Propertynbank.com – Ekonomi Indonesia tetap berdaya tahan di tengah dinamika global dan situasi dalam negeri yang penuh ketidakpastian. Sinergi dan kolaborasi antara sektor perbankan, dunia usaha, dan pemerintah akan menjadi kunci dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di 2024.
Dalam acara Economic Outlook 2024 bertemakan yang diselenggarakan oleh Bloomberg Technoz baru-baru ini, Chief Executive Officer Citibank, N.A. (Citi Indonesia), Batara Sianturi menyatakan Indonesia termasuk salah satu dari sembilan negara G20 yang tahun ini menyelenggarakan pemilu.
“Meski menghadapi tantangan, ekomomi Indonesia terus menunjukkan ketahanan. Current account kita masih terjaga dengan baik di sekitar -0,5% hingga -1% terhadap PDB selama 2023. Maka, hal ini sangat baik bagi bond market,” ujar Batara.
Baca Juga : Kabar Baik ! Ekonomi Indonesia Tahun Lalu Tumbuh 5,05 %
Kemudian, kata dia, cadangan devisa masih sangat robust, tercatat mencapai 146,4 miliar dollar AS hingga akhir Desember 2023. Hal ini sangat memungkinkan Bank Indonesia untuk lebih fleksibel dalam melakukan intervensi pasar. Dari segi fiskal, kita memiliki estimasi buffer fiskal sekitar 2,15% dari PDB 2024.
“Terakhir, saat ini imbal hasil obligasi 10-tahun Pemerintah Indonesia cukup baik, diperkirakan lebih dari 3,5% dibandingkan negara Asia lainnya (termasuk India) yang diproyeksikan kurang dari 3%. Maka, saat ini kita tinggal menunggu pengurangan suku bunga dari The Fed untuk menghadirkan kondisi baik bagi bond market domestik nya,” ungkap Batara.
Dampak Pemilu Terhadap Ekonomi Indonesia
Sementara mengenai pengaruh pemilu, Batara menyampaikan bahwa investment loan berpotensi tertunda selama 1-2 kuartal karena korporasi masih menunggu lanskap politik yang terjadi. Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan kredit 10-12% di tahun 2024.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti optimis ekonomi Indonesia pada 2024 akan tetap tumbuh di range 4,75-5,5%. Indonesia hanya sedikit dari banyak negara yang bisa tumbuh di atas 5%. “Kita beruntung punya konsumsi yg kuat dan investasi,” tegasnya.
Baca Juga : APPBI Turut Menggairahkan Ekonomi Indonesia Melalui Pusat Perbelanjaan
Dalam upaya menjaga stabilitas keuangan nasional, Destry menekankan bahwa Bank Indonesia akan menggunakan bauran kebijakan moneter, kebijakan makro prudensial, dan kebijakan sistem pembayaran. BI terus bersinergi dengan pemerintah dan menjalankan Gerakan Nasional kita masih memiliki daya tahan sehingga memiliki ruang lebih untuk tumbuh di 2024 dan 2025. “Kolaborasi antar kementerian, lembaga lain, dan tentunya dengan dunia swasta merupakan faktor keberhasilan yang penting. Mari kita terus tingkatkan investasi, konsumsi, dan melakukan aktivitas,” kata dia.
Di sektor perbankan, ujarnya, BI mencatat penyalurkan kredit yang mencapai double digit di akhir tahun 2023 dimana kredit masih tumbuh sekitar 10.4% dan apabila dilihat dari jenis kreditnya, kredit investasi dan kredit modal kerja mendominasi. “Artinya, dua jenis kredit ini menggambarkan aktivitas ekonomi Indonesia yang masih mengalami peningkatan,” pungkas Destry.
Pembicara lain yang turut hadir antara lain, CEO Schroders Indonesia Michael Tjoajadi, Senior Economist World Bank Indira Maulani Hapsari, Executive Director JP Morgan Indonesia Henry Wibowo, Direktur Utama BTN Nixon Napitupulu, Ekonom Senior INDEF Faisal Basri, CEO & President Director Manulife Asset Management Indonesia (MAMI) Afifa, Head of Indonesia Corporates Fitch Ratings Olly Prayudi, Peneliti Senior BRIN Lili Romli, Senior Economist UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja, Plh. Ketua Umum Kadin Indonesia Yukki Nugrahawan, dan Ketua Umum HIPMI Akbar Himawan Buchari.