BAHAN BANGUNAN – Kinerja SCG untuk Q3/2018 dan 9 bulan pertama tahun 2018 menunjukkan peningkatan pada seluruh pendapatan, sementara laba turun karena meningkatnya harga bahan baku dan biaya energi, perlambatan perdagangan global dan penurunan nilai aset.
President and CEO of SCG Roongrote Rangsiyopash mengatakan, hasil kinerja perusahaan yang belum diaudit untuk Q3/2018, dengan pendapatan yang terdaftar dari penjualan sebesar Rp 54.016 miliar (US$ 3.716 juta), meningkat sebesar 9% y-o-y dan 2% q-o-q, karena pertumbuhan di semua unit bisnis.
Sementara itu, laba mencapai Rp 4.176 miliar (US$ 287 juta), menurun 20% y-o-y dan 24% q-o-q terutama dari biaya penurunan nilai aset sebesar Rp 736 miliar (US$ 51 juta) sesuai dengan standar akuntansi dan biaya nafta yang lebih tinggi yang melonjak seiring dengan tingginya harga minyak global. Tanpa penurunan nilai ini, SCG akan mencatat laba sebesar Rp 4.913 miliar (US$ 338 juta).
BACA JUGA : Penjualan SCG Naik 15% Pada Kuartal II 2016
Hasil kinerja untuk 9 bulan pertama di 2018, pendapatan SCG yang terdaftar dari penjualan sebesar Rp 156.886 miliar (US$ 11.238 juta), meningkat 7% y-o-y, disebabkan oleh pendapatan yang lebih tinggi dari semua unit bisnis. Laba mencapai Rp 14.889 miliar (US$ 1.067 juta), mengalami penurunan sebesar 19% y-o-y, terutama dari kinerja yang menurun dalam bisnis bahan kimia dan penurunan nilai aset di Q3. Selain itu, pendapatan ekspor mencapai Rp 42.531 miliar (US$ 3.047 juta), meningkat 7% y-o-y dan menyumbang 27% dari pendapatan SCG yang terkonsolidasi dari penjualan.
Di Indonesia, pendapatan SCG pada Q3/2018 dari penjualan sebesar Rp 3.786 miliar (US$ 260 juta), yang meningkat sebesar 27% y-o-y terutama dari impor dari Thailand. Selama 9 bulan pertama 2018, SCG mencatat pendapatan dari penjualan di Indonesia sebesar Rp 10.033 miliar (US$ 719 juta).
BACA JUGA : SCG Fokus Pada Pengembangan Inovasi Produk
“Hasil kinerja SCG untuk Q3/2018 dan 9 bulan pertama tahun 2018 menunjukkan peningkatan pendapatan di semua unit bisnis karena peningkatan kondisi pasar secara keseluruhan, permintaan yang lebih tinggi dari semen dan bahan bangunan dari Thailand dan proyek investasi asing oleh publik dan sektor swasta, permintaan pasar yang konsisten dalam bisnis bahan kimia dan kemasan, meskipun laba menurun karena bahan baku yang lebih tinggi dan biaya energi, serta perlambatan perdagangan global dan penurunan nilai aset,” ujar Roongrote dalam keterangan tertulis.
SCG, sambung Roongrote, yakin dapat memperkuat bisnisnya di Thailand dan regional, berkat strategi jangka pendek, 6 arahan dari strategi proaktif, dan strategi jangka panjang yang selama ini telah membantu mendorong pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan bagi perusahaan.