Property & Bank

Pasar Properti Indonesia Masih Lambat

Rumah Mewah di MedanProperti – Meski pertumbuhan ekonomi kian menguat, pasar properti di Indonesia masih melambat. Indeks harga properti di Indonesia meningkat 7,88 persen selama tahun 2014. Namun ini adalah penurunan yang signifikan dari tahun lalu yang mengalami kenaikan harga sebesar 12,11 persen pada periode yang sama (semua angka dari Bank Indonesia).

Mengutip dari Global Property Guide, semua kota-kota besar di Indonesia tercatat mengalami kenaikan harga properti. Makassar memimpin pasar dengan kenaikan harga rumah 19,28 persen (11,89 persen disesuaikan dengan inflasi) selama kuartal kedua tahun 2014. Hal ini diikuti oleh Manado (13,36 persen), Surabaya (12,78 persen), Denpasar (10,16 persen), Bandar Lampung (9,37 persen), Banjarmasin (7.81 persen), Palembang (7,34 persen), Bandung (7,25 persen), dan Jabodebek-Banten (6,87 persen).

Banyak pula kota yang terdaftar mengalami kenaikan harga yang begitu kecil, seperti Padang (4,33 persen), Yogyakarta (4,07 persen), Medan (3,99 persen), Semarang (2,5 persen), dan Pontianak (1,69 persen). Pasar kalangan atas telah melemah, dengan penurunan kedatangan ekspatriat dan perjalanan bisnis. Tingkat kekosongan apartemen mewah (yang disewakan) di Jakarta meningkat dari 11,7 persen menjadi 14,7 persen pada akhir Juni 2014, menurut Jones Lang LaSalle (JLL).

Ada juga penurunan penjualan rumah-rumah besar yang disebabkan oleh ketatnya rasio loanto-value (LTV) yang diluncurkan pada bulan September 2013. LTV ini tidak menjadi penyebab utama penurunan penjualan rumah besar, mengingat bahwa pada kuartal pertama 2014 penjualan properti residensial naik “hanya” 15,33 persen. Namun angka tersebut merupakan perlambatan dari besar peningkatan penjualan kuartal 1 2013 yakni sekitar 31,54 persen.

Apa yang memotivasi orang di Indonesia untuk membeli properti? “Investor lokal yang kaya sangat peduli keuntungan dari kenaikan harga jual, meski pun mereka juga membeli apartemen untuk mendapatkan keuntungan dari sewa. Keuntungan dari sewa apartemen mewah berkisar antara 8 persen sampai 11 persen,” kata Hasan Pamudji, Kepala Penelitian di Knight Frank, Indonesia.

Pamudji menambahkan bahwa investor perumahan mewah di Jakarta terdiri dari orang Indonesia yang menikah dengan beberapa orang asing juga kalangan masyarakat lokal kelas atas. Karena kemacetan lalu lintas, masyarakat kelas atas Indonesia memiliki rumah kedua atau apartemen di dekat tempat kerja mereka dan mereka kembali ke rumah utama atau apartemen di pinggiran kota ketika libur.

“Ekspatriat cenderung menyewa rumah atau apartemen high-end di Kemang, Pondok Indah, Menteng, serta Kuningan di mana daerah tersebut memiliki lingkungan yang lebih hijau, sekolah internasional, rumah sakit dan hiburan,” tutup Pamudji.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Terkini