
DESAIN – Mendesain masjid sebagai tempat ibadah, harus paham terlebih dulu dengan yang terkait larangan dalam masjid sebagai tempat yang suci. Masjid juga harus bisa memberikan rahmat kepada semua umat, meskipun begitu untuk ibadah hanya khusus bagi umat Islam
Demikian disampaikan Dr. Nur Rahmawati Syamsiah, ST, MT., dosen Arsitektur Universitas Muhammadiah Surakarta dalam Seminar tentang Arsitektur Masjid – Filosofi & Desain, Kamis (17/6) melalui daring (dalam jaringan) atau virtual. Seminar ini digelar oleh Kenari Djaja bersama Jurusan Arsitektur Universitas Trisakti dan didukung oleh Majalah Asrinesia.
Peneliti arsitektur ini menelusuri filosofi perancangan arsitektur masjid di Indonesia. Sejarah kebesaran fasilitas peribadatan Islam di Indonesia, kata dia, tidak bisa terlepas dari hadirnya Masjid Akbar ISTIQLAL yang digagas Presiden pertama Ir. Soekarno, “Lalu direalisasikan oleh Arsitek Frederich Silaban, sebagai pemenang sayembara Masjid Nasional kala itu,” kata dia.
Arsitek dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Ir. Panogu Silaban, IAI yang merupakan putra Frederich, memaparkan kilas balik tentang masjid Istiqlal sebagai bangunan ibadah terbesar di Asia. “Desain masjid harus mampu memberikan kekhusyukan bagi jamaah, dan kegaduhan di luar mesjid tidak mengganggu hingga ke dalam,” kata dia.
[irp]
Lalu, Arsitek Satrio Herlambang, ST, MUDD, IAI., dari Universitas Trisakti menjelaskan, bagaimana kemudian arsitektur masjid Akbar Istiqlal dapat bertahan sampai sekarang, setelah dilakukan penguatan desain arsitektur, interior dan lansekapnya. Letaknya bersebelahan dengan Gereja Kathedral, tidak saling bertentangan melalui rancangan ruang luarnya. “Arsitektur Istiqlal sebagai suatu Heritage yang kini menjadi salah satu destinasi wisata Ibukota Jakarta,” kata Tim Renovasi Masjid Istiqlal ini.
Seminar yang penuh dialog tentang bangunan peribadatan ini dipandu oleh moderator Arsitek Dr. Ir. Ady Rizalsyah Thahir, MA, IAI, Tim Ahli Bangunan Gedung – Arsitektur Perkotaan (TABG-AP) DKI Jakarta, dari Universitas Trisakti. “Persyaratan bagi bangunan cagar budaya yang harus dilindungi sebagai aset bangsa, perlu menjadi perhatian semua pihak yang bermaksud merencanakan dan mengubah arsitektur Masjid bersejarah,” tegasnya.
[irp]
Dalam seminar yang diikuti 500-an peserta dari kalangan profesional Arsitek, Desainer Interior, Arsitek lanskap, dan mahasiswa arsitektur serta pemerhati Architectural Heritage itu, terungkap bahwa keunikan arsitektur masjid di bumi Nusantara tidak telepas dari filosofi yang melatarbelakangi bangunan yang mewadahi kegiatan umat beribadah dan bersosialisasi dengan budaya setempat.
Masjid yang dibangun pada zamannya, menghadirkan sosok arsitektur bangunan ibadah sesuai dengan pemahaman desain dan kemampuan teknologi saat itu, sehingga beberapa masjid peninggalan para Wali yang sangat indah tetap terpelihara sampai sekarang. “Seminar ini dapat memberi pemahaman kepada para arsitek muda dan pemerhati bangunan ibadah Islam, agar dapat menciptakan karya desain masjid terbaik sesuai akidah agama dan kemajuan teknologi terbaru,” ujar Direktur Kenari Djaja Hendry Sjarifudin di awal seminar.