Propertynbank.com – Forum Tempe Indonesia (FTI) menyelenggarakan diskusi dengan Tema Tempe & Sustainabiliy From Farm to Plate, di Bale Merapi Yogyakarta, Kamis (23/11/2023). Sejumlah narasumber dengan latar belakang yang berbeda dan kompeten, hadir dalam diskusi guna berbagi informasi mengenai konsep keberlanjutan dalam menghadapi perubahan iklim dan pemanasan global.
Sesuai dengan tema dan komunitasnya, diskusi membahas seputar dunia tempe baik dari segi pertanian kedelai sebagai bahan baku utama pembuatan tempe, proses produksi hingga mencoba menginisiasi peran serta konsumen dalam memilih produk pangan ramah lingkungan dan salah satunya adalah tempe.
Pembicara dari members of Biotechnology & Seeds – Croplife Indonesia, Fadlilla Dewi Rachmawati memaparkan teori terkait peran Bioteknologi terhadap masa depan pertanian. Rekayasa genetika benih tanaman yang adaptif terhadap perubahan iklim dan pemanasan global sangat dibutuhkan guna menjaga stabilitas pangan agar terhindar dari krisis pangan global.
Baca Juga : Perluas Pasar Ekspor, Tempe Azaki Resmikan Pabrik Ramah Lingkungan
“Rekayasa benih pangan dengan bioteknologi, salah satu solusi bagi dunia pertanian dalam menghadapi perubahan iklim dan pemanasan global. Pengembangan benih tanaman bioteknologi telah melalui proses penelitian yang panjang dan tak mudah. Satu benih hasil rekayasa genetika bisa menempuh hingga belasan tahun sampai lolos berbagai ujicoba dan dinyatakan layak dan diproduksi massal dan kemudian dikonsumsi sebagai bahan pangan dan pakan,” ujar Fadlilla dalam keterangannya, dikutip Sabtu (25/11/2023).
Sementara itu, Country Director USSEC (U.S Soybean Export Council) Indonesia, Ibnu Wiyono memberikan informasi terkait pertanian di Amerika Serikat yang dengan sangat ketat menerapkan praktik pertanian yang berkelanjutan. Hasilnya kedelai AS mendapatkan sertifikasi Sustainable US SOY (SUSS logo). Pertanian kedelai yang menghasilkan emisi karbon paling rendah dibandingkan kedelai yang diproduksi oleh negara produsen utama lainnya seperti Brazil dan Argentina.
SUSS logo merupakan eco-label atau sertifikasi ramah lingkungan yang disematkan pada kemasan pangan yang menggunakan kedelai Amerika sebagai bahan baku utamanya. Industri kedelai Amerika ingin berbagi manfaat pertanian berkelanjutan dengan konsumen. Diharapkan produk pangan olahan kedelai yang menggunakan SUSS logo dapat lebih dihargai oleh konsumen lokal dan luar negeri karena diproduksi dengan memperhatikan aspek-aspek keberlanjutan.
Sebagaimana diketahui, sebagai penghasil kedelai terbesar di dunia, praktik pertanian kedelai berkelanjutan di Amerika telah membantu petani menaikkan produksi kedelai hingga 130% selama kurun waktu 40 tahun, dengan menggunakan lebih sedikit input dan dampak lingkungan yang sejalan dengan indikator Sustainable Development.
Hal positifnya adalah menurunkan emisi rumah kaca hingga 43% per bushel, meningkatkan efisiensi penggunaan air irigasi hingga 60%, meningkatkan efisiensi penggunaan lahan hingga 48%, meningkatkan efisiensi energi hingga 46%, dan meningkatkan konservasi lahan pertanian hingga 34%.
“Hingga 2025, pertanian kedelai Amerika menargetkan penurunan emisi rumah kaca sebesar 10%, mengurangi dampak penggunaan 10 %, meningkatkan efisiensi energi hingga 10% dan mengurangi erosi tanah hingga 25%. Jadi ini komitmen mereka dalam menjaga bumi kita agar terus lestari.” ujar Ibnu Wiyono.
Baca Juga : TRIPATRA Adopsi Teknologi Ramah Lingkungan Guna Dukung Pupuk Kaltim Tekan Emisi CO2
Terkait dengan hal tersebut, sebuah jurnal berjudul Eco-label, environmental concern, and green purchase behavior: a perspective of gen-z on eco-friendly cement menyebutkan beberapa hasil penelitian yang secara garis besar menunjukkan bahwa Generasi-Z lebih tertarik untuk mengikuti tren pembelian produk ramah lingkungan. Di tengah tren gaya hidup sehat, pilihan untuk menggunakan produk-produk yang ramah lingkungan juga meningkat.
Sedangkan khusus di Indonesia, belum banyak yang mengetahui mengenai Eco-Labels atau sertifikasi produk ramah lingkungan. Perilaku konsumen dalam memilih produk yang memiliki eco-labels dipastikan akan memberikan dampak secara luas.
“Memilih produk yang menyematkan eco-labels seperti Sustainable U.S. Soy serta eco-labels lainnya, adalah langkah paling mudah namun berdampak kuat yang dapat dilakukan konsumen. Kesadaran Gen Z menjadi harapan besar kita semua bahwa kedepan produk-produk ramah lingkungan akan semakin mendapatkan prioritas,” tambah Prof Made Astawan, Ketua Pembina Forum Tempe Indonesia.
Sustainability Pada Tempe
Tempe yang merupakan produk pangan asli Indonesia, memiliki sejarahnya sendiri. Leluhur bangsa Indonesia sejak beberapa abad yang lalu ternyata sudah menerapkan konsep zero waste dalam memproduksi Tempe. Walaupun nilai-nilai sustainability ini baru lahir abad ini dari dunia barat, nenek moyang kita ternyata sudah sejak lama menerapkannya.
Sahrul, salah seorang pengrajin tempe Super Dangsul dari Bantul mengatakan, walaupun saat ini tidak banyak rumah tangga yang memproduksi tempe sekaligus memiliki hewan ternak, bukan berarti tidak bisa meneruskan ajaran-ajaran para leluhur. “Saat ini saya justru mendapatkan pendapatan lebih, karena limbah dari produksi tempe saya ternyata bisa dijual dan dimanfaatkan oleh peternak sebagaI pakan,” ujarnya.
Baca Juga : Begini Langkah Semen Merah Putih Ciptakan Semen Ramah Lingkungan
Memanfaatkan acara diskusi tersebut, Forum Tempe Indonesia juga memperkenalkan keberadaan media komunikasi FTI yang diwujudkan dengan hadirnya website www.mytempe.id yang diharapkan sebagai media literasi khusus dunia Tempe dan kedelai. Selain website, FTI juga menggunakan berbagai platform media sosial seperti Instagram dan Facebook (@mytempe_id) serta akun youtube (@Mytempe Indonesia).
Sekjen Forum Tempe Indonesia M. Ridha mengatakan, sejak berdiri di tahun 2008 hingga saat ini, FTI memang sangat fokus untuk menaikkan kelas pengrajin tempe agar memenuhi standar keamanan pangan (higienis). “Karena selain tempe memiliki keunggulan dari kandungan proteinnya yang sangat tinggi, kualitas sebagai bahan pangan tempe juga harus terus ditingkatkan. Bahkan sudah ada anggota kami yang sudah berhasil memasarkan Tempe ke berbagai negara,” jelasnya.
Pada akhir diskusi, testimoni disampaikan oleh sang juara dunia panjat tebing asal Grobogan, Jawa Tengah, Aries Susanti Rahayu. Aries pernah mencatatkan namanya dalam sejarah panjat tebing sebagai Pencetak rekor dunia. Bahkan, Aries dijuluki Spiderwoman Indonesia, sebagai atlet perempuan tercepat pertama, saat mencipta catatan waktu di bawah 7 detik dan memecahkan rekor dunia panjat tebing kategori speed.
Baca Juga : Beam Mobility Dorong Masyarakat Gunakan Armada Ramah Lingkungan
Aries menceritakan pentingnya protein dalam kariernya sebagai atlet. Bahkan dalam pelatnas Panjat Tebing saat dirinya masih aktif, tempe menjadi salah satu menu pilihan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
“Terkadang kita memang sering menyepelekan tempe, padahal dengan harga yang sangat terjangkau, nutrisi yang ada di tempe itu tidak kalah dengan kandungan nutrisi dari sumber makanan lainnya. Saya selalu mengajarkan itu kepada atlet-atlet muda, apalagi tempe kan panganan yang sangat lekat dengan orang Indonesia. Saya harap semua anak-anak Indonesia yang ingin meraih prestasi di olahraga perlu mengetahui hal ini,” ujar Aries yang merupakan Juara Dunia Panjat Tebing 2018-2019.
Konsumen Harus Lebih Cermat
Seluruh konsumen diharapkan agar lebih cermat lagi dalam memilih produk khususnya tempe dan olahan kedelai. FTI & MyTempe menyebutkan, tempe sejak ratusan tahun telah diproduksi dengan sangat memperhatikan keseimbangan alam. Nenek moyang telah mewariskan budaya produksi tempe dengan tanpa limbah atau zero waste.
Kearifan lokal yang peduli lingkungan tersebut bukanlah hal baru, namun saat ini hal tersebut telah menjadi value tersendiri yang dianggap bisa memengaruhi pembeli. Pada akhirnya konsumen juga bisa ikut andil menjaga kelangsungan Bumi ini. Sebuah langkah kecil namun berdampak besar, dengan selalu memilih produk-produk yang memiliki Eco-labelling.
Tim Redaksi Mytempe menyampaikan, #SolusiBerkelanjutan adalah Kampanye Mytempe yang mengajak semua pihak untuk ikut terlibat menyebarkan virus baik ini, agar masa depan bumi akan terjaga hingga anak cucu nanti. Penting bagi masyarakat (konsumen) untuk memilih produk yang juga berkomitmen terhadap keberlanjutan bumi.
Baca Juga : Transformasi Ibu Kota Nusantara Cerdas dan Ramah Lingkungan
Menurut Redaksi Mytempe, khusus untuk produk tempe dan produk kedelai lainnya, tentunya akan sangat bangga bisa membeli produk yang telah mendapatkan eco-labels atau sertifikasi produk ramah lingkungan dan pastinya ini akan berdampak luas terhadap lingkungan dan bumi.
MyTempe, diinisiasi oleh FTI sebagai media FTI untuk menyampaikan pesan-pesan baik kepada masyarakat Indonesia guna menjaga Budaya Tempe agar terus lestari dan mendunia. “Dengan kekuatan berbagai platform media sosial sebagai wadah komunikasi MyTempe, kami berharap bisa menjadi referensi masyarakat dan rekan-rekan media untuk mendapatkan informasi yang terpercaya dan akuntabel khusus untuk Tempe, olahan Tempe dan Produk olahan Kedelai lainnya,” sebut redaksi Mytempe.
Untuk diketahui, di situs mytempe.id terdapat katalog produsen tempe yang telah dikurasi dalam hal penerapan standar minimal produksi pangan yang higenis. Terdapat lebih dari seratus produk UKM yang tergabung dan tersebar di seluruh Indonesia, pembaca juga bisa mencari produk sesuai dengan wilayahnya masing-masing untuk mendapatkan produknya, juga link ke media sosial atau e-commerce masing-masing UKM.