scatter hitam
Konsep Rumah Sehat Untuk Meminimalisir Penyebaran Covid-19 - Property & Bank

Property & Bank

Konsep Rumah Sehat Untuk Meminimalisir Penyebaran Covid-19

Ren Katili, seorang arsitek dari Studio ArsitektropiS

Gaya Hidup : Mewujudkan keluarga yang sehat harus dimulai dari menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal. Dengan tempat tinggal yang bersih, dapat terhindar dari berbagai penyakit. Sehingga akan membentuk ketahanan imun tubuh dan  jiwa yang sehat serta terbebas dari penyakit.

Untuk itu, diperlukan konsep hunian yang tidak hanya mengedepankan kesehatan dan kebersihan. Seperti kawasan hunian yang diterapkan di Singapur. Kedisiplinan warga Singapura akan kebersihan di lingkungan tempat tinggalnya, ditambah konsep perumahan yang mementingkan sirkulasi udara terbukti ampuh dalam masa pandemi ini.

[irp]

dr. Yulia Muliaty praktisi kesehatan yang berpengalaman sebagai Pembina Kota Sehat di wilayah Jakarta Timur mengingatkan masyarakat tentang karakter dan cara penularan Covid-19 yang cukup unik.

“Mengingat cara penularan Covid-19 melalui droplet, masyarakat harus paham bahwa strain Sars-CoV-2 ( virus penyebab COVID-19) dapat bertahan hidup pada suhu 90 derajat Celsius selama satu jam,” ujarnya. Wanita yang kerap disapa dr. Lia ini memberikan data tambahan dari laboratorium, bahwa untuk  membunuh virus ini, tim peneliti harus memanaskannya hingga 92 derajat Celcius selama 15 menit.

[irp]

Terkait dengan karakter virus tersebut, dr. Lia memberikan beberapa tips praktis  untuk mendapatkan hunian sehat, diantaranya pastikan adanya ventilasi udara yang memadai pada setiap ruangan, pastikan masuknya cahaya matahari ke dalam rumah, hindari re-sirkulasi udara seperti yang terjadi dengan penggunaan AC terus-menerus.

Dalam pengamatan dr. Lia, saat ini terjadi peningkatan cluster yang rentan Covid-19 melalui sirkulasi udara yang berputar secara statis seperti pada ruangan yang menggunakan air conditioning (AC). “Walaupun kontak dekat menjadi faktor utama, namun kondisi berjejalan dengan ventilasi ruangan yang buruk bisa menjadi sebab bertahannya virus dalam ruangan,” jelasnya.

[irp]

Hal lain yang perlu diperhatikan, tambah dr Lia, usahakan memilih ruang penerima tamu di luar ruangan dengan udara bebas serta tidak bersinggungan langsung dengan ruang keluarga. Sediakan tempat penyimpanan sepatu atau alat-alat yang digunakan di luar rumah secara rutin, termasuk menyediakan tempat penyimpanan sepatu atau alat-alat yang digunakan di luar rumah secara rutin.

Terkait pilihan hunian saat ini, bagi masyarakat yang berencana membeli rumah/hunian baru, dr. Lia menganjurkan untuk mempertimbangkan health protocol, serta fasilitas sanitasi lingkungan perumahan yang beradaptasi dengan kondisi “new normal” kini.

[irp]

Dari sisi arsitektur, tentunya juga dapat memberikan kontribusi dalam upaya meminimalir penyebaran virus yang berasal dari  Wuhan, China ini. Dalam hal konsep hunian ideal untuk adaptasi dengan kondisi saat ini, seorang arsitek Ren Katili dari Studio ArsitektropiS memaparkan beberapa standar arsitektur yang bisa diterapkan masyarakat.

Hunian yang adaptif untuk pencegahan penyebaran virus covid-19 sebenarnya sudah diakomodasi dalam konsep rumah sehat yang selalu memperhatikan unsur iklim daerah setempat.

[irp]

Untuk daerah tropis seperti Indonesia, menurut founder studio ArsitektropiS tersebut, rumah harus memenuhi  aspek kecukupan pencahayaan matahari dan memiliki sirkulasi udara yang baik, di samping fasilitas ruang terbuka hijau yang memadai.

“Rumah yang memiliki sirkulasi udara baik dengan pancahayaan sinar matahari cukup akan mampu mereduksi kelembaban udara yang tinggi di daerah tropis sehingga rumah tidak terasa lembab yang  memudahkan berkembangbiaknya bakteri serta virus-virus berbahaya,” ujarnya.

[irp]

Menguatkan pendapat dr. Lia, menurut Ren, hunian sehat idealnya memang tidak perlu menggunakan pendingin ruangan (AC) yang harus disimpan di ruang tertutup. Sesuai berbagai referensi yang ia dapatkan, droplet yang mengandung Covid-19 dapat menyebar lebih cepat di ruangan ber-AC ketimbang di luar ruangan atau di dalam ruangan yang memiliki ventilasi leluasa.

Lalu bagaimana mengatasi problem overheating yang sering dikeluhkan orang pada ruangan yang tidak ber-AC? Ren mengamati, temperature tinggi yang terjadi karena pencahayaan matahari berlimpah di daerah tropis, rata-rata dialami oleh rumah yang memiliki aliran udara rendah.

[irp]

Untuk menghindari kondisi overheat seperti itu, ia menyarankan, saat membangun rumah, bangunan sebaiknya diorientasikan pada arah utara-selatan. Selain itu, bentuk bangunan yang pipih (desain persegi panjang) menurutnya juga lebih baik daripada denah rumah yang berbentuk gemuk (seperti kubus) karena udara akan lebih cepat keluar masuk.

Dalam hal trafik udara, masih kata Ren, idealnya setiap rumah memang memiliki 2 lubang yang bisa menjadi pintu keluar masuk udara. Namun di kompleks perumahan yang padat saat ini, tidak bisa dihindari lagi, banyak rumah yang akhirnya hanya memiliki satu fasad karena bagian belakangnya ditutup rapat ketika penghuninya butuh ruang tambahan.

[irp]

Untuk kondisi seperti itu, Ren menganjurkan dibuat bukaan atas agar udara panas bisa keluar leluasa.  Selain bukaan untuk trafik udara, presentasi luas dasar terhadap luas lahan juga harus diperhatikan demi kualitas udara, tanah dan air sehingga tercipta keseimbangan kelestarian lingkungan.

Sementara untuk rumah yang sudah terlanjur di tingkat, Ren menyarankan untuk menyiasatinya dengan membuat jendela atau bukaan di atas tangga agar udara jangan sampai mampat,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Terkini