Property & Bank

Akselerasi Industri Keramik Lokal, Kemenperin Kawinkan ASAKI dan Pengembang

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita (tengah) berpose bersama Ketua ASAKI Edy Suyanto dan sejumlah pengurus asosiasi pengembang

EKONOMI – Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI) dan Realestat Indonesia (REI) melakukan kerjasama terkait penggunaan produk keramik dalam negeri.

Penandatanganan Nota Kesepahaman kerjasama kedua asosiasi tersebut, dilakukan hari ini, Kamis (17/6) di kantor Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jakarta. Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita secara langsung hadir menyaksikan prosesi penandatanganan kerjasama tersebut.

“Kementerian Perindustrian terus berupaya mengakselerasi dan membangkitkan industri keramik nasional. Salah satu langkah yang dilakukan melalui business matching antara produsen keramik dengan asosiasi sektor pengguna. Upaya itu juga sekaligus untuk mendorong penerapan program Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN),” ujar Memperin Agus Gumiwang.

Dikatakan Memperin, Indonesia patut bersyukur karena memiliki industri keramik yang saat ini menduduki peringkat delapan dunia dengan kapasitas produksi terpasang sebesar 538 juta m2 per tahun dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 150 ribu orang.

[irp]

Melalui business matching, sambungnya, diharapkan pelaku usaha sektor industri maupun sektor terkait lain seperti properti, pengembang, dan infrastruktur terus bersinergi, bergerak menciptakan peluang pasar baru, saling mengisi untuk menjamin kepastian rantai pasok, serta kerjasama yang erat dalam menciptakan kemandirian ekonomi bidang industri keramik nasional.

Agus mengatakan, meningkatnya pembangunan di sektor infrastruktur dan properti, seperti  real estate, perumahan, apartmen, dan bangunan lainnya, membuat permintaan pasar dalam negeri semakin bertambah. “Dalam jangka panjang, Industri keramik nasional akan sangat prospektif, mengingat konsumsi keramik nasional per kapita sekitar 1,4 m2 masih lebih rendah dibandingkan konsumsi ideal dunia yang telah mencapai lebih dari 3 m2,” ucapnya.

Selain itu, Pemerintah yang gencar dalam pembangunan infrastruktur, serta meningkatnya kebutuhan perumahan atau tempat tinggal oleh pekerja usia produktif, menjadi peluang pangsa pasar bagi industri keramik nasional untuk meningkatkan konsumsi keramik nasional dan memperluas pangsa pasar dalam negeri.

“Kita harus bangga bahwa keramik produksi dalam negeri memiliki keunggulan dari segi kualitas, tipe, desain atau motif, jaminan ketersediaan dan after sales service, serta memiliki TKDN rata-rata di atas 85%,” papar Menperin.

[irp]

Menperin menuturkan, Indonesia juga harus bangga karena saat ini ubin keramik dalam negeri telah mampu menembus pasar ekspor negara-negara Asia, Eropa, Amerika, dan Australia. “Kemudian perlu digarisbawahi bahwa khusus untuk produk ubin atau porcelain slab ukuran 3,2 meter x 1,6 meter baru Indonesia yang mampu memproduksi di dunia dan telah diekspor ke China, Australia, serta Amerika Serikat,” imbuhnya.

Menurut Agus, meski turut dihantam badai pandemi Covid-19, ekspor ubin keramik meningkat sebesar 17% pada tahun 2020 dibandingkan tahun 2019 (year-on-year).  “Memperhatikan demand dalam negeri dan pangsa pasar ekspor yang telah mulai meningkat, beberapa produsen keramik nasional telah melakukan ekspansi atau perluasan, dan mengundang ketertarikan beberapa investasi baru,” jelasnya.

Tekan Produk Impor
Menperin menambahkan, melalui business matching tersebut, diharapkan terjadi link and match antara produsen dalam negeri dan asosiasi pengguna. Hal itu diharapkan turut mampu menekan impor produk keramik. “Persoalan impor akan terselesaikan apabila dibarengi dengan upaya mengoptimalkan pasar dalam negeri oleh produk-produk industri dalam negeri sendiri, baik itu pembelian untuk penggunaan secara individu maupun korporasi atau keproyekan,” tuturnya.

Menperin menyebut, produk keramik nasional masuk dalam kategori TKDN wajib yang mempunyai nilai TKDN lebih besar dari 40%. Karena itu, guna mendukung industri keramik nasional diperlukan juga komitmen kuat untuk mengurangi ketergantungan terhadap produk luar negeri melalui pengoptimalan belanja pemerintah, khususnya dalam pembangunan fisik infrastruktur yang menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) oleh institusi atau lembaga negara dan pemerintah daerah. “Saya juga mendorong para pelaku usaha menggunakan keramik produksi dalam negeri pada proyek-proyek swasta sebagai bentuk kebanggaan dan kecintaan akan produk dalam negeri,” ucapnya.

[irp]

Menperin optimis, upaya link and match ini akan mampu semakin menumbuhkan industri keramik nasional, pasalnya sub sektor industri tersebut memiliki comparative advantage atau keunggulan komparatif melalui ketersediaan bahan baku yang melimpah, serta didukung  juga dengan kemudahan iklim berusaha Pemerintah melalui UU 11/2020 tentang Cipta Kerja.

“Hal tersebut diharapkan dapat menumbuh kembangkan industri substitusi impor (Import-substituting industrialization) yang menghasilkan nilai tambah tinggi, memperkuat rantai pasok, memperdalam struktur industri berdaya saing global, dan berwawasan lingkungan,” lanjutnya.

Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (Dirjen IKFT) Kemenperin, Muhammad Khayam menambahkan, dalam rangka meningkatkan industri keramik nasional, Kemenperin telah melakukan berbagai upaya, antara lain, pemberian insentif harga gas bumi turun sebesar 6 USD/MMBTU, mendorong revitalisasi permesinan, penerapan Industri 4.0, serta revisi terhadap Peraturan Menteri Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib Keramik.

[irp]

Selanjutnya, perpanjangan safeguard ubin keramik, pengajuan tata niaga impor yang saat ini menunggu pembahasannya di tingkat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, ”Dalam rangka menjamin ketersediaan bahan penolong, kami sedang mendesain dibangunnya Pusat Pengembangan Bahan Baku Industri Bahan Galian Nonlogam,” imbuh Khayam.

Kemudian dilakukan juga penyiapan D1 Vokasi Keramik yang akan memulai perkuliahan pertama pada Juli 2021.  Serta menjamin kepastian rantai pasok melalui kolaborasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk menyusun Pencatatan Sumber Daya Material dan Peralatan Konstruksi (SDMPK).

Sekretaris Jenderal DPP REI Amran Nukman mengatakan, sebagai pengembang khususnya dari REI sangat senang dan menyambut baik adanya kesepakatan tersebut. Dirinya menegaskan, ada tiga hal penting yang sudah disampaikan ke Menperin, dalam rangka ikut mendukung program penggunaan produk keramik lokal.

“Yang pertama adalah terkait volume, karena rata-rata anggota REI mengembangkan properti dengan jumlah yang cukup besar. Lalu time delivery, dimana kami sangat tergantung kepada kecepatan datangnya bahan bangunan seperti keramik, yang sangat berpengaruh kepada serah terima unit properti kepada masyarakat,” ujar Amran.

[irp]

Yang terakhir, imbuh Amran adalah mengenai harga, karena di masa pandemi ini, pembeli sangat sensitif terhadap harga. Apa bila dari sisi harga bisa ditekan, maka pengembang juga bisa menurunkan atau paling tidak memberikan diskon yang lebih menarik kepada konsumen.

Sementara itu, Ketua ASAKI Edy Suyanto menegaskan, sinergi dan kolaborasi yang terjalin akan menjadi suatu titik balik pemulihan industri keramik dalam negeri. Dirinya juga memastikan mendukung Kemenperin dalam hal program substitusi impor. Melalui kerjasama dengan REI, kata Edy, ASAKI juga membawa tiga keunggulan utama.

“Yang pertama adalah volume kapasitas produksi kami besar, dimana saat ini mencapai 550 juta meter persegi per tahun dengan tingkat utilitas sekitar 78%. Anggota ASAKI juga siap memenuhi permintaan dalam negeri dalam beberapa tahun ke depan. Kami juga punya keunggulan dalam bidang desain dan teknologi, bahkan kami sudah melakukan ekspor untuk teknologi yang merupakan satu-satunya di Asia Tenggara ini,” jelas Edy.

Sedangkan untuk time delivery, Edy menjamin ASAKI bisa memenuhinya karena anggota ASAKI sudah tersebar di sejumlah lokasi seperti Sumatera, Jawa Barat dan Jawa Timur. Dengan begitu, Edy sangat yakin pengiriman lebih cepat dilakukan jika dibanding impor. “Dan pada akhirnya, ASAKI juga berani berkompetisi dalam hal harga dibanding produk-produk impor,” pungkas Edy.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *