
BERITA PROPERTI – Wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya tak pernah luput dari banjir ketika curah hujan meningkat. Akibat banjir, banyak properti yang terendam, mulai dari rumah bedeng sampai rumah mewah. Lantas bagaimana prospek harga properti di Jakarta dan sekitarnya, mengingat Jakarta dan sekitarnya kerap terendam banjir.
Konsultan properti Colliers International menyatakan dampak banjir yang melanda kawasan Jabodetabek beberapa waktu lalu hanya akan terasa dalam jangka pendek terhadap kinerja sektor properti ibukota. “Secara umum, efek jangka pendeknya akan terasa, tapi contoh kawasan Kelapa Gading meski kebanjiran, propertinya tetap stabil,” kata Senior Associate Director Colliers International Indonesia, Ferry Salanto, di Jakarta, Rabu (8/1/2020).
[irp]

Ferry mengemukakan hal tersebut dalam paparan properti mengenai dampak bencana banjir terhadap kinerja sektor properti di kawasan ibukota dan sekitarnya, terutama di dalam bidang residensial. Menurut dia, dampak dari banjir terhadap properti hanya akan berjangka pendek antara lain karena tanah di Jakarta secara umum tidak banyak.
Banyak warga yang tidak ingin pindah, lanjutnya, dan menganggap banjir adalah risiko yang harus diantisipasi, terutama ketika pembangunan infrastruktur semakin gencar. “Setiap saat kalau banjir besar atau kebanjiran, (warga yang kebanjiran) tak terbersit untuk pindah karena secara historis mereka sudah merasa nyaman,” ucapnya.
Dia melanjutkan, penurunan harga hanya akan terjadi di lokasi yang potensi dampaknya besar. Namun, tidak akan mengalami kejatuhan harga yang tinggi. Hal ini berbeda dengan properti yang tepat berada di samping sungai sehingga ketika banjir potensi kerusakannya besar.
[irp]
“Di sana (Kelapa Gading dan Kemang) belum ada yang jual dengan alasan banjir karena memang keduanya jadi area favorit. Jika memang ingin menjual, mungkin bisa melihat timing-nya, mencari waktu jual ketika sedang tidak banjir,” ujarnya. Ia pun menyarankan agar pembeli teliti jika ingin membeli produk properti dari pengembang.
Apabila lokasi tersebut sebelumnya tidak pernah terkena banjir, ada kemungkinan lokasi ke depannya akan lebih aman. “Konsekuensinya mungkin harus melakukan perbaikan lebih ketika mengambil rumah yang di lokasi bekas kena banjir, misalnya,harus ditinggikan supaya meminimalisir dampaknya,” tandasnya.
Masih terkait dengan banjir, Ferry juga menyatakan gagasan untuk menghapus Amdal adalah hal yang kurang pas karena salah satu penyebab banjir adalah proses pembangunan yang tak sesuai dengan tata ruang yang telah ditetapkan.
[irp]
Sebelumnya, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyampaikan pihaknya memperkuat penerapan kebijakan “crisis management” (manajemen krisis) dalam mengantisipasi banjir susulan.
“Menghadapi tanggal 10-15, menurut BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) akan terjadi puncak banjir di Januari. Semua kita tindak lanjuti, itu crisis management kita,” ujar Basuki. Ia mengemukakan PUPR melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA) telah melakukan survei di 180 titik rawan banjir.
Salah satunya disebabkan saluran air kecil, drainase tertutup, dan tanggul jebol, temasuk banyaknya tanggul yang jebol di Bekasi. Pihaknya berupaya untuk memperbaiki sehingga banjir tidak kembali terjadi. Selain itu PUPR juga akan memperlebar dan memperdalam embung atau penampungan air di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
[irp]
“Halim kenapa banjir? Karena embungnya gagal menampung. Kita perlebar, dari 20.000 meter kubik kini menjadi 50 ribu meter kubik kapasitasnya. Kedalamannya juga, dari dua meter kita jadikan lima meter. Kita juga segera tindak lanjuti sekarang,” ucap Basuki. Tak hanya itu, lanjut dia, pihaknya juga akan memperbaiki drainase di sejumlah titik jalan tol, terutama KM 24 yang tersumbat akibat proyek kereta cepat. (Artha Tidar)