Propertynbank.com – Sepanjang tahun 2023 lalu, PT Intiland Development Tbk berhasil mengurangi hingga 300 ton limbah organik di semua propertinya. Hal ini sebagai langkah yang dilakukan oleh Intiland dalam menerapkan Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam setiap pengembangan proyek propertinya.
Sekretaris Perusahaan PT Intiland Development Tbk, Theresia Rustandi mencontohkan, salah satu properti kebanggaan dan menjadi ikon di perkantoran kawasan Sudirman, Intiland Tower Jakarta yang telah memulai inisiatif untuk mengumpulkan botol bekas guna didaur ulang dengan pihak ketiga.
“Untuk bahan konstruksi, kami juga lebih memilih bahan lokal dalam jarak 1.000 km dari lokasi proyek, serta memanfaatkan dan melestarikan flora lokal, sambil memilih bahan-bahan rendah karbon,” ujar Theresia di sela-sela Halalbihalal bersama sejumlah media di Grand Whiz, Poins Square, Lebak Bulus, Jakarta beberapa waktu lalu.
Baca Juga : Menyamakan Persepsi Implementasi ESG Di Sektor Perumahan dan Pembiayaan
Theresia menambahkan, tren positif penerapan ESG pada tahun 2023 lalu diantaranya penggunaan material di tiga proyek Intiland mengalami penurunan signifikan sebesar 18% dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, intensitas energi di dua gedung perkantoran dan empat gedung apartemen juga berhasil dipertahankan di bawah 200 kWh/meter persegi.
Dirinya menyebutkan, keenam gedung yang dibangun oleh Intiland antara lain South Quarter, Intiland Tower Jakarta, 1Park Avenue, Aeropolis, Graha Golf, dan The Rosebay yang sudah menjalankan ESG tersebut.
Intiland Tunggu Perbankan
Sementara itu, terkait dengan kenaikan suku bunga atau BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 6,25%, Theresia mengatakan bahwa pihaknya menunggu keputusan perbankan. Sebab aplikasinya ada di pihak bank. Kalau bank kondusif, maka pengembang bisa terus melakukan inovasi. Dirinya berharap perbankan bisa paham kondisi properti sekarang. “Kalau serta merta naikan bunga tidak akan memperbaiki kondisi,” kata Theresia.
Dalam situasi saat ini, kata dia, memang belum tentu perbankan akan menaikan bunga KPR. Namun, tetap saja agar kenaikan suku bunga kondusuf, maka kenaikan bunga kredit KPR juga tidak bisa tanpa perkiraan.
Baca Juga : Sinar Mas Land Komitmen Terapkan Prinsip ESG di 2024
“Penjualan juga akan berdampak. Kita lihat setelah bunga bank naik penjualan akan seperti apa. Dasarnya orang beli pakai KPR kan lihat besaran cicilan. Kalau konsumen bisa bayar ya pasti tidak akan terganggu. Idealnya besaran bunga kredit kalau harus naik adalah sekitar 1% sampai dengan 2%. Sebab, saat working capitalnya di atas 2 digit cashflownya akan berat,” ungkapnya.
Lebih lanjut Theresia menambahkan, eskalasi geopolitik timur tengah sebetulnya tidak terlalu berpengaruh terhadap konstruksi. Sebab, biasanya intiland melakukan lock harga di depan saat tender.
“Fluktuasi geopolitik sebetulnya tidak berpengaruh pada bahan konstruksi yang kita gunakan. Namun, kita berharap hal ini tidak jadi berkepanjangan. Kualitas gedung dan bangunan lainnya tetap terjaga, karena harganya sudah kita lock di depan,” pungkasnya.