scatter hitam
Jika Belum Siap, Jangan Buru-buru Buka Kantor Baru | Property & Bank

Property & Bank

Jika Belum Siap, Jangan Buru-buru Buka Kantor Baru

Rita Megawati, Principal LJ Hooker Gading-Serpong
Rita Megawati, Principal LJ Hooker Gading-Serpong

PROPERTI-Menjual adalah tentang berkomitmen terhadap sesuatu yang dipilih atau diputuskan. Sebagian orang tidak berhasil dalam menjalankan pekerjaannya sebagai seorang marketeers sebab mereka belum mampu berkomitmen.

Sama hal-nya dengan bisnis broker. Rita Megawati selaku Principal LJ Hooker Gading-Serpong berujar bahwa bisnis yang ia jual adalah komitmen serta service. Saat ini berkembangnya bisnis broker telah menjamur. Jika lima belas tahun yang lalu hanya ada empat atau lima kantor broker saja di wilayah Serpong, kini jumlahnya sudah ada ratusan kantor. Persaingan pun, semakin ketat dan tidak terkendali. Ada yang semakin melesat, namun tak jarang juga ada yang hanya bertahan satu atau dua tahun saja,lalu kantornya sudah tutup.

Diperlukan kemampuan serta keahlian yang mumpuni dalam menggeluti bisnis ini. Terlebih jika posisi kita adalah seorang pemilik kantor sekaligus menjabat sebagai principalnya. Selain harus pandai berjualan, kita juga perlu menjaga hubungan baik dengan banyak client yang mempercayakan produknya ditangani oleh kantor yang kita kelola.

Posisi seorang marketing di kantor broker yang awalnya hanya dijadikan posisi sambilan pun, menjadi kian ditekuni banyak orang oleh karena penghasilan berupa komisi yang menggiurkan. Kesuksesan dalam berjualan serta komisi yang nilainya besar terkadang membuat para marketing menjadi tergoda untuk melepaskan dirinya dari kantor broker di tempat ia bekerja sebelumnya. Tak jarang dari mereka memutuskan untuk membuka kantor baru dengan membuat brand sendiri atau bergabung dengan beberapa teman kemudian membuka kantor broker baru. Inilah yang menjadi asal muasal mengapa banyak bermunculan kantor-kantor broker dengan brand baru baik franchise maupun non-franchise.

Menurut Rita Megawati, menjadi seorang principal di agen properti tentu tidak semudah hanya jika kita menjadi seorang marketingnya saja. Beberapa hal yang perlu diingat, bisnis broker bukan hanya bisnis yang sekedar buka kantor saja. “Ini hal yang amat saya sayangkan, terkadang banyak marketing yang ia merasa sudah hebat atau merasa baru lumayan saja, sudah terpikir untuk buka kantor,” ungkapnya.

Rita menegaskan ia tidak mengatakan hal ini tidak baik. Sah- sah saja jika seorang marketing memiliki keinginan untuk membuka kantor. Semua orang berhak untuk berkembang. Namun, ada hal yang harus dipahami bahwasanya membuka kantor itu tidak hanya karena kita pandai berjualan saja.

Aseng Kho yang juga seorang Principal Ray White Puri , berpendapat, “Secara objektif jika orang ingin bertumbuh itu wajar. Namun semua itu harus dibarengi dengan kesiapan mental dan beberapa hal. Jika dia dapat pergi dan bertumbuh dengan baik, it’s OK! Tetapi jika tidak, dia akan rugi sendiri. Itulah yang disayangkan sebetulnya,” jelas Aseng dalam sela-sela acara Training Member AREBI DPD DKI Jakarta.

Rita Megawati yang sukses dengan sejumlah kantor baru mengatakan, ada minimal empat hal yang harus diperhatikan jika kita memutuskan akan membuka kantor broker. Pertama, harus siap menjadi seorang leader.  Terkadang saat merangkap menjadi principal dan marketing yang hebat berjualan, waktu akan menjadi sempit untuk me-manage kantor. Ada banyak tugas-tugas yang mesti dipahami bersama bukan hanya sekedar ego untuk menyandang jabatan principal.

Kedua, Passion. Untuk membuka kantor harus cukup paham tentang properti. Banyak pengusaha-pengusaha yang merasa bisnis broker enak lalu ‘comot’ orang untuk dijadikan marketing lalu mereka buka kantor. Ternyata tidak semudah itu, tidak cukup hanya punya uang saja. Tetapi harus punya passion di properti untuk bisa membuka kantor broker.

Ketiga, jika ia sebagai seorang marketing yang hebat berjualan, sebaiknya ia berkiprah sebagai marketing saja artinya ia tekuni dalam-dalam dirinya sebagai seorang marketing. Sebab, setiap orang memiliki kelemahan dan keunggulannya masing-masing. Inilah yang perlu dicatat. Selain itu, menjadi seorang marketing beban yang diemban tidak seperti ketika kita menjadi seorang principal. Secara pribadi seorang principal harus bisa mengatur waktunya sekaligus mengatur kantornya. Berbeda dengan seorang marketing, ia bisa menjadi bos bagi dirinya sendiri.

Dan yang keempat adalah, income. Sebetulnya jika kita bicara pendapatan, kantor broker yang sehat adalah kantor yang bisa menghasilkan positive income yang baik dari para marketingnya.  Seorang marketing hanya memikirkan dirinya sendiri. Seorang marketing tidak perlu memikirkan sewa kantor, bayar franchise dan segala macam biaya-biaya kebutuhan kantor lainnya.

“Banyak hal yang harus dipikirkan secara matang sebelum membuka kantor broker. Meski begitu, bukan berarti seorang marketing di agen properti tidak bisa berkembang, banyak juga kantor broker yang memberikan kesempatan bagi para marketingnya yang dianggap telah mumpuni kemudian dipercaya untuk membuka kantor baru. Semua kesempatan serta peluang untuk meningkatkan jenjang karir pasti selalu ada jika mereka sungguh-sungguh dan mampu memenuhi beberapa hal diatas,” jelas Rita yang juga tercatat sebagai salah seorang pengurus DPP AREBI.

0 Responses

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Terkini