Seiring dengan peningkatan jumlah kelas menengah di Indonesia, industri Wealth Mangement juga mengalami pertumbuhan yang tinggi. Masyarakat mulai mengenal lebih banyak instrumen investasi dari yang paling dasar seperti tabungan dan deposito hingga obligasi, saham maupun reksadana. Bagi masyarakat yang kurang memahami detail transaksi obligasi dan saham bisa menggunakan instrumen reksadana. Salah satu harapan yang diinginkan oleh para pemilik dana dari bantuan para pelaku industri Wealth Management adalah pertumbuhan kekayaan sehingga bisa mencapai tujuan tertentu yang dia tetapkan. Berdasarkan penelitian yang sering dilakukan oleh berbagai pihak selalu menunjukkan bahwa instrumen saham memberikan return paling tinggi dalam jangka panjang dibandingkan instrumen obligasi maupun deposito, sehingga saham dianggap sebagai instrumen yang cocok untuk menumbuhkan kekayaan. Meskipun hasil penelitian menunjukkan hal demikian, tetapi ada banyak orang yang mengalami kerugian di pasar saham.
Penyebab utama mereka mengalami kerugian adalah ketidaksesuaian Risk Tolerance orang tsb dengan instrumen saham. Saham adalah instrumen jangka panjang dan memiliki risiko tinggi, seiring risiko yang tinggi tsb maka saham juga memberikan potensi return yang tinggi (high risk high return). Seringkali orang memilih produk investasi hanya melihat return yang dihasilkan selama beberapa tahun terakhir, semakin tinggi historical return semakin menarik. Mereka tidak pernah atau bahkan tidak mau membayangkan jika hal sebaliknya terjadi yaitu instrumen yang memiliki historical return tinggi ternyata menimbulkan kerugian yang besar. Orang demikian tidak memiliki risk tolerance yang tinggi, seharusnya saham bukanlah instrumen yang cocok untuknya. Jika ia berinvestasi di saham, kemungkinan besar ia akan panik pada saat harga saham jatuh dan menjual saham yang dimilikinya di harga rendah sehingga menimbulkan kerugian. Satu hal yang menarik untuk disimak juga bahwa kebanyakan orang cenderung merasa bahwa ia memiliki risk tolerance yang lebih tinggi dibandingkan aslinya, ia merasa bahwa ia mampu menghadapi risiko atas gejolak di pasar saham namun ia tidak siap. Hal ini juga menyebabkan ia mengalami kerugian pada saat saham bergejolak. Jadi risk tolerance adalah hal yang penting untuk dipahami di awal sebelum memilih instrumen investasi. Salah satu cara paling sederhana untuk mengetahui apakah suatu instrumen melebihi risk tolerance Anda adalah jika sedikit gejolak harga dari instrumen tsb (misalnya saham) membuat Anda stress.
Risk tolerance seseorang bisa meningkat jika ia memahami dengan benar karakteristik suatu instrumen, pada saat seseorang tidak paham maka ia cenderung menganggap hal tsb berisiko tetapi setelah ia bisa memahami karakteristik instrumen dengan baik maka yang pada awalnya dianggap berisiko dan tidak berani dibeli, sekarang bisa dibeli oleh orang tsb. Di samping pemahaman atas karakteristik instrumen, pada saat seseorang memiliki peningkatan kekayaan sehingga ia memiliki kapasitas untuk menerima risiko yang lebih besar maka risk tolerance juga bisa meningkat. Sebagai contoh seseorang yang baru mendapatkan warisan besar cenderung lebih berani mengambil risiko dibandingkan sebelumnya.

Jadi seorang investor perlu melihat risk tolerance dirinya sendiri sebelum tergiur untuk berinvestasi pada instrumen investasi yang tidak dia pahami maupun yang memiliki risiko tinggi. Bagaimana dengan Anda? Semoga artikel singkat ini bermanfaat bagi pembaca setia Majalah Property&Bank. Jika ada pertanyaan silakan kirim ke tommy@investors-academy.co.id
Selamat berinvestasi.