Property & Bank

Hunian dan Pola Hidup Yang Sehat Mampu Lindungi Diri Dari Covid-19

Hendro Intiland
Pendiri dan Chief Executive Officer PT Intiland Development Tbk (DILD;Intiland) Hendro S. Gondokusumo

UMUM – Menjalankan protokol kesehatan dengan ketat serta tinggal di lingkungan dan hunian sehat menjadi solusi terbaik bagi masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19. Oleh karena itu, rumah menjadi tempat paling aman saat penyebaran virus Covid -19 masih begitu masif saat ini.

Dalam Webinar Hidup Sehat: Jantung Sehat & Covid-19: The Dos and The Don’ts yang digelar hari ini, Jumat (21/8), Pendiri dan Chief Executive Officer PT Intiland Development Tbk (DILD;Intiland) Hendro S. Gondokusumo mengatakan, saat ini pola hidup sehat menjadi hal yang penting dilakukan dan dirinya mengaku sudah menjalankan hidup sehat seperti jalan pagi, berjemur dan hal positif lainnya.

[irp]

Lebih lanjut dikatakan Hendro, konsep ‘rumah’ tidak sebatas bangunan fisik saja. Rumah adalah ‘benteng’ new normal, tempat kita mengisi kembali energi dan menjernihkan pikiran setelah bekerja, serta menjadi tempat berlindung terbaik bagi keluarga. Intiland, kata dia, senantiasa berusaha menghadirkan hunian, baik rumah tapak maupun apartemen yang nyaman sebagai tempat tinggal dan tetap menunjang produktivitas.

“Saat sebagian besar masyarakat harus menghabiskan waktu di rumah untuk bekerja atau work from home, maka pemilihan lokasi, kondisi lingkungan, dan fasilitas pendukung yang tersedia menjadi faktor krusial bagi masyarakat. Prinsip-prinsip hunian sehat diterapkan di SQ Rés di TB Simatupang, Jakarta Selatan dan Fifty Seven Promenade di kawasan Thamrin – Sudirman, Jakarta Pusat,” kata Hendro.

[irp]

Ahli kardiologi dari Mount Elizabeth Novena Hospital Singapura, Nikolas Wanahita, MD, MHA, FACC, FSCA, menjelaskan, pentingnya menjaga protokol kesehatan secara ketat dengan menjalankan langkah-langkah preventif, seperti penggunaan masker dan menjaga jarak adalah cara termudah untuk melindungi diri dan keluarga di masa pandemi.

Selain itu, menjaga daya tahan tubuh dengan senantiasa menjalankan pola hidup sehat, asupan gizi yang baik, rutin berolahraga, menghindari stres, serta istirahat yang cukup adalah kunci dalam mencegah diri terinfeksi Covid-19. Faktor penting lainnya yakni memahami secara benar pola-pola penularan di masa pandemi dan risiko-risiko utama khususnya bagi kelompok masyarakat berisiko tinggi, seperti penderita penyakit jantung, darah tinggi, dan penyakit degeneratif lainnya.

Faktor kritikal lainnya menurut dr Nikolas adalah mengenali secara benar aspek Viral Load yang menyebabkan seseorang terpapar Covid-19, tetapi tidak menunjukan gejala sakit serta yang terpapar parah hingga mengakibatkan meninggal dunia. Secara sederhana, aspek Viral Load menjelaskan hubungan antara jumlah kualitatif partikel virus yang masuk ke tubuh dan dampaknya bagi orang yang terpapar. Semakin banyak jumlah virus yang masuk ke dalam tubuh, imunitas tubuh dapat kalah dan penderita berisiko mengalami cytokine storm, di mana imunitas berkembang secara tidak beraturan sehingga justru berbalik menyerang badan dan organ-organ sendiri.

[irp]

Nikolas juga mengingatkan bahwa ditemukan sejumlah kasus berupa pasien terinfeksi, tetapi tidak timbul gejala dan dapat sembuh dengan sendirinya. Di sisi lain, terdapat pula pasien tanpa gejala yang kemudian meninggal dunia tanpa sempat ditangani dengan cepat.

Kelompok lain yang berisiko tinggi adalah golongan pasien dengan imunitas rendah atau pasien dengan kondisi pre-morbid. Misalnya, penderita penyakit jantung, hipertensi/darah tinggi, diabetes, pasien yang sudah pernah melakukan transplantasi organ, atau penyakit kronis lainnya. Meski demikian, terdapat pula kasus-kasus penderita berusia muda dan sehat yang akhirnya meninggal dunia karena Covid-19.

[irp]

Terkait dengan kondisi kesehatan jantung, menurutnya, ada sejumlah faktor penting yang perlu diperhatikan. Pertama, orang-orang yang memiliki penyakit kardiovaskular harus sangat berhati-hati. Riset yang dilakukan di China, menunjukan jumlah fatalitas pasien Covid-19 yang menderita penyakit kardiovaskular cukup tinggi dibandingkan dengan penyakit lainnya seperti diabetes dan tekanan darah tinggi.

Nikolas
Ahli kardiologi dari Mount Elizabeth Novena Hospital Singapura, Nikolas Wanahita, MD, MHA, FACC, FSCA

“Covid-19 memang menyerang organ pernapasan, tetapi tetap berbahaya bagi penderita penyakit jantung atau kelainan jantung. Dari sejumlah kejadian, terbukti pasien Covid-19 yang mengidap penyakit jantung meninggal karena imunitasnya berkembang tidak terkontrol dan berbalik menyerang organ jantung. Ini fakta yang berbahaya dan perlu diketahui oleh para penderita penyakit kardiovaskular,” tegas dr. Nikolas lebih lanjut.

Menanggapi keterkaitan antara pandemi Covid-19 dengan pola hidup sehat, Hendro kembalimenegaskan pentingnya faktor lingkungan dan hunian sehat sebagai wahana efektif untuk berlindung. Khususnya, bagi masyarakat usia lanjut seperti dirinya yang relatif lebih rentan dan memiliki risiko tinggi terhadap penularan Covid-19.

[irp]

Hendro mencontohkan, sebagai warga senior, dirinya sudah sangat mengurangi aktivitas di luar rumah. Seluruh kegiatan bisnis dilakukan di rumah dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi. Pekerjaan bisnis dan organisasi seperti rapat, koordinasi, maupun pengarahan seluruhnya dilakukan secara daring.

“Jadi, wajar jika banyak warga-warga senior, seumuran saya, beramai-ramai ‘bertapa’, bersembunyi di rumah masing-masing. Tidak berani ke kantor atau pergi keluar rumah, bertemu teman atau kolega, atau lebih lagi ke fasilitas-fasilitas umum, seperti restoran atau mal,” ujarnya lebih lanjut.

[irp]

Meskipun harus menghadapi risiko tinggi, Hendro menyarankan agar para warga senior tetap produktif meskipun aktivitas dan mobilitas menjadi sangat terbatas. Melakukan olahraga ringan setiap hari seperti jalan pagi setiap hari di lingkungan perumahan sangatlah dianjurkan. Olahraga terbukti merangsang tubuh mengeluarkan hormon endorfin untuk mengurangi rasa sakit dan memberikan energi positif.

Hendro juga menyarankan agar masyarakat tetap menjalin komunikasi dengan keluarga, kerabat, dan kolega. Komunikasi intens akan membantu kita tetap merasa dekat dengan keluarga dan sahabat. Jika diperlukan, sebaiknya jangan hanya lewat telepon, tetapi bisa tatap muka secara langsung via aplikasi teknologi. Aktivitas ini membantunya tetap merasa bahagia karena merasa dekat dengan keluarga dan teman-teman.

[irp]

Tip penting berikutnya yakni harus bisa menerapkan prinsip “Rumahku, istanaku.” Tetap di rumah untuk sementara waktu dan menjadikan rumah sebagai tempat ternyaman saat ini. Pastikan rumah kita memenuhi kriteria rumah sehat dan mampu memenuhi kebutuhan di saat menghadapi pandemi.

Ia mencontohkan, saat ini banyak hunian rumah atau apartemen yang sudah mengadopsi konsep rumah sehat. Memiliki sirkulasi udara dan penerangan yang baik, bersih, serta memiliki ruangan yang mendukung aktivitas kerja maupun lainnya.

[irp]

Menutup paparannya, Hendro menyampaikan bahwa satu hal yang dipelajarinya selama masa pandemi adalah memperbanyak kegiatan atau hobi baru yang dilakukan sebagai bentuk adaptasi. Kuncinya, tetap berpikir positif dan selalu merasa bahagia terhadap setiap perubahan.

Sementara itu, dr. Twindy Rarasati, sosok dokter dan aktris muda serta penyintas Covid-19 berbagi pengalamannya ketika dinyatakan positif terinfeksi Covid-19 melalui polymerase chain reaction (PCR) Swab Test beberapa bulan lalu. Ia mengaku tidak merasakan demam seperti kebanyakan orang yang terpapar virus ini, hanya merasa gejala sesak napas dan hilangnya indra penciuman.

Lebih membingungkan ketika hasil rapid test keluar dan dinyatakan non-reaktif. Namun, karena merasa ada yang tidak beres dengan gejala-gejala yang dirasakannya dan kebetulan juga seorang dokter, dr. Twindy memutuskan untuk melakukan PCR Swab Test yang hasilnya dinyatakan positif. Dari pengalaman tersebut, ia menegaskan PCR Swab Test adalah standar emas atau gold standard untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi Covid-19 atau tidak.

dr. Twindy Rarasati
dr. Twindy Rarasati

“Kasus ini mungkin tidak hanya terjadi pada saya, tetapi juga pada orang lain yang merasa dirinya sehat dan belum melakukan isolasi mandiri dari awal gejala. Bisa jadi, seseorang sudah terinfeksi, tetapi belum muncul antibodi untuk melawan virus SARS-CoV-2,” kata dr. Twindy.

Setelah menjalani perawatan di rumah sakit selama dua minggu dan menerima hasil PCR Swab Test negatif sebanyak dua kali, dr Twindy pun diperbolehkan kembali ke rumah dengan tetap menjalani isolasi mandiri selama 14 hari. Isolasi mandiri selama dua pekan ini penting dilakukan guna mencegah dirinya tidak kembali terinfeksi Covid-19, sekaligus untuk menenangkan emosi dan pemulihan kesehatan.

[irp]

Pengalaman tersebut menjadi pelajaran berharga baginya. Dalam kondisi pandemi seperti sekarang, menurut Twindy, mutlak bagi masyarakat untuk semakin menjaga kesehatan dengan menyantap makanan dan minuman bergizi, rajin berolahraga dan tetap aktif, serta menerapkan protokol pencegahan Covid-19 di manapun berada.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *