scatter hitam
Sembilan Bulan, Pendapatan DILD Naik 40%, Laba Bersih Turun 47% - Property & Bank

Property & Bank

Sembilan Bulan, Pendapatan DILD Naik 40%, Laba Bersih Turun 47%

Reggata, salah satu proyek prestisius andalan Intiland

BERITA PROPERTI – Pendapatan usaha PT Intiland Development Tbk (Intiland;DILD) periode sembilan bulan tahun 2018 mencapai sebesar Rp2,4 triliun, atau meningkat 40 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2017 sebesar Rp1,7 triliun. Pengembangan kawasan perumahan memberikan kontribusi terbesar hingga 50%.

Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Archied Noto Pradono dalam paparan kinerja yang disampaikan dalam keterangan resmi mengatakan, peningkatan pendapatan usaha salah satunya ditopang oleh adanya pengakuan dari penjualan tanah yang masuk kategori bukan bisnis inti. Penjualan tanah ini tercatat di segmen pengembangan kawasan perumahan.

“Kontributor lainnya pada segmen ini antara lain berasal dari sejumlah proyek perumahan seperti Serenia Hills Jakarta, Graha Famili dan Graha Natura Surabaya, Talaga Bestari dan Magnolia Residence di Tangerang. Pengembangan kawasan perumahan mampu memberikan kontribusi Rp1,2 trilun atau sekitar 50 persen dari keseluruhan pendapatan usaha. Kalau dibandingkan tahun lalu, pendapatan usaha di segmen ini naik 255 persen,” ujar Archied.

Segmen pengembangan mixed-use & high rise mencatatkan kontribusi pendapatan usaha sebesar Rp729,1 miliar atau 30 persen dari keseluruhan. Sementara dari segmen pengembangan kawasan industri yang berasal dari penjualan lahan di Ngoro Industrial Park di Mojokerto, perseroan memperoleh pendapatan usaha sebesar Rp54,7 miliar, atau dua persen dari keseluruhan.

[irp]

Segmen properti investasi perseroan yang merupakan sumber pendapatan berkelanjutan (recurring income) mencatatkan kontribusi pendapatan usaha sebesar Rp430,6 miliar atau 18 persen dari keseluruhan. Nilai pendapatan ini meningkat 24,5 persen dari pencapaian pada periode sembilan bulan tahun 2017 sebesar Rp345,9 miliar.

Archied menjelaskan meningkatnya pendapatan dari segmen properti investasi terutama ditopang oleh naiknya pendapatan sewa ruang perkantoran, seperti South Quarter dan Intiland Tower. Selain dari penyewaan ruang perkantoran, pendapatan dari segmen ini berasal dari penyewaan ruang ritel, pergudangan, serta pengelolaan klub olahraga dan lapangan golf.

Ditinjau berdasarkan tipe sumber pendapatan usahanya, pendapatan pengembangan (development income) memberikan kontribusi Rp2 triliun atau mencapai 82 persen dari keseluruhan. Sisanya berasal dari segmen recurring income yang tercatat sebesar Rp430,6 miliar atau memberikan kontribusi sekitar 18 persen.

Dikatakan Archied, meskipun pendapatan usaha meningkat, namun kinerja profitabilitas perseroan di sembilan bulan 2018 mengalami tren penurunan. Perseroan mencatatkan perolehan laba kotor sebesar Rp719 miliar atau meningkat tipis dibandingkan periode yang sama tahun 2017 yang mencapai Rp706 miliar.

[irp]

Perseroan membukukan laba usaha sebesar Rp202,1 miliar atau turun 20,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Laba bersih perseroan tercatat mencapai Rp123 miliar, atau mengalami penurunan sebesar 47 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp233 miliar.

“Laba bersih turun terutama karena meningkatnya beban bunga pinjaman untuk modal kerja penyelesaian konstruksi proyek-proyek. Faktor lainnya karena adanya penurunan margin laba kotor yang disebabkan adanya penjualan non-core asset dan meningkatnya beban penjualan,” jelas Archied.

Dari sisi kinerja penjualan, perseroan sampai sembilan bulan 2018 berhasil membukukan nilai marketing sales sebesar Rp1,6 triliun atau 46 persen dari target tahun ini. Perolehan tersebut lebih rendah 40 persen dibandingkan perolehan marketing sales per 30 September 2017 yang mencapai Rp2,7 triliun.

Segmen pengembangan mixed-use dan high rise tercatat masih memberikan kontribusi marketing sales terbesar senilai Rp1,1 triliun, atau 71 persen dari keseluruhan. Segmen pengembangan kawasan perumahan menjadi kontributor marketing sales terbesar kedua yang mencapai Rp405 miliar atau 26 persen dari keseluruhan. Penjualan terbesar di segmen ini berasal dari proyek Graha Natura di Surabaya dan Serenia Hills Jakarta.

[irp]

Segmen pengembangan kawasan industri membukukan nilai marketing sales Rp45 miliar atau tiga persen dari keseluruhan. Kontribusi tersebut berasal dari penjualan lahan industri di Ngoro Industrial Park Mojokerto, Jawa Timur.

Menurut Archied, ditinjau dari lokasi pengembangannya, kontribusi marketing sales terbesar berasal dari proyek-proyek di Jakarta dan sekitarnya yang mencapai RpRp1,2 triliun atau 80 persen. Sementara sisanya berasal dari penjualan proyek-proyek di Surabaya yang mencapai Rp319 miliar atau 20 persen dari keseluruhan.

0 Responses

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Terkini