
PROPERTI – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) berharap, pada periode dua bulan terakhir menjelang penutupan 2020 ada sepuluh calon emiten yang melakukan penawaran umum perdana saham (IPO), lantaran saat ini terdapat 18 perusahaan yang masuk ke dalam pipeline IPO.
Harapan tersebut disampaikan oleh Partnership Coordinator IDX Incubator BEI, Alan Fatih, dalam acara “Workshop Go Public: Building a Sustainable Startup Through IPO di Jakarta, pada Rabu (11/11/2020). “BEI mencatat ada 18 perusahaan, yang ada di pipeline IPO,” ungkap Alan.
[irp]

Ia berharap, setidaknya ada sepuluh calon emiten lagi, yang mencatatkan saham di BEI pada periode November-Desember 2020, sehingga BEI bisa melampaui jumlah perusahaan IPO di 2019 yang sebanyak 55 emiten. “Saat ini, sudah ada 46 perusahaan yang listing di 2020,” ucapnya.
Pada 15 September 2020, PT Planet Properindo Jaya Tbk (PLAN) mencatatkan saham di Papan Akselerasi BEI atau sebagai emiten ke-46 di 2020. “Minimal, bisa ada sepuluh perusahaan lagi yang IPO di dua bulan ke depan ini,” imbuhnya.
[irp]
Alan menyebutkan, pada tahun lalu jumlah perusahaan IPO di BEI merupakan yang terbanyak dibandingkan dengan bursa saham di Asia Tenggara. “Pada 2020, BEI merupakan bursa yang paling aktif menggelar pelaksanaan IPO untuk perusahaan-perusahaan,” ucapnya.
Sebanyak 46 emiten yang melakukan IPO di 2020, kata Alan, terdapat lima emiten yang mencatatkan saham di Papan Utama, ada 36 emiten di Papan Pengembangan dan lima emiten kategori start-up atau perusahaan rintisan yang mencatatkan saham di Papan Akselerasi.
Hal senada diungkap, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna Setia, terkait sektor perusahaan yang hendak IPO. Ia merinci, sebanyak tujuh calon emiten berasal dari sektor perdagangan, jasa, dan investasi. Kemudian, tiga calon emiten bergelut di sektor properti, real estate, dan konstruksi bangunan.
[irp]
Lebih lanjut masing-masing dua emiten berasal dari sektor industri barang konsumsi, aneka industri, serta agrikultur. Sisanya, masing-masing satu perusahaan, termasuk dalam sektor keuangan serta infrastruktur, utilitas, dan transportasi. Seleuruh 18 perusahaan tersebut masih menjalani proses evaluasi penawaran umum. “Aksi IPO-nya diperkirakan akan terjadi pada bulan November-Desember 2020,” kata Nyoman kepada media, pada Senin (09/11/2020).
Sebelumnya, analis CSA Research Institute Reza Priyambada menilai, penggalangan dana melalui IPO masih ramai di tengah pandemi karena calon emiten membutuhkan likuiditas untuk kegiatan operasional, ekspansi, ataupun pembayaran utang. Di lain sisi, pelaku pasar yang lebih berhati-hati dalam investasi juga jadi salah satu tantangan untuk calon emiten yang mencari pendanaan.
[irp]
Untuk saham-saham baru ini, Reza menyarankan investor lebih baik menunggu laporan kinerjanya lebih dulu. “Ibaratnya kan barang baru, belum tahu gimana ritmenya, bagaimana kinerja historis sahamnya, volumenya, dan siapa aja pihak-pihak yang trading atau invest di balik saham-saham tersebut,” katanya, Jumat (23/10).
Namun, kata Reza, investor bisa saja mencoba peruntungan di saham-saham IPO jika hanya mengejar profit 10%-20% dalam beberapa hari pascalisting. Selain itu, pelaku pasar bisa mencermati kondisi calon emiten dari prospektus yang disajikan. Menurut Reza, pada dasarnya semua sektor menjanjikan sepanjang memang iklim industrinya mendukung.
[irp]
“Misalnya saja sektor properti, bisa dikatakan sektor properti terkena dampak dari adanya pandemi, tapi beberapa emiten properti, justru mampu mencatatkan kenaikan pre salesnya. Maka dari itu, tergantung dari kinerja fundamentalnya,” tutupnya. (Artha Tidar)