Propertynbank: Ancaman perang dagang China vs Amerika Serikat kembali muncul seiring dengan terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat.
Dilansir dari Reuters, Trump, yang akan menjabat pada 20 Januari 2025, mengatakan ia akan mengenakan tarif tambahan 10%, di atas tarif tambahan apa pun pada impor dari China.
Kebijakan dagang presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump terhadap China berpotensi membuat perekonomian dalam negeri semakin terguncang. Kedua negara ini merupakan mitra dagang utama Indonesia, sehingga ketegangan di antara mereka berpotensi mempengaruhi kinerja ekspor dan impor nasional.
Dilansir dari Ekonomi Bisnis, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), Mohammad Faisal, mencontohkan dalam industri tekstil, kebijakan proteksionisme Trump tidak hanya berisiko menyebabkan Indonesia kehilangan pasar ekspornya, tetapi juga berpotensi membuka peluang bagi Indonesia untuk dibanjiri produk tekstil impor dari China.
“Khusus ke tekstil yang perlu kita perhatikan juga adalah dampak dari kebijakan Trump itu bukan hanya hambatan ekspor, tapi ketika China dijadikan sasaran utama untuk tidak boleh masuk, maka dia akan mencari pasar alternatif, apalagi kondisi sekarang sudah oversupply,” kata Faisal.
Sementara itu, menurut data dari Kementerian Perindustrian, Indonesia memiliki 207 jenis instrumen pengendalian perdagangan untuk membatasi masuknya impor ke pasar domestik, sedangkan anggota WTO lainnya seperti China dan Amerika Serikat masing-masing memiliki 1.569 dan 4.597 jenis instrumen serupa.
“Kombinasi dari masih lemahnya konsumsi domestik dan potensi kebijakan proteksionis AS berpotensi semakin mendorong peningkatan impor barang-barang murah, termasuk tekstil dan produk tekstil, khususnya dari China,” Tambahnya.
Saat ini, industri dan produk tekstil masih diandalkan untuk menjadi salah satu industri prioritas yang dapat mendukung target pertumbuhan ekonomi 8%.
Serbuan produk impor telah menekan industri tekstil dalam negeri dengan berat. Banyak pabrik terpaksa gulung tikar, dan kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) semakin meluas. Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament (APSyFI) mencatat bahwa dalam dua tahun terakhir, sebanyak 60 perusahaan tekstil harus tutup, menyebabkan 250.000 karyawan terkena PHK.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa Trump telah beberapa kali mengancam akan memberlakukan tarif sebesar 100% terhadap negara-negara BRICS, termasuk Brasil dan India. Sementara itu, tarif sebesar 60% direncanakan dikenakan pada China.
“Jadi instrumen keuangan terutama perdagangan tarif itu menjadi instrumen proxy dari persaingan dan ketegangan politik maupun keamanan global. Ini pasti berdampak langsung ke ekonomi,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers (11/12/24).
Dengan demikian, Indonesia perlu mengambil langkah strategis untuk memitigasi dampak negatif dari perang dagang ini, seperti diversifikasi pasar ekspor, peningkatan daya saing produk lokal, dan penguatan pasar domestik. Selain itu, pemerintah dan pelaku usaha harus terus memantau perkembangan situasi global agar dapat merespons dengan kebijakan yang tepat waktu dan efektif.
Rafi Rizaldi