PERKANTORAN – Di kuartal kedua tahun ini, sektor properti kembali menghadapi tantangan karena perpanjangan pengetatan kegiatan.
Pertumbuhan kuartal kesatu yang masih negatif, nampaknya masih akan membayangi pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua ini. Vaksinasi di Jakarta dan sekitarnya memang masih terus aktif bergulir, derapnya dipercepat dengan harapan mampu memberikan optimisme untuk berbagai sektor yang menjadi generator ekonomi.
Sektor properti, lagi-lagi mendapatkan imbas dari ritme kasus pandemi di kuartal kedua ini. Perpanjangan sistem Work For Home (WFH) dan evaluasinya memberikan implikasi terhadap transaksi di sektor perkantoran.
Publikasi “What APAC Occupiers Want” dari Knight Frank Asia Pacific menyebutkan bahwa terjadi perubahan persepsi para penyewa perkantoran dalam ekspansi di tengah pandemi. Selain itu, para penyewa juga menaruh perhatian lebih pada kenyamanan dan kesehatan ruang kantor saat ini, diantaranya kebutuhan untuk melengkapi sarana tambahan di perkantoran untuk menjaga dan memelihara kesehatan para pekerja. Contohnya, sarana dan fasilitas olahraga, pos penerimaan paket, tempat relaksasi, tempat penyimpanan sepeda, concierge, sarana penitipan anak, dan ruang edukasi.
Rerata indeks harga sewa ruang kantor di beberapa kota di Asia Pacific melemah -2,9% dari kuartal sebelumnya (-0,3%). Bengaluru, Tokyo, dan Singapura menjadi kota-kota yang menghadapi tantangan relatif cukup tinggi di semester ini, sementara Jakarta dan Kuala Lumpur membayangi.
Associate Director Commercial Department Knight Frank Indonesia Andi Rina Martianti menjelaskan, sektor perkantoran di Jakarta pada semester pertama tahun 2021 tidak banyak mengalami perubahan. RDTX Place atau Chitaland Tower menjadi satu-satunya gedung perkantoran yang tetap komit memasuki pasar di semester ini. Dengan luas berkisar 94.000 m2, koridor Kuningan mendapatkan tambahan pasokan baru ruang kantor.
“Koreksi tingkat hunian tidak bisa dihindari sebesar -2%, saat ini menjadi 72,99%. Penurunan tingkat hunian disebabkan beberapa hal diantaranya habis masa sewa dan tidak memperpanjang sewa, relokasi, dan pengurangan ukuran ruang yang diperlukan. Beberapa rencana ekspansi juga harus tertunda di semester ini,” jelas Rina.
Dikatakan Rina, serapan tahunan ruang kantor menunjukan bahwa ruang kantor tingkat A dan C masih mampu menyerap ruang kantor dan menunjukan nilai positif dibandingkan dengan tipe lainnya. Sedangkan harga sewa harus beradaptasi dengan kondisi pasar saat ini. E-commerce, Financial Technology, Information Technology, dan Trading masih menjadi sektor prospektif yang menyerap ruang perkantoran di CBD Jakarta.
Country Head dari Knight Frank Indonesia Willson Kalip mengatakan, preferensi penyewa untuk relokasi yang bersifat building upgrade dengan spesifikasi fasilitas yang lebih baik menjadi tren yang semakin kuat, ditengah kebutuhan ruang kantor yang tetap signifikan untuk berkolaborasi dan memompa produktivitas pekerja.
“Dalam jangka pendek, redesain ruang kantor menjadi salah satu alternatif upaya dalam beradaptasi dan melakukan restrategi operasional kantor, agar tetap dapat sehat, produktif dan optimis di tengah pandemi,” tegasnya.