di nol kan karena selama tidak melakukan praktek kecurangan seperti dumping, produk keramik nasional tidka kalah berdaya saing terhadap produk keramik buatan Amerika Serikat,” tutup Edy.