Propertynbank.com – Dampak negatif pandemi terasa di sepanjang tahun 2021 untuk sektor perkantoran sehingga menyebabkan tingkat hunian tertekan di angka 73% untuk kawasan CBD dan 74% untuk kawasan Non-CBD.
Head of Research JLL Indonesia, Yunus Karim mengatakan, beberapa gedung yang diperkirakan akan selesai dibangun mengalami penundaan sehingga hanya ada tambahan sebesar 76 ribu meter persegi untuk kawasan CBD dan 38 ribu meter persegi di kawasan Non-CBD.
“Permintaan di tahun 2021 didorong oleh para peritel yang melakukan ekspansi di pusat perbelanjaan yang baru mulai beroperasi. Industrimakanan dan minuman masih menjadi penyewa yang paling aktif dalam melakukan ekspansi, diikuti oleh penyewa fast fashion. Tingkat hunian pusat perbelanjaan relatif stabil meskipun terdapat pasokan baru. Di tahun 2022, pasokan pusat perbelanjaan baru diperkirakan bertambah sebesar ±150 ribu meter persegi,” kata Yunus.
Untuk penjualan kondominium, secara umum masih terpantau lemah di sepanjang tahun 2021, terutama untuk proyek kelas atas. Kondisi pasar yang belum pulih juga ditandai dengan minimnya pasokan kondominium baru yang diluncurkan pada tahun ini. “Pengembang masih fokus terhadap aktivitas penjualan proyek eksisting dengan melanjutkan kegiatan promosi untuk menarik konsumen,” ujar Yunus.
Sementara itu, Head of Office Leasing JLL Indonesia, Angela Wibawa menyebutkan aktivitas di triwulan keempat terlihat mengalami sedikit peningkatan yang didominasi oleh sektor teknologi. Akan tetapi, banyaknya jumlah pasokan ruang perkantoran yang tersedia dan terbatasnya permintaan membuat harga sewa tetap tertekan.
“Para perusahaan masih melakukan upaya untuk meminimalisasi biaya dan tren pengurangan luas perkantoran juga masih terjadi. Secara umum, tingkat hunian gedung perkantoran Grade A masih tertekan di angka 66%,” jelas Angela.
Penyerapan Rumah Tapak
Sedangkan penyerapan rumah tapak dan minat pasar terhadap rumah tapak, Head of Advisory JLL Indonesia Vivin Harsanto mengatakan, terbukti masih cukup tinggi. Hal ini terlihat dari respon positif pasar terhadap produk-produk baru yang diluncurkan oleh pengembang. Program pemerintah seperti insentif PPN dan relaksasi LTV, disertai dengan berbagai promosi dan penawaran cara pembayaran yang fleksibel oleh pengembang juga mendorong tingginya penjualan rumah tapak.
“Beberapa kawasan perumahan yang sebelumnya tidak aktif pun ikut berkontribusi dalam memasarkan produk-produk mereka. Kawasan perumahan dengan fasilitas lengkap dan sudah berkembang menjadi daya tarik pembeli. Kelanjutan insentif PPN untuk pasar properti diharapkan dapat meningkatkan sentimen positif di sektor perumahan,” tegas Vivin.
Sektor industri, menurut Head of Logistics and Industrial JLL Indonesia Farazia Basarah berpendapat, tidak ada pasokan baru yang selesai dibangun di akhir tahun 2021. Beberapa proyek masih dalam proses konstruksi dan direncanakan akan mulai beroperasi di pertengahan tahun 2022. Pada triwulan ini permintaan positif masih didominasi oleh penyedia jasa logistik yang terus berekspansi sehingga membuat membuat tingkat hunian ruang gudang modern di Jabodetabek meningkat ke angka 94%.
“Sebagai salah satu penyewa ruang pergudangan modern di Jabodetabek, perusahaan e-commerce terlihat bekerja sama dengan penyedia jasa logistik berkontribusi dalam penggunaan gudang sebagai pusat distribusi dan ruang transit,” ujar Farazia.
Country Head JLL Indonesia James Allan menambahkan, pandemi merupakan periode yang menantang bagi sebagian besar pasar properti di Jabodetabek. “Namun demikian, beberapa sektor terbukti tangguh di tengah pandemi khususnya pergudangan logistik, pusat data atau data centre, dan rumah tapak. Ketiga sektor ini berpotensi untuk terus menjadi daya tarik bagi investor lokal dan asing,” pungkasnya.