
INFRASTRUKTUR-Kota Palembang bakal memiliki transportasi Light Rail Transit (LRT). Rencana pembangungan sarana transportasi massal LRT yang digagas Gubernur Sumatera Selatan ini telah disetujui Presiden Jokowi. LRT yang membentang sejauh 24,5 kilometer akan melalui 13 halte dari Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang menuju Komplek olahraga Jakabaring Sport City (JSC).
Pembangunan sendiri akan dikerjakan dalam jangka dua tahun, dimulai di tahun 2016 dan ditargetkan akan selesai di tahun 2018 sebelum Sea Games. Jalur kereta tersebut akan dirancang layaknya seperti MRT, dibangun diatas median ataupun ditengah-tengah jalan. LRT sendiri memiliki keunggulan menggunakan tenaga listrik dan mampu membawa hingga empat buah rangkaian kereta. Perbedaan LRT dengan Monorel adalah pada pijakan roda pada rel. Jika Monorel rodanya mencengkram rel, maka LRT sama seperti kereta api pada umumnya yang rodanya berjalan di atas rel.
Dengan keberadaan LRT di tengah-tengah Kota Palembang, nantinya diharapkan moda transportasi massal tersebut dapat mengurai kemacetan yang ada. Karena tenaga penggeraknya menggunakan energi lsitrik, maka angkutan jenis ini tentu lebih ramah lingkungan dan dapat menekan angka polusi di kota-kota besar seperti di Palembang.
Proyek transportasi publik terbaru yang dibangun pemerintah, Kereta api ringan atau Light Rail Transit (LRT) Palembang akan memiliki jalur yang berdampingan dengan Jembatan Ampera yang selama ini menjadi ikon dari Kota Palembang. Jalur yang akan berdampingan tersebut berada antara Stasiun Ampera dan Stasiun Polresta, tepatnya diantara kilometer 16 dan kilometer 17.
Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin mengatakan, koridor pertama yakni dari bandara menuju Masjid Agung, sementara koridor kedua dari Masjid Agung menuju Kompleks Olahraga Jakabaring.
Ia menerangkan, Pemprov Sumsel telah mengajukan LRT tersebut nantinya akan memiliki 14 tempat pemberhentian (stasiun) dari bandara hingga ke Jakabaring (tempat keberadaan Kompleks Olahraga Jakabaring) dengan menelan dana Rp7 triliun.
“Biaya hingga Rp 7 triliun itu dengan asumsi biaya sebesar Rp 300 miliar untuk per 1 kilometer-nya, yakni mencakup rel, kereta, serta subsidi tiket,” kata dia.
Walaupun pembangunan mega proyek Light Rail Transit (LRT) dari bandara SMB II hingga Jakabaring belum dilakukan groundbreaking secara resmi, namun pengerjaan pembangunan ini terus berjalan.
Rencana awal ground breaking pembangunan LRT ini akan dilaksanakan pada Desember 2015 lalu, namun hingga awal Januari 2016 pelaksanaan ground breaking pembangunan LRT tersebut belum terlaksanakan yang rencananya pembangunan LRT ini akan diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo.